Wednesday 23 September 2020

PENDIDIKAN

MERETAS RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR ANAK DIDIK Oleh : M. Raudah Jambak, S.Pd Pada saat ini di dunia pendidikan, telah terjadi penurunan kualitas belajar anak didik di beberapa wilayah, terutama di kota-kota besar. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya motivasi belajar mereka. Rendahnya motivasi belajar anak didik mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suasana kelas, suasana psikologis anak didik, jumlah anak didik yang cukup banyak dalam satu kelas, sarana dan prasarana sekolah, masalah dalam keluarga yang tidak harmonis, dan tidak terlepas dari cara pendidik menyampaikan materi pembelajaran, misalnya metode belajar yang monoton, serta faktor-faktor lainnya. Motivasi berasal dari kata motif. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Sedangkan kata motif adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan/sikap tertentu. Motivasi sendiri bukanlah suatu kekuatan yang netral atau kekuatan yang kebal terhadap faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelegensia, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya. Motivasi tidak selalu datang atau timbul dengan sendirinya sebab ada yang timbul motivasinya setelah mendapat dorongan, ajakan atau permintaan. Anak didik yang tidak termotivasi mungkin dapat dilihat dari prilakunya, misalnya yang bekerja atau belajar ala kadarnya, perlu diberi tahu setiap hal yang harus dilakukan, pemantau jam, tidak merasa terlibat, tidak tertarik, tidak penasaran, malas-malasan, enggan, lamban, tidak mau melampaui jam belajar, tidak terlibat atau tidak mau tahu. Bagi mereka yang tidak termotivasi atau memiliki motivasi yang rendah, sangat perlu mendapat perhatian dari para pendidik sebab, tanpa motivasi kualitas akademis maupun non akademis anak didik akan mengalami penurunan. Pendidik sesegera mungkin memperbaiki kualitas belajar mereka salah satunya dengan cara menimbulkan motivasi bagi mereka yang tidak memiliki motivasi dan meningkatkan motivasi bagi yang rendah motivasinya atau menumbuhkan serta meningkatkan sekaligus motivasi tersebut Menimbulkan motivasi Menimbulkan motivasi pada diri seseorang berarti mengusahakan adanya motif tertentu yang menguasai seseorang. Sehingga dapat menggerakkan tingkah lakunya. Kalau kita menginginkan anak didik kita bertingkah laku menurut norma-norma yang dinilai tinggi, belajar mandiri dan berinisiatif tinggi dalam proses pembelajaran, maka pendidik (guru) harus menanamkan terlebih dahulu motif yang sekiranya dapat menggerakkan tingkah laku tersebut. Bagi pendidik, mungkin tidak jadi masalah jika anak didik sudah memiliki motivasi belajar. Masalahnya bagaimana jika anak didik kita tidak atau rendah motivasi belajarnya. Selanjutnya, bagaimana membuat anak didik termotivasi dan membangun rasa ingin tahu atau lapar akan pembelajaran? Secara umum, untuk menimbulkan motivasi pada anak didik dapat dilakukan beberapa cara, antara lain : 1. Menjelaskan tujuan yang akan diicapai dengan sejelas-jelasnya. Makin jelas tujuan yang akan dicapai, makin kuat pula usaha untuk mencapainya 2. Menjelaskan pentingnya mencapai tujuan. Penjelasan perlu disertai dengan alasan-alasan mengapa tujuan tersebut perlu dicapai. 3. Menjelaskan insentif-insentif, penghargaan, reward yang akan diperoleh akibat tindakan tersebut. Penjelasan lebih menekankan pada kenyataan riil, tidak muluk-muluk. Insentif tidak harus dengan materi, melainkan dapat berupa kepuasan batin, nilai hidup atau tanda penghargaan. Beberapa tip berikut yang lebih khusus juga dapat dilakukan, antara lain : 1. Beritahu anak didik anda tentang sesuatu apa yang harus dilakukan dengan menunjukkan contohnya. 2. Untuk anak didik yang ”takut” tampil , pasangkan dengan anak didik yang rasa penasarannya sedang-sedang saja, bukan dengan anak didik yang bersemangat kemudian berikan tugas yang merangsang ingin tahu dan perhatian pasangan tersebut. 3. Jika anda punya waktu, ajak beberapa anak didik berdiskusi di luar jam pelajaran. Gunakan pertanyaan terbuka seperti sesuatu hal atau minat yang menarik bagi mereka. Di lain waktu atau pada saat yang sama, tanyakan apa yang bisa meningkatkan minat mereka tersebut. 4. Saat memberi motivasi, buatlah suasana menjadi lebih semangat dan bergembira karena motivasi dapat mucul dari suasana kegembiraan. 5. Ajukan pertnyaan-pertanyaan seperti: Apa yang mereka inginkan dan harapkan dari hasil belajar? Apa manfaat belajar bagi mereka? Dilanjutkan dengan bagaimana cara mencapainya, apa yang diperlukan agar lebih giat belajar jika mereka merespon pertanyaan anda. Pertanyaan-pertanyaan lain dapat juga dimodifikasi sesuai dengan arah pembicaraan. Pengembangan dan Peningkatan Motivasi Pada saat kita telah melihat bahwa motivasi pada anak didik telah timbul, maka sebaiknya kita perkuat atau kembangkan motivasi mereka. Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan motivasi antara lain : 1. Memperjelas tujuan yang dicapai. Bila anak didik telah mengerti sedikit tentang tujuan pendidikan, maka untuk mengembangkan perlu dijelaskan kembali secara terperinci. 2. Memadukan motif-motif yang sudah dimiliki. Barangkali seseorang memasuki sekolah, misalnya SMA, yang sebenarnya ia lebih berminat/termotivasi masuk SMK atau sekolah seni. Namun karena keinginan orangtua, ia memasuki sekolah SMA. Motif-motif yang sudah ada ini (minat ke SMK) diusakahan agar bersama-sama menjadi tenaga pendorong yang kuat untuk mencapai tujuan yang sudah jelas dibuat ketika sekarang ia berada di SMA. 3. Merumuskan tujuan-tujuan sementara yang sifatnya lebih dekat. Bila anak didik melihat hasil belajarnya dalam jangka waktu lama, misalnya anak SMA yang ingin bekerja mungkin harus melanjutkan ke perguruan tinggi, sementara jika ia tamatan SMK, mungkin mudah mendapat pekerjaan. Tujuan jangka panjang dari anak SMA ini tentu akan mengaburkan dan melemahkan mereka dalam mencapai tujuannya. Untuk mengatasinya, perlu diperjelas tujuan yang lebih dekat, misalnya tujuan yang akan dicapai untuk jangka waktu tiga bulan, satu semester atau satu tahun. 4. Memberitahukan hasil yang telah dicapai. Pendidik harus segera menyampaikan hasil belajar anak didik karena pekerjaan yang tidak segera diketahui hasilnya dirasa sebagai sesuatu pekerjaan yang sia-sia. Sebagai contoh, jika selesai pelaksanaan ujian, tentu anak didik sesegera mungkin ingin mengetahui hasil ujiannya. Jika terlalu lama diberitahukan atau malah tidak diberi tahu, maka bagi mereka yang telah berusaha keras atau telah termotivasi belajar akan merasa usaha mereka sia-sia sehingga situasi ini akan melemahkan motivasi belajar selanjutnya. 5. Menimbulkan suasana belajar yang competitif. Situasi persaingan akan memperkuat usaha. Pendidik sesering mungkin membuat suasana belajar yang kompetitif. Tentu saja persaingan yang dimunculkan harus sehat dan terbuka. Sebagai contoh, mengajukan pertanyaan sebelum dimulai pembelajaran atau menjelang pelajaran usai dan bagi mereka yang menjawab diberi reward, nilai tambah misalnya, baik secara lisan maupun tulisan. 6. Merangsang pencapaian tujuan. Makin merasa dekat dengan tujuan yang akan dicapai, maka makin besarlah usaha seseorang. Maka dari itu pendidik diharapkan selalu menghargai usaha anak didik sehingga mereka merasa usahanya semakin mendekati tujuan. Sebagai contoh, jika hasil ulangan seseorang mendapat nilai 7 (tujuh), sampaikan bahwa dengan menambah jam belajar mandiri ia bisa mendapat nilai 10. Dapat juga disiasati dengan membuat soal ulangan yang tingkat kesukarannya sedikit lebih rendah dari ulangan sebelumnya sehingga ia atau anak didik lain mudah menjawab soal sehingga hasil ulangan menjadi lebih tinggi dari ulangan sebelumnya. Ini mungkin membuat anak didik merasa mereka sudah hampir mencapai tujuan sehingga motivasi belajar semakin meningkat dan berkembang. 7. Memberikan contoh-contoh yang positif. Pemberian tugas atau materi tanpa contoh-contoh yang konkret tentang cara mengerjakan atau memahaminya akan memperlemah usaha anak didik. Pendidik haruslah memberi contoh berbagai nilai hidup yang ingin ditanamkan, apabila ingin terlihat hasilnya. Tanpa contoh yang positif, anak didik akan kurang usaha untuk melaksanakannya. Contoh yang positif lebih sering berkesan dari pada nasihat-nasihat yang serba bagus. 8. Melibatkan peran orang tua. Pendidik sebaiknya melakukan diskusi atau sharing dengan orang tua mengenai perkembangan anak, terutama masalah akademisnya. Orang tua juga melibatkan diri dalam memotivasi anak mereka saat di rumah. Seandainya anak didik telah termotivasi belajar di sekolah, namun di rumah tidak mendapat penguatan motivasi dari orang tua maka dikuatirkan motivasi yang telah ada akan melemah atau malah hilang. Di sini sangat diperlukan kerja sama, komunikasi dan koordinasi yang baik antara pendidik dan orang tua anak didik. Motivasi Pendidik Perlu diketahui bahwa dalam memotivasi anak didik, seorang pendidik juga harus memiliki motivasi dalam mendidik. Mungkin akan sulit untuk memotivasi anak didik jika pendidik masih memiliki motif yang tidak jelas. Apakah motivasi mendidik karena ingin mendapat gaji/honor saja? Ingin mendapat tunjangan prestasi? Apakah bekerja sebagai pendidik karena tidak ada pekerjaan lain? Menjalani pekerjaan sampingan atau lainnya? mengharapkan imbalan yang tinggi atau pengharapan lainnya? Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri. Jelasnya bagaimana kita bisa memberi pendidikan yang terbaik bagi anak didik jika kiat (pendidik) masih dominan memikirkan urusan di luar pendidikan? Bagaimana pendidik bisa memotivasi anak didiknya jika pendidik sendiri belum memiliki motif yang jelas. Jadi, di sini kita sangat perlu memantapkan tujuan sebagai pendidik sehingga apa yang kita harapkan baik bagi anak didik maupun diri kita sendiri akan bisa tercapai. Tak ubahnya, ketika kita memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa mereka menjalani proses pembelajaran bukan mutlak karena mengejar nilai atau naik kelas, akan tetapi menambah ilmu pengetahuan sehingga dengan bertambahnya pengetahuan, tentu nilai atau tujuan lainnya akan tercapai. Demikian juga dengan pendidik, jika mendidik mendidik dengan motivasi yang jelas, penuh dedikasi yang menciptakan anak didik yang berkualitas atau sukses dalam belajar sehingga mengharumkan nama sekolah, secara otomatis akan mendapat penghargaan dari sekolah atau yayasan, misalnya kenaikan honor, mendapat tunjangan prestasi atau insentif-insentif lainnya. Seandainya kesuksesan kita dalam mendidik, tidak mendapat perhatian/penghargaan dari sekolah/yayasan, kita tidak perlu berkecil hati karena bisa jadi penghargaan tersebut akan didapat dari luar, dari masyarakat atau dari suasana-suasana yang tidak terduga. Setidaknya kita telah berbuat kebaikan bagi anak didik kita atau bagi orang lain. Perlu disadari bahwa penghargaan yang terbaik bagi seorang pendidik adalah keberhasilan anak didiknya baik pada saat masih menjalani pendidikan maupun telah selesai dari masa pendidikan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan, dikembangkan dan diperkuat. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf kesadaran akan tujuan yang hendak dicapai. Makin sadar anak didik akan tujuan yang hendak dicapai, akan semakin meningkat motivasi mereka untuk mencapainya. Perlu ditegaskan bahwa tidak semua usaha motivasi langsung secara spontan menghasilkan tujuan. Ada kalanya membutuhkan waktu tertentu tergantung seberapa besar motivasi yang ada dalam diri seseorang/anak didik, seberapa keras usaha pendidik dalam memotivasi dan seberapa besar faktor-faktor eksternal lain yang mempengaruhi timbulnya motivasi karena motivasi juga dapat berubah atau hilang pada waktu tertentu. Motivasi bukanlah kekuatan yang netral atau tahan/kebal terhadap faktor-faktor yang ada. Motivasi juga bertalian dengan harapan, maka sediakanlah waktu dan tempat bagi anak didik kita untuk memenuhi harapan bersama, kemudian bekerja sama untuk mewujudkannya. Motivasi juga selalu muncul dari kegembiraan dan kegembiraan ditemukan dalam kerja sama. Jelasnya, segala sesuatu pasti membutuhkan proses dan bila proses menimbulkan/meningkatkan motivasi belajar anak didik dijalankan dengan baik, maka akan menghasilkan hasil yang baik pula, demikian juga sebaliknya.

No comments: