Tuesday, 22 September 2020

SAJAK : DARI DAN KE

PUISI-PUISI M. RAUDAH JAMBAK MAKA BATU SEHINGGA LUBANG pada lorong ini kata-kata berlumut di dinding-dinding gua suara-suara beradu teriak di gendang telinga entah mengapa desing peluru itu tak juga enyah ia menyusup terus pada kisi-kisi pikir pendatang yang datang dan pergi pada lorong ini saudara tua pernah mencatat kuasa di dinding-dinding gua ada sejarah yang mengering tapi kemanakah halaman lembar-lembar yang terkoyak dari buku pelajaran sekolah? Ah, mungkin ia sekadar singgah di negeri entah pada lorong ini batu-batu mengeraskan kata-kata saudara tua di dinding-dinding gua mewartakan sejarah dan kisah-kisah lama adakah luka tercatat pada peta atau lubang yang semakin meruang? Lalu kemana pendatang yang datang dan pergi? Mungkinkah mereka sekadar singgah di negeri entah, ah komunitas home poetry, 2012 PORTIBI sesekali kutelusuri bilik sempit sudut kusam, cagar sejarah dan relief dingin memaknai kediamanmu yang berdebu dan gosong pengetahuan tak ada catatan yang tertinggal selain kegalauan merubung dada dan kanak berebut benang putus layang serta sorak kegembiraan yang menyusup di dinding-dinding senyap komunitas home poetry, 2012 TUGU GURU PATIMPUS ada lembaran sejarah, sahdan, tentang catatan yang terlepas hurup-hurupnya dari paragraf-paragraf usang sebuah pundamen yang melapuk, yang tergerus membentuk debu-debu, menebal menjadi cerita lain dalam keniscayaan sebuah perobahan mengekalkan perjalanan, mengekalkan peradaban urban di sini pedagang kaki lima menjadwalkan singgah di sini orang-orang jalananmenetapkan segala istirah di sini keteraturan adalah sekadar alas kaki mengikis daki-daki bulan dan matahari hanyalah jam langit yang mengisyaratkan kapan datang dan pergi. lalu, lampu taman yang kadang redup menarikan iramanya sendiri menuju keabadian para pemimpi yang sesekali usil mencuri bias-bias matahari dan menitipkannya diam-diam pada bulan ada lembaran sejarah, sahdan, terbang entah kemana bersamaan keterpukauan gerbong-gerbong tua langsirkan gelisah perempuan-perempuan penari menghibur para petualang yang sejenak datang mencatatkan liar pandang, kemudian pergi menembus bilah-bilah sunyi, mencatatkan sejarah lain menjadi cerita lain membenam teriak segala pongah, mencampak derak suara ke langit terbelah di sini pernah ada kobaran api berabad silam membara percik riwayat kisah-kisah semangat juang di sini pernah ada gegap sejarah mencatatkan awal mula pemancakan gedung-gedung nan gagah dan di sini Guru Patimpus berdiri abadi meratapi kisah lain dari cerita lain tentang anak-anak jalanan, deru knalpot tua dan perempuan-perempuan berrok mini yang entah kapan datang, yang entah kapan pergi Komunitas HP, Medan, 10-1 KOLOLI KIE Mengelilingi Gamalama adalah menyulam sebuah kelahiran Berhenti dari satu jagoru lamo ke jere lain seolah ziarah Ke makam nabi-nabi Mengelilingi Gamalama adalah menghirup nafas kehidupan Memberangus satu bencana menjeput gairah-gairah seolah Melontar jumrah Mengelilingi Gamalama adalah mewariskan kasihsayang Menikmati kelembutan toma nyolo, mendekap kehangatan Toma nyiha Mengelilingi Gamalama Aku dodoki ali Aku dodoki mari komunitas home poetry, 2012 SUNGAI SIAK Dari jembatan letong kukunyah riak air menitip intip patin-patin. Entahlah, mungkin muntah pasar bawah mungkin batuk tanjung datuk dari jembatan letong kuhapus tetes air merayap jatuh di pipinya yang keruh. Entahlah, mungkin gertak tongkang Mungkin gerah limbah Dari jembatan letong kusaksikan peluh air terkenang sejarah sirih yang pedih. Entahlah, mungkin sejarah pohon-pohon batu mungkin rerak sendi tanah-tanah retak dari jembatan letong siak begitu kepompong rumbai, 10-11 M. Raudah Jambak, lahir di Medan, 5 Januari 1972. Beberapa karyanya masuk dalam beberapa antologi, seperti Tanah Pilih (antologi puisi Temu Sastrawan Indonesia I, Jambi) dan Jalan Menikung ke Bukit Timah (antologi cerpen Temu Sastrawan Indonesia II, Bangkabelitung), Pulau Marwah (TSI Tanjung Pinang), Akulah Musi (Temu Penyair Nusantara, Palembang). Sinetron, Film, maupun IKLAN. Kegiatan yang di kuti selain di Medan-Sumatera Utara, PEKSIMINAS III di TIM Jakarta (1995), work shop cerpen MASTERA, di Bogor (2003), Festival Teater Alternatif Gedung Kesenian Jakarta Awards, di Jakarta (2003) dan workshop teater alternatif, di TIM Jakarta (2003), Pameran dan Pergelaran Seni Se-Sumatera, di Taman Budaya Banda Aceh-Monolog (2004). Menyutradarai monolog "Indonesia Undercover" dalam seleksi Monolog 2005, di Taman Budaya Sumatera dalam rangka monolog nasional di Graha Bakti, Taman Ismail Marzuki, Panggung Idrus Tintin, Riau, Taman Budaya Banda Aceh, Taman Budaya Lampung, Solo, Panggung Penyair Se-Asia Tenggara, Tanjung Pinang,dll. Karyanya selain di Medan juga pernah dimuat di Surat Kabar/Majalah Nasional/buku di Malaysia, Radio Nederland, Cyber sastra,dll. Sering menjuarai berbagai lomba selain lomba baca/cipta puisi, cerpen, lawak, dongeng, proklamasi dan juga Teater lokal, nasional maupun Asia tenggara. Tarung Penyair Asia Tenggara dinobatkan sebagai unggulan I. Termasuk lima besar Lomba Cipta Puisi Nasional, Bentara Bali Post. Selain masuk sebagai pengurus di beberapa organisasi seni, sastra dan budaya, ia aktif juga dalam kegiatan lainnya termasuk dunia politik. Sering didaulat sebagai Sutradara, juri dan pembicara, atau narasumber terkait. Saat ini bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, Panca Budi,Budi Utomo dan UNIMED, juga sebagai Koordinator Omong-Omong Sastra Sumatera Utara dan Direktur di Komunitas Home Poetry. Alamat kontak-Taman Budaya SumateraUtara, Jl.Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan. HP. 085830805157 Mail:mraudahjambak@plasa.com, mraudahjambak@yahoo.com

No comments: