Tuesday, 22 September 2020

SAJAK : MALAM DAN DO'A

SAJAK RAUDAH JAMBAK MALAM DO’A Malam bertandang Lampu jalanan menjajakan cahaya Senyum para bocah tertinggal di simpang Peradaban kota Malam datang Langit menawarkan jubah hangatnya Kerdip mata para bocah tersangkut di awan Gumpalan kata Malam mencari siang Di lampu jalan yang menjajakan cahaya Di langit yang genit mengerdipkan matanya Kata semakin asing Dibising kota-kota Dilelap mimpi para bocah Yang mengunyah segala resah Segala gelisah Malam adalah muara Bagi segala do’a-do’a Dan siang adalah aliran sungainya SAJADAH RAMADHAN Setelah mendapatkan rahmat setelah mendapatkan pengampunan dan terbebas dari api neraka maka,. atas nama cinta Gunung-gunungpun berubah gudang-gudang penuh makan dan minuman beraneka Tanah, air dan api menyatu Angin tergugu menunggu Setelah mendapatkan pengampunan dosa maka, sudah kodratnyalah dosa dipanen pendosa tanpa basa-basi luka PELAYARAN SAJADAH Lantas layaknya terminal walau tempat persinggahan Ia datang dan pergi sepanjang kurun yang tak pernah Ditentukan. Tapi, ingatannya kuat. Maka, di sisa-sisa Malam ini aku hanya berdo’a semoga kau tidak Pernah lupa dengan segala riwayat cerita segala derita! MENJARING TASBIH AIR MATA Telah pun kujaring tasbih air matamu Pada kedalaman laut yang paling haru Gemuruh di dadamu mengundang cemasku Demi menahan terjangan-terjangan gelombang Langit sekadar membagi nasihat Bagaimana cara membaca gerak cuaca Awan adalah musafir yang mencatat angin Sepanjang rahasia kesunyian sebuah perjalanan DALAM DIAM KU TASBIHKAN CINTA mungkin ini hari dan minggu yang kesekian ku tasbihkan cinta dalam diam, padahal telah disiapkan perahu mengarungi do’a-do’a adakah luka yang begitu menganga sehingga tercipta jurang diantara perbedaan menganga atau aku yang kurang pandai membaca perjalanan cuaca? mungkin ini pasir atau kerikil yang kesekian ku tasbihkan cinta dalam diam, padahal telah sama berjanji-sama mendaki adakah dendam yang begitu membatu sehingga terpahat lereng terjal dilangkah menganga atau aku yang tak jeli melangkahkan kaki dalam perjalanan hati? LUKA PENDOSA Resah membau di dada para pendosa Nada-nadanya terasa sumbang Mengundang segala nyeri Menggoda luka Malam mengundang angin yang berlubang Bersama resah yang membaui pendosa Geram air mata meneteskan dendam Menjelmakan pedang-pedang airmata

No comments: