Wednesday, 23 September 2020

BUKU MUATAN (KURIKULUM 2013) LOKAL

BUKU MUATAN (KURIKULUM 2013) LOKAL Medan - Dinas Pendidikan Sumatera Utara sudah bertekad bulat merampungkan penyusunan materi buku muatan lokal yang akan dijabarkan dalam 31 judul buku pelajaran untuk para siswa SD hingga SMA sederajat. Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara telah menunjuk tim perumus yang terdiri atas kalangan akademisi baik Universitas Negeri Medan (Unimed), Universitas Sumatera Utara (USU), maupun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut untuk menyelesaikan penyusunan berbagai materi untuk buku muatan lokal, sampai ke lembaga-lembaga pendidikan di seluruh daerah pelosok, di Provinsi Sumatera Utara. Buku-buku pelajaran muatan lokal tersebut setelah selesai ditulis dan dicetak sesuai dengan kurikulum karena pada 2013 disebarkan berdasarkan hasil lokakarya tim penulis untuk dikenalkan dan disosialisasikan, serta disebarkan ke sekolah-sekolah. Dinas Pendidikan Sumatera Utara juga telah melakukan rapat koordinasi dengan seluruh kepala dinas pendidikan kabupaten dan kota di Sumut terkait dengan rencana penggunaan buku muatan lokal tersebut mulai tahun ajaran baru mendatang. “Dengan adanya buku muatan lokal ini diharapkan ke depan anak didik memahami karakter dasar yang dimiliki masyarakat, budi pekerti, lingkungan, sejarah yang mendalam tentang kondisi di daerahnya sendiri khususnya Sumut,” katanya. Ketua Tim Perumus Buku Muatan Lokal ada menyampaikan, bahwa Disdik Sumut beserta tim perumus berasal dari kalangan akademisi dan sejarawan telah menggelar pertemuan selama dua hari, beberapa waktu yang lalu, membahas berbagai materi bahan ajar yang akan dimasukkan dalam buku pelajaran muatan lokal. “Dalam pertemuan tersebut telah dirumuskan materi-materi yang akan dimasukkan dalam 31 bidang maupun judul buku-buku muatan lokal yang sesuai dengan kurikulum untuk tingkat SD, SMP dan SMA,” ujarnya. Ia mengatakan, berbagai materi muatan lokal tersebut ada yang akan dijadikan sebagai suplemen berbagai buku pelajaran nasional dan ada juga dalam buku muatan lokal secara berdiri sendiri. Sebanyak 31 judul buku tersebut yaitu Riwayat Hidup dan Perjuangan Tujuh Pahlawan Nasional Asal Sumatera Utara, Budaya Etnik-Etnik di Sumatera Utara, Aksara Batak, Tenun Tradisional Sumatera Utara, Sejarah Kesultanan di Sumatera Utara. Selain itu, Penyebaran dan Pengaruh Islam, Kristen dan Hindu-Buddha di Sumatera Utara, Seni Budaya Sumatera Utara, Sosiologi-Ekonomi, Ekosistem Mangrove atau Bakau, Ekosistem Danau Toba, Situs-Situs Sejarah di Sumut, Tertib Berlalu Lintas. Selain itu, Budi Pekerti Berbasis Budaya, Budi Pekerti Berbasis Agama, Aksara Melayu, Kesiapan Mengantisipasi dan Menghadapi Bencana Alam, Matematika Berbasis Budaya Lokal, Lingkungan Sekolah Sehat, Wisata Edukatif, Sekolah Hijau dan Santun Berbahasa. Dengan demikian siswa diharapkan dapat lebih mengenal budaya lokal yang ada di daerahnya masing-masing demi tetap menjaga kelestarian aneka budaya tradisional bangsa. “Pada budaya lokal juga banyak mengandung kearifan lokal yang dapat memfilter generasi muda dari pengaruh buruk budaya global yang dewasa ini semakin sulit untuk dibendung. Artinya dengan lebih mengenal budaya lokal, siswa akan lebih banyak mengetahui kebesaran bangsanya sendiri,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara. Untuk itulah, Disdik Sumut telah mengambil inisiatif untuk menerbitkan buku muatan lokal dengan tujuan agar siswa SD sampai SMA mengenal dan memahami keadaan sosial, budaya, sejarah, geografis di lingkungan terdekat siswa. Buku muatan lokal tersebut disusun oleh berbagai ahli sesuai bidangnya masing-masing seperti tim perumus kurikulum, penulis dari akademisi, praktisi, budayawan, sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Sumut. “Jumlah tim pembuat buku tersebut sebanyak 33 orang yang berasal dari USU, Unimed, UMSU, IAIN, USI, pers, Polda, Ekosistem Danau Toba, Museum Sumut dan sebagainya. Ada 31 judul buku muatan lokal yang sudah selesai disusun,” katanya. Ia mengatakan, buku muatan lokal tersebut tidak harus menjadi bahan ajar, namun juga bisa digunakan sebagai suplemen dalam pembelajaran dan sebagai bahan perpustakaan. Buku muatan lokal tersebut akan efektif digunakan di seluruh sekolah-sekolah yang ada di Sumut pada pada tahun ajaran baru berikutnya. “Buku sebanyak 31 judul tersebut saat ini sudah siap dicetak serta siap edar, sehingga pada waktu efektif belajar nanti sudah bisa digunakan,” katanya. Beliau mengatakan, bahwa buku-buku tersebut menyangkut berbagai materi muatan lokal yang akan dijadikan sebagai suplemen dalam buku-buku pelajaran nasional dan ada juga dalam buku muatan lokal yang berdiri sendiri. Buku muatan lokal yang menjadi suplemen dalam pelajaran nasional yakni riwayat hidup dan perjuangan tujuh pahlawan nasional asal Sumut, sejarah kesultanan dan budaya etnik-etnik di Sumut, penyebaran dan pengaruh Islam, Kristen dan Hindu-Budha di Sumut, seni budaya Sumut, sosiologi-ekonomi dan ekosistem Danau Toba. Sedangkan buku muatan lokal yang berdiri sendiri yakni Situs-situs Sejarah di Sumut, Tertib Berlalu Lintas, Budi Pekerti Berbasis Budaya, Budi Pekerti Berbasis Agama, Matematika dan IPA Berbasis Budaya Lokal serta ditambah dengan buku pengembangan diri untuk SD, SMP dan SMA yaitu Lingkungan Sekolah Sehat dan Wisata. Diharapkan juga buku muatan (kurikulum 2013) lokal ini tidak hanya memperkenalkan dan memberi pemahaman kebuayaan kepada siswa, tetapi juga menanamkan tentang kecintaan terhadap budaya sendiri, sesuai dengan perkembangan zamannya. Mendikbud juga ada menyebutkan, bahwa konsep Kurikulum 2013 dibuat setelah melakukan evaluasi ulang ruang lingkup materi. Di antaranya meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan lagi dengan siswa, serta menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional. "Sehingga evaluasi ulang dalam kedalaman materi disesuaikan dengan tuntutan perbandingan internasional. Salah satunya adalah dengan mengutamakan proses pembelajaran yang mendukung kreativitas," jelasnya. Nuh pun sedikit menjelaskan hasil penelitian yang diambil dari Dyers, I.H. Et al (2011), Innovators DNA, Harvard Business Review. Dijelaskannya, 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, sedangkan 1/3 sisanya berasal dari warisan genetik. Sementara kebalikannya berlaku untuk kemampuan intelejensia, yaitu 1/3 pendidikan, dan 2/3 sisanya dari warisan genetik. Sehingga dalam Kurikulum 2013, siswa akan didorong untuk memiliki kemampuan kreativitas yang diperoleh melalui observing (mengamati), questioning (menanya),associating (menalar), experimenting (mencoba), dan networking (membentuk jejaring). Demikian. (Raudah Jambak)

No comments: