Wednesday, 23 September 2020
CATATAN : ANAK KANAK DAN REMAJA
M. Raudah Jambak
Imajinasi dan Kepolosan Anak-anak dalam Sastra
(sebuah renungan)
Membicarakan anak-anak merupakan hal yang mengasyikkan. Semua tingkah polah anak bisa menjadi hiburan tersendiri bagi orangtua. Rumah akan bertambah ramai jika ada seorang anak. Kehadiran anak dalam sebuah rumah dapat mengubah dunia. Kepolosan dan keluguan anak tidak dapat ditemukan pada masa selanjutnya. Masa kanak memang tidak akan terulang lagi.
Dunia memang indah. Keindahannya tidak dapat digantikan dengan apapun. Oleh karena itu, perlakuan padanya tidak sama dengan kepada orang dewasa. Anak-anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk mini. Alwi berpendapat anak adalah manusia yang masih kecil (2002:41). Itu berarti bahwa anak memiliki semua sifat manusia hanya saja secara fisik dan emosional mereka belum seutuhnya seperti manusia dewasa. Kondisi ini memudahkan orang dewasa menanamkan nilai-nilai. Perilaku dan sikap seseorang di masa datang sangat ditentukan oleh penanaman nilai
di masa kanak-kanak. Tidak mengherankan jika anak banyak meniru perilaku orang tua, perilaku baik atau buruk. Selain itu, dunia anak juga penuh rasa ingin tahu. Hurlock dalam Psikologi Perkembangan mengungkapkan bahwa anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya (hlm. 116). Hurlock juga menegaskan bahwa setiap anak mempunyai sifat ingin tahu tentang hal-hal baru yang tidak pernah ia ketahui.
Penanaman nilai dan jawaban terhadap rasa ingin tahuanak dapat dilakukan dengan memperkenalkan anak pada sastra. Tarigan (1995: 13) berpendapat bahwa anak-anak hidup dalam masa perkembangan, baik fisik maupun mental. orang tua dan guru wajib membimbing perkembangan anak-anak ke arah yang positif agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dalam kehidupan. salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah sastra yang sesuai dengan perkembangananak-anak. banyak manfaat dan nilai yang dapat diberikan oleh sastra bagi perkembangan anak-anak.
Bergaul dengan sastra menurut Tarigan dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan/dalam berbagai cara (1995:6). Oleh karena itu, tidak usah heran jika isi sastra yang diciptakan anak-anak pun bertema berbagai segi kehidupan. Bahkan terkadang tema itu sama dengan sastra dewasa hanya dengan sudut pandang anak-anak.
Contoh :
Hujan
Hujan deras tiba
Membasahi semua rumah
Rumah mulai kebanjiran
Semua orang mengangkat barang-barangnya
Kini semua orang bersedih hati
Karena tidak dapat makan dan minum
Baru sadar, kalau buang sampah sembarangan
Membuat selokan tersumbat lalu banjir
Puisi itu bertema lingkungan. Gambaran tentang kepanikan orang saat menghadapi bencana tergambar jelas. Dalam pendapat penulis bencana disebabkan oleh kesalahan sendiri yakni membuang sampah sembarangan. Bencana banjir yang melanda berbagai daerah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. Puisi itu setidaknya berisi nasihat. Hal itu boleh saja ditafsirkan demikian karena Pradopo mengungkapkan seorang pembaca yang memberi makna dalam sebuah puisi (1987 : 5). Dalam hal ini puisi berfungsi sebagai sarana menyadarkan seseorang terhadap sebuah masalah.
Pemilihan tema lingkungan adalah karena seringnya pemberitaan media massa yang mengabarkan bencana di sebagian Indonesia. Kesusahan dan penderitaan masyarakat terlihat jelas dalam tayangan televisi. Hal ini ditonton oleh anak-anak dan mereka berpendapat kita harus memelihara lingkungan. Jika lingkungan terpelihara, kehidupan manusia juga akan menjadi baik. Secara nyata, banyaknya tanah longsor dan bencana banjir yang sekarang banyak terjadi lebih banyak diakibatkan oleh sikap masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungannya.
Dalam prosa yang diciptakan, anak-anak banyak yang menggambarkan lingkungan alam yang sangat indah dan damai. Barangkali, hal itu menandakan bahwa kita, termasuk anak-anak, sangat merindukan suasana seperti itu. Tema lain yang juga menarik perhatian yakni profesi.
Contoh :
Pak Pos
Engkau mengayuh sepeda lelah dan dahaga
Kau antar surat dari rumah ke rumah
Betapa sedih penderitaanmu
Kau menghidupi keluargamu
Kau mengayuh sepeda selangkah demi selangkah
Ku ingat jasahmu selalu
Pak pos selalu datang ke rumahku
Kring...kring...kring...
Begitulah bunyi bel sepedamu
Sepeda tua yang kau rawat dengan baik
Kau datang ke rumahku sambil membawa
Surat untukku
Puisi ini memberikan gambaran yang jelas tentang kerja seorang pak pos. Pengamatannya pada profesi yang satu ini sangat mendetil. Saya rasa saat penciptaan puisi ini pengarang melakukan wawancara. Mengapa saya berpendapat demikian? Hal ini terlihat pada baris ketiga dan keempat. Kalau ini benar berarti anak-anak pun serius dalam menghasilkan sebuah karya.
Pada dasarnya anak sekarang memang sangat kritis dan berani. Bila ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan menimbulkan tanya, anak-anak tak segan bertanya mencari jawabnya. Bahkan dalam berkhayalpun anak sekarang lebih berani. Coba kita simak puisi berikut :
Bermimpi menjadi Astronot
Pada suatu malam aku bermimpi menjadi astronot
Aku menaiki roket
Aku berada di luar angkasa
Ketika aku mendarat di sebuah planet
Aku keluar dari roket
Di luar aku dapat terbang bagaikan burung terbang
Aku senang sekali, dapat terbang kesana-kemari
Tapi sayangnya aku terbangun dari tidurku
Ternyata aku hanya mimpi
Tapi aku senang telah merasa menjadi astronot
Sungguh khayalan yang luar biasa. Anak sekarang memang berbeda dengan sewaktu saya kecil. Dalam hal mimpi saja terlihat perbedaannya. Tetapi memang khayalan anak sekarang berbeda dengan zaman kita kecil. Bila kita perhatikan kutipan tersebut terlihat bahasa anak-anak yang kental. Satu lagi, ternyata, meski tidak tinggal di kota metropolitan khayalan anak tak berbeda, kreatif dan cerdas.
Kenyataan ini memberikan gambaran di manapun seorang anak berada tidak ada yang bisa melarangnya untuk berkhayal. Dunia anak tak menabukan khayalan.
Secara jujur kita harus mengakui bahwa terkadang apa yan ada di pikiran mereka tidak pernah bisa diduga dan dimengerti oleh orang dewasa.
Malah anak-anak telah menuliskan dongeng dan cerita pengalaman. Dongeng-dongeng yang ada dalam buku sungguh murni rekaan mereka. Meskipun bahasa yang digunakan masih sederhana dan penuh kepolosan.
Isi cerita dalam prosa anak-anak memang lebih sederhana daripada prosa yang diciptakan oleh orang dewasa. Begitupula dengan tema yang tidak sekompleks prosa orang dewasa. Umumnya isi dan tema masih berhubungan dengan hal-hal konkrit yang ada di sekitarnya. Misalnya, tentang pekerjaan, binatang, atau keluarga. Demikian juga untuk dongeng, tokoh dan tema yang dipilih tidak jauh berbeda dengan dongeng yang sudah ada. Namun penyampaiannya tidak terlalu panjang.
Cobalah simak dongeng berikut yang berkisah tentang kebaikan hati kucing dan jiwa penolongnya.
Contoh :
Pada Suatu hari seekor kucing sedang berjalan-jalan dan melihat seekor kelinci yang sedang menangis. Hik hik.. Lalu kucing mendekati kelinci dan bertanya Mengapa
engkau menangis kelinci?Lalu kelinci menjawab, Saya tidak tahu jalan pulang ke
rumah. Kucing pun menawarkan diri untuk membantu kelinci yang masih menangis. Mereka berdua bersama-sama mencari rumah kelinci. Setelah beberapa menit, akhirnya kucing menemukan rumah kelinci. Kelinci senang sekali dan berterima kasih kepada kucing. Kucing pun tidak menangis lagi. Kucing senang sekali dapat menolong kelinci.
Kesederhanaan juga tampak pada penceritaannya tetapi mudah dimengerti pesan yang ingin disampaikan. Hal yang sama juga terlihat pada cerita pengalaman. Pada bagian ini menunjukkan bahwa tolong menolong pun bisa dilakukan pada makhluk lain.
Contoh :
Kemarin saya melihat binatang laut yang bergerak di pasir pantai. tapi lama-lama dia melemah. Saya mengambil bintang laut itu dan saya mengembalikannya ke laut. Tapi dia masih tidak bisa bergerak. Lama, satu menit kemudian dia bergerak dan berenang ke salah satu batu karang dan menepi. Ketika dia menempel di batu, dia membalikkan batu itu, ternyata di bawahnya ada lobster, lobster itu pun selamat. Saya bersyukur pada Allah, karena binatang dapat menolong binatang lain.
Saya pikir tidak hanya kekaguman pada pencipta dan rasa syukur saja yang tergambar dari cerita itu. Ungkapan hati penuh ketulusan juga termasuk di dalamnya. Uniknya, dalam sebuah cerita bisa termuat beberapa nilai tanpa mengurangi atau merusak jalan cerita.
Contoh :
Burung kutilang yang baik
Pada suatu hari burung Kutilang sedang mencari makanan, dia sangat lapar terbang ke sana kemari, akhirnya ia dapat makan. Ketika itu burung Kutilang melihat seekor burung yang sangat kelaparan, mungkin sudah 1 minggu belum makan. Ia bertanya pada burung yang kelaparan, Kamu tingal dimana?Aku tidak punya tempat tinggal, jawab burung itu. Burung kutilang merasa iba, Oh, maukah kamu tinggal di rumahku? Oh, terima kasih, kata burung itu senang. Ayo, kuantar untuk sampai ke rumahku, ajak burung Kutilang. Sesampai di rumah burung Kutilang langsung memberinya makanan dan bertanya pada burung yang kelaparan itu, Siapa namanu?
Namaku burung Pipit.Kenapa kamu sampai ke sini? tanya burung Kutilang ingin tahu. Aku dibuang manusia ke hutan ini, katanya sedih. Oh, begitu ceritanya, Alhamdulillah kamu bertemu aku, tidak jadi mati kelaparan. Oh ya, sekarang sudah malam, maukah engkau tidur? Iya dari tadi aku belum tidur. Ayo kita idur, ajak burung Pipit. Tak lama mereka pun tidur dengan nyenyak. Sementara itu ada yang mengetuk pintu. Yang mengetuk pintu adalah si sapi teman baik burung kutilang.Ternyata pintu tidak dibuka. Dalam hati si Sapi, mungkin dia sudah tidur. Lalu pulanglah sapi sendirian. Paginya, burung Kutilang membangunkan burung Pipit, mengajaknya mandi dan bermain. Mereka bermain terbang-terbangan, lalu burung kutilang terkena ranting kayu yang tajam lalu terjatuh. Burung Pipit cepat-cepat menolongnya, Oh kakimu berdarah, tenang saja Kutilang aku akan menolongmu. Oh, terima kasih kamu baik sekali Pipit.
Dalam cerita itu setidaknya ada tiga nilai yang bisa kita petik. Pertama, sesama makhluk Tuhan harus salng tolong menolong. Terlihat dari sikap burung Kutilang yang menolong burung Pipit yang sedang tertimpa kemalangan. Kedua, jangan memaksa bertamu jika tidak dibukakan pintu. Sapi yang datang bertandang tidak dibukakan pintu. Akhirnya ia memilih pulang dan tidak memaksa. Padahal Sapi dan burung Kutilang berteman baik. Ketiga, membalas budi baik. Di akhir cerita, sikap ini diperlihatkan oleh burung Pipit dengan menolong burung Kutilang yang terkena musibah.
Tidak semua anak mampu melakukan hal ini. Orang dewasa pun belum tentu bisa membuat cerita sedemikian. Meski dari sisi isi dan tema cenderung klise namun tidak ditemukan kesan menggurui atau memerintah. Saya akan ambilkan contoh lain yang tidak menggunakan binatang sebagai tokoh. Kisah ini tentang sikap seorang anak yang bernama Rina dan bersikap sombong. Namun, kesombongannya itu harus
berakhir saat sakit.
Contoh :
Jangan Sombong Rina
Ada sebuah rumah sangat besar, rumah itu ternyata ditempati oleh Rina. Rina sangat sombong karena kekayaannya dan temannya bernama Mita hanya mempunyai rumah yang sangat sederhana. Pada suatu pagi Mita dan Rina pergi ke sekolah, mereka
tidak berangkat bersama-sama, meski mereka bertetangga. Tiba-tiba di jalanan turun hujan yang sangat deras. Mita tahu bahwa akan turun hujan, Mita selalu membawa
payungnya dan segera memakainya. Sedangkan Rina yang sombong, selalu mengejek Mita dan payungnya, akhirnya kehujanan. Kata Rina, Wah, aku kedinginan nih, bisa-bisa aku sakit demam. Sedangkan Mita, Untung aku bawa paying, kalau tidak aku sakit demam deh. Sampai di sekolah, Rina bersin-bersin. Kata Rina dalam hati, Kenapa aku kehujanan? O mungkin aku sombong karena kekayaanku dan suka mengejek, ternyata aku salah dan sadar. Siang harinya, Rina dibawa ibunya ke dokter. Kata dokter, Rina sakit demam. Sore harinya, Mita menjenguk Rina yang sedang sakit dan Mita bertanya kepada Rina, Mengapa kamu sakit demam? Iya karena tadi pagi aku tidak membawa paying, maafkan aku Mita karena selalu mengejekmu, kata Rina. Iya, makanya kamu jangan sombong, begitulah akibatnya, nasehat Mita yang membuat Rina menjadi malu.
Dari cerita ini juga ada nilai yang ingin disampaikan. Namun, lagi-lagi tidak ada kesan menggurui dan memerintah. Tadi kita sudah membacakan dua contoh cerpen karya anak-anak yang rupanya memiliki keunikannya yang tersendiri dalam penyampaian.
Uraian di atas menjelaskan bahwa anak-anak adalah pribadi yang belum matang secara fisik dan emosi. Dalam menghadapi suatu masalah, biasanya mereka berpikir secara dangkal sesuai dengan pengalaman yang mereka terima. Hal tersebut menjelaskan berbagai bentuk kepolosan yang umum dilakukan oleh anak-anak.
Contoh lengkap :
Ngompol
Kriiiing!!!!
Jam weker Dino berdering nyaring. Dengan malas Dino membuka kelopak matanya. Eits, ada yang lembab di atas kasurnya. Dino meraba perlahan seprei biru bergambar Mickey Mouse. Tiba-tiba Dino terlonjak bangun.
"Aduh gawat, aku ngompol lagi," desisnya dengan wajah cemas. "Ibu pasti marah lagi."
Dan benar saja. Ibu Dino marah besar. Soalnya, baru kemarin Ibu mengganti seprei Dino karena Dino ngompol di tempat tidur.
Dino berangkat ke sekolah dengan wajah lesu. Ingin rasanya ia menghilangkan kebiasaan buruknya itu, namun Dino tak tahu bagaimana caranya.
Libur panjang kenaikan kelas tahun ini, Dino berlibur ke tempat Nenek di Yogya. Ayah mengantar Dino dengan kereta api. Di sepanjang perjalanan hanya satu yang ada di dalam benak Dino. Bagaimana caranya agar ia tidak ngompol.
Malu rasanya pada Nenek. Apalagi Nenek sudah tua, kasihan jika Nenek harus mencuci seprei dua hari sekali.
"Lha wong sudah kelas empat kok masih ngompol" Mungkin Nenek akan berucap seperti itu pada Dino.
Mereka tiba di Yogya pagi hari. Sorenya Ayah kembali ke Jakarta.
Nenek telah menyediakan sebuah kamar untuk Dino. Kamarnya kecil tapi rapi sekali. Nenek selalu membersihkan kamar itu untuk berjaga-jaga jika ada anak atau cucunya yang akan menginap.
Tak terasa malam mulai menjelang. Suasana rumah Nenek yang masih pedesaan telah sunyi. Hanya suara binatang malam yang terdengar bersahuttan. Nenek, Dino dan Om Budi, adik bungsu Ayah, menyantap makan malam. Nasi panas yang masih mengepul, orek tempe, gudeg, ayam goreng dan sambal. Dino makan dengan lahap. Nenek dan Om Budi hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Maklum, tubuh Dino yang lumayan gendut mampu menampung banyak makanan. Bahkan pisang ambon yang besar-besar hasil kebun Nenek, masih muat mengisi ruang lambung Dino.
Saat yang paling mendebarkan pun tiba. Waktunya tidur. Dino sangat gelisah. Miring ke kiri salah. Putar ke kanan salah. Tengkurap salah, apalagi dengan perut kekenyangan. Akhirnya Dino bangkit dari tempat tidur menuju meja kecil di sudut ruangan. Diraihnya sebuah plastik berisisi capung yang ditangkapnya sore tadi. Plastik itu diikat ujungnya dan diberi lubang kecil di setiap sisinya untuk menjaga agar capung tetap dapat bernafas.
Menurut Chandra, teman Dino, salah satu obat untuk menghilangkan kebiasan ngompol adalah dengan membiarkan pusar digigit capung.
Dino mengangkat kausnya hingga pusarnya kelihatan. Dengan ragu ia mendekatkan capung berwarna merah itu ke perutnya.
"Wadau!" Dino menjerit kesakitan.
Dengan tergopoh-gopoh Nenek masuk ke dalam kamar. "Ada apa, No?" tanya Nenek dengan wajah khawatir.
Seekor capung terbang di atas kepala Nenek.
Dino bercerita terus terang walau ia agak malu. Nenek tertawa terkekeh-kekeh. Namun tiba-tiba wajah Nenek berubah serius. "Sebelum tidur, kamu sudah buang air kecil, belum?"
Dino memandang Nenek dengan heran. "Belum, Nek," kata Dino sambil menggeleng. "Aku tidak biasa buang air kecil sebelum tidur," lanjut Dino lagi.
"Nah kalau begitu sekarang Dino buang air kecil dulu. Nenek jamin kamu ndak ngompol."
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela. Burung-burung berkicau ramai, membangunkan Dino. Begitu membuka matanya, Dino buru-buru bangkit dari tempat tidurnya dan meraba kasur.
"Aku nggak ngompol!" ucapnya tak percaya. "Nek, Dino nggak ngompol lagi!" teriak Dino menghambur ke arah Nenek yang tengah menyediakan teh dan pisang goreng di ruang tengah.
Nenek tersenyum lalu membelai kepala Dino. "Resep tidak ngompol itu gampang, kan? Pusar mu ndak perlu digigit capung. Cukup buang air kecil sebelum tidur. Kalau tengah malam ingin buang air kecil, segera bangun. Tapi kalau takut, Dino boleh membangunkan Nenek atau Om Budi untuk diantar ke belakang," nasihat Nenek.
"Terima kasih Nek," ucap Dino sambil memeluk Nenek.
Kemudian Dino menyambar handuknya untuk segera mandi dan sarapan. Ia takut teh tubruk dan pisang gorengnya jadi dingin.
****
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemaen Pendidikan Nasional.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Majalah Bobo, Ngompol
Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi, Yogyakarta: UGM
Press.
Tarigan, Henri Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Wellek, Rene and Austin Warren.1965. Theory of Literature. New York: A
Harvest Book Harcourt, Brace and World, Inc.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment