Wednesday 23 September 2020

NASKAH DRAMA TELEVISI : FRAGMENT TABUNG GAS

Drama Pendek (KOCAN) Muhammad Raudah Jambak TABUNG GAS KU SAYANG ADEGAN SATU Ext. Teras depan rumah Tigor. Rumah sederhana. Pagi hari Terlihat orang-orang berbondong-bondong, pergi ke suatu tempat. Tigor baru bangun. Heran. Bangkit memanggil orang-orang. Tigor : Oi, mau kemana? Orang 1 : (berhenti sejenak memandang heran pada Tigor, lalu pergi) Tigor : (memanggil orang kedua) Bang, mau kemana kelien? Orang 2 : (berhenti sejenak, menggeleng, lalu pergi…) Tigor : (menggaruk-garuk kepala kembali duduk) Bah, ditanya manggeleng- geleng ho … Paijo : (melintas di antara rombongan, melihat Tigor dan menyapanya) Hei, Bang Tigor nggak ikut Abang ke Balai Desa? Tigor : (bersemangat) He, Jo. Pai, ah entah siapalah nama kau. Cocok kalilah ada kau. Ha, ada apa di Balai Desa? Paijo : (heran) Jadi, Abang nggak tau? Tigor : (menggaruk kepala lagi) Manalah aku tau. Cobaklah kau pikir, dari tadi aku tanya orang-orang itu. Iya, orang-orang yang lewat itu satupun tak ada yang menjawab. Paijo : Makanya, Abang ikut aku aja. Sambil jalan aku jelaskan. Cocok Abang rasa? Tigor : Ih, cocok kalilah. Tapi nggak kau apa-apakan aku di tengah jalankan. Paijo : (menggeleng) ya, nggaklah, Bang. Tigor : Yang betul kau...,Jo. Paijo : Betul, Bang. Ayoklah... Tigor : (berpikir agak lama) Ayoklah kalau begitu. CUT ADEGAN DUA. Int. Ruang tamu rumah. Rumah kelas menengah. Pagi hari Istri Sangkot, Minah terlihat bersiap-siap hendak mandi. Sangkot masih duduk santai sambil membaca koran. Istri Sangkot hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Sangkot : (membaca koran dengan suara keras) Ketagihan Play Stasion, Bocah Curi Tabung Gas. (mencari yang lain) Kepergok Gasak Tabung Gas, Pengantin Baru Disel. (geleng-geleng kepala) Tabung Gas Meledak, Dua Karyawan Luka. (membaca yang lain) Tabung Gas Tukang Balon Meledak. (membaca di halaman lain) Tabung Gas Meledak, Ibu dan 2 Anak Terbakar. (Tukar posisi duduk) Ih, beritanya ngeri. Bagusnya awak baca yang lucu-lucu. Biar segar sikit utaktu he he he. (membuka halaman lain) A, ini dia. Kolom PILU, pikiran lucu. Hm. Judul kolomnya aja sudah lucu. Ha, ini awak baca. (membaca) Lima Pelaut Kecebur ke Laut. Terjadi percakapan antara Nahkoda dengan para bawahannya. "Lima pelaut kecebur ke laut, tapi hanya satu yang rambutnya basah." "Kok bisa begitu?", tanya Nahkoda. "Karena yang empat itu kepalanya botak licin." (membaca yang lain) Mau tau siapa orang paling sial di dunia? Dia adalah orang yang lahir di BALIK PAPAN,besar di PALU,dan meninggal di SORONG. (membaca yang Lain) Kenapa kucing kalau menyeberang rel kereta api harus melom pat ? Jawabannya : Sebab kalau memutar kejauhan. Minah : (sudah selesai berpakaian, lantas menatap suaminya yang masih ber- Malas-malasan.) Katanya mau ke Balai desa? Bapak kok belum siap? Cepatlah! Nanti jatah kita hilang.... Sangkot : (Panik) Eh, jatah? Jatah apa? Minah : (berkacak pinggang) Eh, pakek nanya lagi. Pak Kades mau bagi-bagi Kan tabung gas. Sangkot : (panik) Alah, Mak. Eee, anu. Tidak usahlah. Tak jadi. Kita kan sudah Punya kompor minyak tanah? Minah : (marah) Ih, bodohnya bapak ini. Itulah kalau orang tidak ngerti bisnis Cepat. Kugas bapak nanti..... Sangkot : (Ketakutan) Oke, oke cinta. Jangan marah lah. Nanti lipstiknya lun... Minah : (marah) Cepat.......!!!(Sangkot terbirit-birit) CUT ADEGAN TIGA Int. Ruang Balai Desa. Pagi. Orang-orang sudah berkumpul. Mereka asyik dengan diri mereka sendiri. Ada yang terdiam di tempat duduknya. Ada yang berbincang serius. Ada yang bercanda. Ada yang duduk. Ada yang berdiri, dsb. Suasana tengah menunggu dan mengharap sesuatu. Tidak berapa lama kemudian Minah muncul dengan Sangkot. Minah lalu mengambil posisi di depan mengabsensi. Minah : (memandang ke hadirin) Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin para penerima Bantuan tabung gas yang saya hormati. Sambil menunggu kedatangan Pak Kades, ada baiknya saya data dulu nama-nama para penerima ban Tuan. Mudah-mudahan semuanya hadir. Tetapi juga sebelum itu per Lu sedikit saya jelaskan latarbelakang adanya bantuan ini......... Orang 1 : (memotong) Maaf, Bu Minah. Bukan maksud saya menyinggung pera Saan Bu Minah. Tapi, maaf. Saya juga tidak bermaksud melangkahi Kewibawaan Bu Minah. Jadi Maaf, Bu.... Minah : (memotong) langsung saja, Bu.. Orang 1 : (sambil memegang perut) Maaf, Bu. Saya kebelet pipis......(pergi) Orang-orang heboh. Ada yang tertawa. Ada yang geram, dsb. Minah : (menggeleng sambil memandang ke arah orang 1) Tenang. Kita lanjut... Orang 2 : (memotong) Bu, sudah langsung saja. Kami sudah hampir tiga jam Menunggu di sini. Orang 3 : (menambahkan) Ya, Bu. Saya setuju. Kami masih banyak kerjaan Yang harus kami selesaikan. Orang-orang kembali heboh. Bu Minah berusaha menenangkan. Bu Minah kembali berbicara setelah semuanya tenang. Minah : (tegang) Baik. Saya hanya mengabsen saja. Pak Sangkot, Bu Santi. Bang Tigor, Bu Darmi, Mas Paijo (Minah terus mengabsen, yang namanya di panggil ada yang bersuara. Ada yang mengacungkan tangannya. Sejak dari nama Pak Sangkot dipanggil, orang-orang sudah mulai berbisik. Diantaranya ada wajah-wajah yang penuh dengan rasa curiga. CUT ADEGAN EMPAT Int. Ruang tamu rumah Tigor. Siang. Di ruang tamu Tigor sedang bingung. Pandangannya tidak lepas ke arah tabung gas yang baru diterimanya dari Balai Desa. Tabung gas itu terletak begitu saja di atas meja ruang tamunya yang sempit. Tigor : (bingung) Mau kuapakan besi ini. Sudah hilang duitku duapuluh ribu Dibuatnya. Aneh, aneh saja kelakuan Pak Gunawan itu kurasa. (meni Rukan ucapan pak Gunawan) Bapak-bapak. Ibu-ibu yang saya horma Ti. Sebelum tabung gas dibagikan secara langsung oleh Pak Kades. Kami berharap Bapak-Ibu mengikhlaskan biaya perawatan tabung Gas ini sebesar dua puluh ribu rupiah. Adapun biaya itu kita perguna Kan untuk mengurus administrasi dan transportasi pengangkutan ta Bung gas ini sendiri. Bah! Tigor kembali diam. Dipandanginya tabung gas itu dengan seksama. (tersentak) Aku tahu sekarang, he he he. Cocoknya kujadikan pot Bunga saja. Cocok. Cocok. Eh, tunggu dulu. Aku tak punya bunga. Lagi pula nanti dibilang pulak sama si Paijo aku banci. Ah, tak jadi. Tigor kembali diam. Tabung gas itu dibawa-bawanya keliling ruangan, sesekali di letakkannya di sembarang tempat. Ketika merasa lelah, tabung itu dijadikannnya bantal untuk tidurnya di atas kursi panjang. (menepuk kening tiba-tiba) Alah, alah..Bodoh kalipun kurasa. Jadi Bantal aja cocoknya kurasa. (seperti teringat sesuatu) Ai, mak. Sakit Lah kepalaku nanti. Sudahlah kujadikan kaki untuk tempat akuarium Ikan-ikan ku lah cocoknya. Aaah, cocoklah itu. Cocok kali kurasa. Tigor dengan semangat memindahkan akuarium sederhana di atas tabung gas itu. Memandang dari berbagai arah. Kemudian dia menari kecil, sebagai ungkapan rasa gembiranya. (menggeleng kemudian) masih tak cocok kurasa. Kalau begitu kule- Takkan saja dulu di luar. Mana tahu si Paijo lewat, jadi aku bisa berta- Nya sama dia. Mana tahu dia bisa menunjukkan jalan keluar. Paling ti- Dak aku tahu harus kuapakan benda ini. Ah, cocok kali kurasa. Tigor ke luar ruangan menuju teras depan. Tabung gas masih dibopong-bopongnya. CUT ADEGAN LIMA Tigor masih duduk melirik ke kiri dan ke kanan. Beberapa orang melintas di depannya memandang heran melihat Tigor yang memeluk tabung gas nya. Tidak berapa lama Paijo muncul dengan menenteng tabung gasnya juga. Tigor : (riang) Jo, ah... sini kau dulu. Coocok kali kau datang. (Paijo men Dekat) Duduk. A, duduk kau dulu. (meneruskan pembicaraan tanpa Memeperdulikan wajah Paijo yang cemberut) Begini, Jo. Aku bi Ngung mau kuapakan benda ini. Kujadikan pot bunga, tak cocok. Kujadikan kaki akuariumku. Tak cocok. Kujadikan bantal apalagi... Juga tak cocok. Kujadikan apapun tak cock. Bingung aku. Nah, seka Rang apa pendapatmu. Kasi aku saran dulu. Paijo : (diam) Tigor : Eh, aku bertanya sama kau. Tak kau perdulikan aku, bah. Eh, kutanya Kau dulu apa saran kau. Biasanya saranmu paten-paten. Ha, macamm Mana? Paijo : Uh, keblinger koe. Apanya macammana? Wong edan. Aku juga bi Ngung. Mau kuapakan tabung ini. Katanya bisa untuk keperluan ru Mah tangga. Bisa untuk ini itu. Aku makenya nggak ngerti. Keperlu An rumah tangga opo....!? Tigor : Aaa, kalau begitu. Daripada kita yang bingung. Bagusnya kita pu Langkan saja. Terus uang duapuluh ribu yang dikutip kita minta lagi Macammana. Paijo : (tertawa tebahak-bahak) Oalah, Gor. Gor. Dasar bocah gendeng. Orang sedesa yang malah bingung. Lebih bagus kita jual..... Tigor : (tersentak girang) Cocok kali. Itulah yang membuat aku senang Berkawan sama kau. Ide cemerlangmu selalu tidak terduga. Wah, Mantap. Paten. Paijo : Cocok, mantap, paten apanya? Eh, Gor. Sekarang aku yang nanya Sama kau. Di desa ini siapa yang mau beli? Siapa?! Tigor : Ya, kita cari lah, kawan. Begini banyaknya manusia di tempat kita Ini, masak tidak ada yang bisa diandalkan. Kita data saja orang-orang Kaya di tempat ini. Mudah-mudahan ada yang berminat. Cocok? Paijo : Ah, kelamaan. Macammana kalau Bu Minah? Cocok. Cocok! FADE OUT Tidak berapa lama Minah dan Sangkot datang menghampiri mereka. Tigor dan Paijo memasang wajah senang. Minah : (tersenyum) Kebetulan sekali. Kebetulan bang Tigor sama Mas Paijo Ada di sini. Sangkot : Ya, kebetulan sekali. Minah : Kalian mau tidak membeli tabung gas kami? Murah. Sangkot : Ya, murah. Minah : Pokoknya kalian tidak menyesal. Sangkot : ya, tidak menyesal. Minah : Jangan takut, rahasia di jamin be..... Tigor : (memotong) tunggu dulu Bu Minah. Sudah terbalek dunia kurasa. Oo Bu Minah. Dari tadi aku sama si Paijo justru berencana menjualnya Ke Bu Minah. Bukan membeli. Paijo : Yo, Bu Minah. Kami bingung. Waktu di balai desa ndak dijelaskan Cara pemakaiannnya secara jelas. Tigor : Terus aku bingung mau diapakan besi ini. Paijo : Aku juga. Setiap kupandang tabung ini bingungku terus bertambah Minah : Kok, bingung. Justru kami kemari maksudnya mau menjual tabung Kami sama kalian. Eeh, tiba-tiba kalian mau menjualnya ke kami. Seharusnya kami yang bingung. Bukan kalian. (berpikir) Sekarang be Gini saja. Bagaimana kalau kita jual sama-sama? Sangkot : Yap, jual sama-sama. Tigor : Aku setuju Paijo : Aku paling setuju Tigor : Sekarang kita kumpulkan di mana? Minah : Di rumahku saja... Sangkot : Eit, tunggu dulu, jangan. Jangan di rumah kita. Minah : (geram) bodoh, bodoh. Abang memang bodoh nggak ngerti bisnis. Sangkot : Ini bukan persoalan bisinis. Ini persoalan keselamatan. Minah : Keselamatan. Keselamatan apanya. Rumah kita selama ini aman- Aman saja kok. Selamat- selamat aja kok. Sangkot ; Bukan itu yang kumaksudkan. Minah : Jadi apanya? Sangkot : (menarik tangan Minah agak menjauh) Tabungnya. Minah : Ya, kenapa tabungnya? Sangkot : Tabungnya. Minah : Kenapa tabungnya? Sangkot : Aku takut tabungnya meledak. Minah : Terus? Sangkot : Aku takut rumah kita terbakar Minah : Terus? Sangkot : Terus, terus. Pokoknya aku tidak setuju. Apapun ceritanya. Minah : Uh, banci. Sudahlah (mendatangi Tigor dan Paijo) Tigor : Sekarang bagaimana, Bu Minah? Paijo : Pokoke aku setuju-setuju saja. Sangkot : Aku tidak setuju. Tigor : Kenapa, Pak Sangkot? Paijo : Aneh Pak Sangkot ini. Ide ini kan datangnya dari istri sampean sendi Ri. Idenya Bu Minah. Lho, kenapa justru sampen ndak mendukung. Oalah, kepribenn iki. Sangkot : (menarik Paijo) Sini, Jo. Sekarang aku mau tanya sama kau. Kau mau Rumahmu terbakar. Paijo : Oalah, Pak sangkot, Pak Sangkot. Mana ada orang yang mau rumah Nya terbakar? Apa Pak Sangkot mau? Sangkot : Uuh, dasar kunyuk. Justru itu. Aku bertanya. Mau tidak rumahmu ter Bakar? Paijo : Ya, ndak maulah. Sangkot : Justru itu. Aku setuju tabung itu dijual. Tapi aku tidak setuju kalau ta Bung itu dikumpulkan di rumahku Paijo : Jadi... Sangkot : Jadi, kalau meledak di rumahku kalian mau mengganti? Paijo : Terus apa tabung itu gampang meledak? Sangkot : Ya, siapa tau? Paijo : (mendatangi Tigor) Aku batal, Gor. Tigor : Macammananya, Jo. Tak jelas kau. Kadang setuju. Kadang tak setuju. Minah ; Ya, sudah. Kalau paijo tidak setuju, tidak apa-apa. Kamu setujukan, Gor? Tigor ; Aku setuju. Paijo : (berbisik) Gor, kamu mau rumahmu meledak. Tigor ; Eh, dodol. Mau kau bom rumahku? Kalau kau tidak setuju jangan pa Ke mengancam. Mau meledakkan rumahku pulak. Mau jadi teroris Kau? Paijo : Bukan itu. Tabung itu mudah meledak. Mau rumahmu tebakar. Tigor : Eh, cacing. Kubilang sekali lagi sama kau. Jangan mengancam. Tadi Mau kau ledakkan rumahku. Sekarang mau kau bakar rumahku. Paijo : Bukan. Bukan itu. Kalau tabungnya meledak rumah kita terbakar. Ka Ta Pak Sangkot tabungnya gampang meledak. Aku takut rumahku ter Bakar. Kau? Tigor : Ah, tak mau aku. Paijo : Jadi? Tigor : (berbisik) Paijo : (menatap sungkan) Bu Minah. Kami sudah memutuskan. Minah : (heran) Memutuskan. Memutuskan kalau kalian setuju? Paijo : Memutuskan. Memutuskan kalau kami tidak setuju. Minah : Ya, tidak apa-apa. Saya bisa sendiri kok. Paijo : Satu lagi, Bu Minah. Kami memutuskan. Minah : Memutuskan apa lagi? Paijo : Kami berencana. Minah : Berencana apa? Paijo : Berencana mau menyerahkan tabung ini ke Bu Minah saja. Untuk Bu Minah saja. Apa Ibu setuju? Minah : (sumringah) Nah, kalau yang begitu saya paling setuju. Terimakasih... Sangkot : (ketakutan) Saya tidak setuju. Minah : Setuju ! Sangkot : Tidak! Minah : Setuju. Kamu setuju, Jo? Paijo : Setuju! Minah : Kamu, Gor? Tigor : Setuju. Paling setuju pun. Sangkot : Aku tidak setuju. Aku tidak setuju. Aku tidak mau rumahku meledak. Aku tidak mau rumahku terbakar. Aku tidak setuju. Pokoknya aku ti Dak setuju. Titik. Pada saat ribut-ribut itu terjadi, Pak Kades melintas. Kemudiann mendatangi mere Ka. Pak Kades : (memberi salam) Assalammualaikum... Ada apa ini Bu Minah? Ba Pak-bapak? Minah : O, tidak apa-apa, Pak. Ya kan Pak (mengguit Sangkot) Sangkot : Ada, Pak. Ada apa-apa, Pak. Minah : Bapak..... Sangkot : Saya takut rumah saya meledak, Pak. Saya takut rumah saya terbakar. Pak Kades : Meledak apanya? Terbakar bagaimana? Sangkot ; Tabung gasnya, Pak... Pak Kades : Ooo, saya mengerti. Begini Pak Sangkot. Tabung gas itu tidak akan Meledak kalau kita bisa merawatnya, misalnya agar acara memasak lebih nyaman tanpa rasa waswas , ada beberapa cara merawatnya berikut ini. 1. KONDISI, Pada saat membeli, pilihlah yang kondisinya baik dan perhatikan tanggal kedaluwarsanya. 2. CEK SELANG, Untuk mencegah kebocoran, periksalah selangnya, minimal sebulan sekali. 3. REGULATOR, Sebaiknya gunakan regulator yang ada meterannya agar memudahkan mengetahui berapa banyak gas yang tersisa. 4. CINCIN KARET, Ketika memasang regulator, perhatikan apakah ada suara mendesis atau tercium bau gas! Jika ya, segera lepaskan regulator dan cek cincin karet pada tutup gas. 5. STOK, Mintalah beberapa buah cincin karet sekaligus kepada penjualnya untuk stok. Karena, terkadang ada tabung gas yang tidak disertai cincin karet atau ukuran cincinnya tak sesuai sehingga gas mudah keluar atau bocor. 6. POSISI, Letakkan tabung gas pada posisi berdiri tegak agar regulator dapat mengunci dengan baik. Berhati-hatilah ketika menerima tabung LPG dari penjual manapun. Cara memeriksa masa kadaluwarsa dari tabung LPG adalah: tanggal kadaluwarsa ditulis dalam alfa code sesuai nomornya sebagai A atau B atau C atau D dan sekitar dua digit angka mengikutinya. Contohnya: C09. Abjad mewakili empat bulanan (1 kwartal), A untuk bulan maret, B Juni, C Sept dan D Desember. Dua digit angka berikutnya merupakan tahun kadaluwarsa. Makanya "C09 berarti September 2009". Sangkot : Jadi kalau kita tidak merawatnya bisa bahaya ya, Pak? Pak Kades : Ya, jelaslah Pak Sangkot. Badan Pak Sangkot saja kalau tidak dirawat Bu Minah pasti panik, ya, Bu Minah? Bu Minah : Tapi ini kan tabung gas bantuan, Pak? Pak Kades : Justru itu. Kita harus lebih aktif lagi merawatnya. Paijo : Pak Kades, sekadar ingin tahu saja. Kemarin tidak sempat bertanya. Kenapa musti ada bantuan tabung gas, Pak. Terus mengapa tidak se Mua warga yang dapat? Pak Kades : Ooo, itu. Bantuan tabung gas elpiji dari pemerintah untuk program konversi minyak tanah (mitan) ke gas elpiji di daerah kita ini masih sangat sedikit. Dari jumlah warga sebanyak 75 KK (kepala keluarga), jatah bantuan yang diterima hanya 17 buah. Daripada bantuan tabung gas itu jadi rebutan hingga memancing keributan antar warga, lebih baik dibagikan dengan cara dikocok seperti arisan. Bahkan cara itu sudah disetujui dan disepakati oleh semua warga. Paling tidak perwa kilan dari warga. Paico : Katanya juga warga pendatang tidak boleh dan tidak bisa mendapat Bantuan ya, Pak. Maksudanya apa? Pak Kades : Disepakati masyarakat penerima tabung gas gratis ini adalah warga yang menggunakan minah dan juga usaha kecil yang menggunakan minah. Kita harus sepakat kriteria penerima paket tabung gas berdasarkan prosedur dan ketetapan (protap) yang ada berdasarkan kesepakatan bersama antara Dirjen Migas dan Pertamina. Kesepakatan itu tidak mengklasifikasi tingkat ekonomi, tetapi semua warga yang menggunakan minah dan usaha kecil menggunakan minah. Kepada warga pendatang menyangkut konversi gas tidak di berikan, karena sebentar lagi pemerintah akan melakukan penertiban administrasi kependudukan (Operasi Yustisia). Soalnya banyak warga pendatang yang sudah menetap bertahun-tahun termasuk mahasiswa ingin mengurus KTP, tapi tidak bisa diberikan karena berkasnya tidak lengkap. Diasumsikan pendistribusian tahap pertama disiapkan sebanyak 200 ribu tabung gas, tetapi estela dilakukan pencacahan tahap kedua jumlahnya sudah mencapai 400 ribu. Pada awalnya pendistribusian akan dilakukan setelah pencacahan dilaksanakan yaitu pada April lalu, tapi karena suatu hal, pencacahan baru bisa dilanjutkan bulan ini, dan sekarang sudah mencapai 52 persen. Namun keberhasilan konversi minah ke gas tanpa dukungan pemerintah, tidak akan berjalan lancar. Dan untuk sementara ini Pertamina belum melakukan pengurangan minah di dae rah kita. Pengurangan nantinya juga akan dilakukan secara bertahap setelah masyarakat menerima tabung gas. Minah sendiri tetap ada di pasaran tetapi harganya tidak di subsidi lagi, yaitu sekitar Rp7.500 per liter. Paijo : Ada tidak sanksi jika terjadi ketidak beresan dalam pendistibusian ta Bung gas itu, Pak? Pak Kades : Itu sebenarnya persoalan kejujuran saja. Si pelaku dengan Tuhan. Tetapi kalau mencuri tabung gas bisa dijerat Pasal 363 KUHP tentang Pencurian dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara. Tigor : Tapi, Pak. Saya tidak pandai mempergunakannnya, macammana, Pak Pak Kades : Kalau begitu sekarang ayo ke rumah saya. Semua akan saya ajari. Ok. Tigor, Paijo, Sangkot dan Minah mengangguk-angguk tanda senang. CUT SELESAI Medan, Sept. 2009 Muhammad Raudah jambak, S.Pd

No comments: