Wednesday, 23 September 2020
NASKAH : KETIAK
KETIAK
Sebuah Naskah Drama
Lokasi:
Sebuah rumah sederhana dengan ruang tamu yang memiliki dua kamar yang terlihat dari arah penonton. Beberapa buah meja, kursi dan perabotan lainnya tertata dengan rapi.
Waktu:
Lakon ini terjadi pada malam hari menjelang tidur, kira-kira pukul 23.00 WIB.
Para Pelaku
1). Yono, laki-laki yang belum lama menikah, kira-kira 1 tahun, berumur + 30 tahun. Keras, dan selalu menjaga harga diri keluarga. Bekerja sebagai guru SMP.
2). Inuk (Inuk), berumur + 27 tahun.
3). Minten, adiknya Sumirah berumur 22 tahun, seorang mahasiswa.
Sinopsis:
Tidak perlu dipungkiri lagi, pertengkaran dalam rumah tangga sudah biasa terjadi di kalangan masyarakat. Biasanya pertengkaran dimulai dengan rasa cemburu terhadap pasangan, yang kemudian timbul prasangka yang tidak pasti, selingkuhlah, kurang romantis, dan sebagainya. Namun bagaimana jika pertengkaran terjadi hanya karena performance pasangan kita, tidak seperti yang kita harapkan. Drama ini mengisahkan tentang suami-istri, Yono dan Inuk yang terlibat pertengkaran hanya karena Ketiak. Kemudian Minten, adik Inuk, yang kebetulan menginap di rumah Mbaknya dimintai Yono untuk membantu menyelesaikan masalah Ketiak itu, tapi apa jadinya?
Minten dikejutkan oleh pertengkaran mulut yang tiba-tiba saja meledak. Ia telah tertidur dan pantas saja jika ia terkejut. Minten heran mengapa rumah tangga kakaknya yang begitu tentram bisa menjadi perang Irak dan Amerika.
Minten
(Keluar dari kamar dengan hati-hati penuh rasa heran, ingin tahu. Kemudian ia menguping di dekat pintu kamar Mbaknya. Terdengarlah olehnya pertengkaran itu)
Yono
Sudah aku bilang, setiap hari kamu mesti mencukur bulu-bulu ketiakmu!
Inuk
Kemarin kan sudah aku cukur, setelah Mas mencukur jenggot dan kumis sebelum pergi kerja.
Yono
Ya, tapi lihat! Lihat dong! Bulu-bulu ketiakmu sudah mulai tumbuh lagi. Kau kan tahu bulu ketiakmu sangat subur. Kayak gak tahu aja.
Inuk
Semacam ini kan biasa, Mas. (Merentangkan kedua lengannya)
Yono
(Menunjuk bulu ketiak istrinya) Tapi ini sudah perlu dicukur, ini lagi, ini dan ini....! Saya gak senang pokoknya. Segan aku tidur di sisimu.
Inuk
Dasar laki-laki, soal bulu ketiak saja jadi bahan pertengkaran. Absurd! Memangnya Mas sudah bosan dengan saya? Mau cari wanita lain?
Yono
Jangan kau mulai aneh-aneh, ya Nuk!
Inuk
Habis....!
Yono
Aku cuma gak senang melihat ketiakmu penuh bulu. Setiap kali keringatan..., sampai memblabar-mblabar. Kelihatan dari luar. Ngeproh-ngeproh. Itu kan memalukan. Apa kau sendiri gak gidik. Itu kan jorok! Katanya putri Sala.
Inuk
Mas lucu benar. Apa mas kira kalau bulu-bulu sudah dicukur lantas gak keringatan lagi...?
Yono
Soalnya memang kau suka malas. Bu Kiki itu bulu ketiaknya bukan main. Sekarang mengapa ketiaknya bagus sekali.
Inuk terdiam tidak menjawab, Yono pun ikut diam. Minten kepingin tertawa, tetapi ia masih bisa menahannya. Kemudian inuk menangis tersedu-sedu.
Inuk
Bagaimanapun juga, semua itu salah Mas sendiri. Mengapa dulu ketika Mas melamar aku tidak Mas tanyakan perihal ketiakku. Apa cukup memenuhi seleramu atau tidak. Sekarang setelah kita kawin....tahu-tahu Mas setiap malam marah-marah. Cuma soal ketiak. Sampai jengkel benar aku.
Yono
Kau kira, kalau keringatan hebat, kau tidak jadi buahtertawaan. Apalagi kalau sedang ada pesta, semua mata tertuju kepada ketiakmu yang keringatan itu. Tentu saja aku tak rela, aku tak rela, Nuk. Aku tak ingin kau jadi kue tar tertawaan orang. Tapi kau salah sangka, kau kira aku sudah bosan. Mau cari wanita lainlah, dsb...,dsb.....
Inuk
Tapi kau keterlaluan soalnya. Apa salahnya kalau orang-orang memandang ketiakku? Apa salahnya? Siapa tahu, di antara mereka ada yang suka ketiak yang selalu keringatan.
Yono
(Heran) Jadi?
Inuk
Jadi apa?
Yono
Kau akan selalu membiarkan ketiakmu begini terus?
Inuk
Tentu saja tidak. Semua kuusahakan agar kau menjadi senang. Aku mencoba melawan keluarnya keringat ketiakku setiap kali. Dengan segala cara. Malah pernah ke dokter segala. Tapi dokter juga cuma tertawa..., lalu sekarang Mas mau aku mengerjakan apa?
Yono
Sudahlah, sudah! Aku bosan. Pokoknya malam ini aku tidur di luar saja. (Minten buru-buru kabur ke kamarnya sebelum Yono keluar dari kamar. Yono keluar dan melangkah ke ruang tamu.)
Inuk masih menangis dan Yono terpaku di kursi. Sekali-kali terdengar isakan Inuk dan terkadang ia membantingkan kakinya pada ranjang. Beberapa saat kemudian Yono menghampiri pintu kamar Minten
Yono
(Mengetuk pintu kamar) Dik Minten. Dik....(Minten keluar) Sorry ya, Dik. Kau jadi terganggu.
Minten
Saya nggak apa-apa. Biasa saja.
Yono
Saya tidak tahu lagi bagaimana saya bicara dengan Mbakmu. (Duduk di kursi) Setiap kali Mbakmu selalu salah mengerti.
Minten
Oh, begitu.
Yono
Soal-soal demikian saja selalu menjadi pertengkaran. Hampir setiap malam.
Minten
Ya, ya..
Yono
Adik bisa tolong saya?
Minten
Apa yang harus saya lakukan?
Yono
Terangkanlah kepada Mbakmu soal pendirianku itu. Ia harus mengerti bahwa saya menghendaki ia bersih. Cuma itu.
Minten
Baiklah. Tapi bagaimana kalau Mbak malahan marah kepada saya.
Yono
Saya kira dia tidak akan marah.
Minten
(Diam sejenak) Orang memang lain-lain.
Yono
Lain-lain bagaimana?
Minten
Teman saya si Sugeng lain dengan Mas.
Yono
Bagaimana dia?
Minten
Dia malah senang kalau ketiak istrinya berbulu.
Yono
Masak?
Minten
Bener, kok.
Yono
Ah...ada-ada saja.
Minten
Iyaaa. Katanya kalau ketiak istrinya berbulu dan basah-basah bisa merangsang dia.
Yono
Aneh.
Minten
Iya, memang aneh! (Sambil menahan tawa) Istri si Sugeng kan cantik sekali. Susunya gede. Kulitnya kuning langsat. Pendeknya bahenol deh. Tapi itu bukan yang paling utama bagi si Sugeng. Yang paling utama adalag ketiak istrinya. Kalau si istri pulang dari ngajar, dan mendekap si Sugeng, yang pertama dilihat adalah ketiak si istri.
Yono
Ah...!
Minten
kalau ketiak si istri basah sekali, aduuuuh ia sangat senang sekali, lalu si istri diciuminya. Lantas diajak deh ke kamar. (Hampir tertawa)
Yono
Orang apa sih si Sugeng itu?
Minten
Dia seniman, pengarang.
Yono
Pantesan. Seniman memang suka sinting. Pasti orang sejagat ini tidak ada yang seperti dia.
Minten
Nggak tahu saya. Pokoknya dia begitu itu.
Yono
Tapi bagaimana juga, saya benci melihat wanita-wanita yang ketiaknya berbulu. Jorok.
Minten
Tapi bagaimana mengusahakan agar ketiak Mbak Inuk tidak selalu keringatan? Kalau soal bulunya sih gampang. Bisa diatasi dengan mencukur tiap jam, jika memang Mas pandang perlu.
Yono
Dia harus berusaha keras. Buktinya, kolega saya, Bu Jati, dulu ketiaknya aduh luar biasa. Bau dan selalu basah, sekarang bagus sekali. Hampir tak pernah keringatan. Bagaimana itu?
Minten
Kenapa tidak Mas tanyakan kepadanya, apa rahasianya?
Yono
Ya, harus suka memelihara donk. Mencukur bulu-bulunya setiap kali. Memberinya deodoran dan lain-lain lagi.
Minten
Saya kira hal ini sudah pula dilakukan Mbak.
Yono
Tapi tak serajin Bu Jati.
Minten
(Diam)
Yono
(Beranjak dari duduknya, kemudian pergi ke kamar. Sebelum membuka pintu kamar ia berpaling) Dik, kalau ada waktu tolong kenalkan saya dengan temanmu yang sinting itu.
Minten
Baik (Setelah Yono berlalu ia tertawa)
Lampu meredup
Waktu: Pagi hari sekitar jam delapan.
Minten keluar dari kamarnya. Ia baru bangun. Dilihatnya jam dinding. Semua tampak sepi. Mungkin Mas Yono sudah pergi ngajar.
Inuk
(Masuk dari pintu depan)
Minten
Dari mana, Mbak?
Inuk
Dari rumah Bu Marto di sebelah.
Minten
Arisan?
Inuk
Nggak. Ngobrol-ngobrol sebentar.
Minten
Nggak belanja?
Inuk
Nggak.
Minten
Nanti saya jadi pulang, Mbak.
Inuk
Nggak besok minggu saja. Aku mau pulang juga, kangen Ibu.
Minten
Tumben Bener.
Inuk
Sudah lama pingin pulang.
Minten
LaluMas Yono gimana?
Inuk
Nggak ikut. Dia toh mesti kerja.
Minten
Makannya, siapa nanti yang ngladeni?
Inuk
Ah, dia kan gak butuh saya lagi.
Minten
Siapa bilang?
Inuk
Dengar gak tadi malam?
Minten
Ya.
Inuk
Lalu apakah saya harus tetap tinggal dengan setiap malam mempersoalkan soal ketiak melulu.
Minten
Dia cuma ingin Mbak nggak tampak jorok. Asal Mbak mau mengusahakan saya kira tidak akan ada persoalan lagi.
Inuk
Sudah bosan. Saya tahu dia main mata dengan si Agnes, tukang ketik yang genit itu.
Minten
Ah, jangan gitu dong, Mbak.
Inuk
(Meninggalkan Minten, pergi ke kamar)
Minten
(Merasa bersalah, kemudian ia duduk di kursi. Tak lama kemudian Inuk keluar lagi membawa kertas yang kemudian dimasukkannya ke amplop)
Inuk
Ini titip ya. (Memberikan amplop)
Minten
Buat siapa?
Inuk
Buat Mas Jali.
Minten
Lho?
Inuk
Ya, dia kan ngasuh ruangan soal cinta di majalah. Saya mau minta advis, bagaimana seharusnya. Kalau terus-terusan begini tak betah saya.
Minten
Jadi, Mbak mau obrolkan soal rumah tangga pada orang lain.
Inuk
Saya sudah judek. Tak ada jalan lain lagi.
Minten
Saya nggak cocok Mbak. (Meletakkan amplop itu di atas meja)
Inuk
Nggak cocok gimana, lalu siapa lagi?
Minten
Ini persoalan pribadi Mbak dan Mas Yono. Orang lain tak ada yang bisa ikut campur. Tanya-jawab ruang cinta itu nonsens melulu. Brengsek!
Inuk
habis tak ada orang yang bisa saya mintai advis. Bu Marto juga menganjurkan begitu.
Minten
Sudahlah Mbak. Selesaikan sendiri semuanya ini. Kalau malahan Mbak bawa kemana-mana, kan sama saja Mbak membuka kebrengsetan rumah tangga Mbak.
Inuk
(Terdiam sejenak. Mengambil amplop dan kemudian masuk ke kamar)
Minten
(hanya memandangi dan merasa serba salah. Tidak lama kemudian Yono pulang)
Minten
Lho, udah selesai ngajarnya, Mas?
Yono
Belum, soal ujian anak-anak ketinggalan.
Minten
Saya pulang hari ini, Mas.
Yono
Nggak besok-besok saja Dik?
Minten
Nggak Mas. Lusa mulai kuliah. Barang kali minggu besok Mbak pulang ke Sala. Mas yang ngantar, kan?
Yono
Apa Mbakmu mau pulang?
Minten
Ya.
Yono
Mau apa dia?
Minten
Katanya mau minta advis. Saya nggak setuju sebenarnya. Tapi saya merasa tidak baik terlalu mencampuri urusannya. Lebih-lebih soal ini.
Yono
Ah, nggak bisa begini. (Masuk ke kamar)
Minten
(Merasa gelisah, takut terjadi lagi pertengkaran)
Suara Yono terdengar dari dalam kamar
Yono
Kenapa mesti kau ingin membeberkan berita ketiakmu itu. Apa kau tak tahu malu!
Inuk
Jangan ikut campur! Sekarang ini urusan saya, Mas. Toh Mas tetap tak akan mendengarkanku. Mas hanya bisa menyalahkan.
Yono
Jangan kau lanjutkan, kita harus menyelesaikan sendiri. Berikan amplop itu, jangan sekali-kali kau obrolkan di majallah, meskipun katamu kau ingin minta advis. Berikan, Nuk! Berikan!
Inuk
(Berlari dari kamar menuju ruang tamu, mengelakkan suaminya yang hendak merebut amplop. Minten terkejut) Mas tak akan mengerti keadaan yang makin kritis ini. Aku tersiksa dengan cemoohan Mas.
Yono
Sudah, Dik mana surat itu. Akan kuselesaikan sendiri soal ini. Masak soal ketiak mau dibawa kemana-mana. Bikin malu, bikin jijik.
Inuk
Mas yang memulai bukan? (Karena kereta api sebentar lagi berangkat, Minten melihat jam dan perlahan ia pergi dengan perasaan yang entah bagaimana, meninggalkan Mas dan Mbaknya yang masih bertengkar)
Yono
Bukan aku, tapi engkau yang memulai. Kalau ketiakmu tak berbulu, aku toh tak akan marah-marah.
Inuk
Sudah sejak pacaran ketiakku selalu berbulu. Selalu keringatan, dan baru setelah kita kawin, Mas mempersoalkannya...,
Yono
Ya, tapi ketiakmu sekarang seperti memasak bubur basi!
Inuk
Jadi saya mau ngapain lagi, Mas. (Menangis) sudah cari saja wanita-wanita lain yang ketiaknya tak seperti ketiakku, basah berbulu dan bau. (Masih menangis)
Yono
(Diam menahan emosi, dilihatnya ke sekeliling Minten sudah pergi. Kemudian Inuk juga tersadar kalau Minten sudah pergi. Keduanya saling memandang.)
Lampu fade out.
Selesai
Medan, 28 Desember 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment