Wednesday 23 September 2020

NASKAH DRAMA : HARGA DIRI

Naskah: M. Raudah jambak HARGA DIRI ADEGAN SATU Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, SEBUAH GUDANG TAK TERPAKAI, TERRLIHAT SEORANG WANITA BERPAKAIAN PERAWAT YANG DI SEKAP TENGAH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERPAKAIAN BELANDA SEDANG ASYIK MEMAINKAN ANAK CATUR DI DEPAN MEREKA. DARI SUDUT MATA PEREMPUAN ITU PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. DAN SEGERA MENGHAPUSNYA KETIKA SALAH SEORANG LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU MEMPERHATIKAN NYA SESAAT. DI LUAR TERDENGAR SUARA DENTUMAN BOM SESEKALI DENGAN RENTETAN SENAPAN MESIN. Badren : (melirik sesaat, kemudian memainkan buah caturnya) Skak, mat! Sahdi : (berhenti sejenak memperhatikan dengan rasa tidak percaya) Di mana Kau letakkan matamu? Aku belum mati. Sebuah jalan keluar pasti akan kutemukan. Tunggu saja... Badren : (tertawa mengejek) sekarang silahkan kau cari jalan keluar itu ha ha Ha ha ha SUASANA KEMBALI SENYAP. LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU MELANJUTKAN PERMAINAN MEREKA. ADEGAN DUA Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERPAKAIAN BELANDA SEDANG ASYIK MEMAINKAN ANAK CATUR DI DEPAN MEREKA. DARI SUDUT MATA PEREMPUAN ITU PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. TIBA-TIBA PEREMPUAN ITU BERTERIAK TERTAHAN. LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU MEMPERHATIKAN NYA SESAAT. KEMUDIAN KEMBALI ASYIK DENGAN BUAH-BUAH CATUR MEREKA. Jumai : (seperti menahan sakit) Bang, tolong lepaskan aku. Apa yang kalian inginkan sudah kalian dapatkan. Apalagi yang ingin kalian harapkan dariku? (menyayat) Bang, tolong...! Badren : (tertawa mengejek Sahdi) Sudahlah. Lebih baik kau menyerah. Setiap kali kita bermain tidak pernah sekalipun kau menang.Ha ha ha........ Sahdi : Kau harus selalu ingat jalan keluar pasti selalu ada....... Jumai : (Berteriak histeris) Biadab, dengar...! Lepaskan aku sekarang juga. Dengar! Bebaskan aku! Bebaskan.........! Sahdi : (bangkit dan mencengkram kerah Jumai) Kau bisa diam, tidak?! Apa kau tidak melihat. Aku sedang berfikir?! Aku sedang berfikir..........! Badren : (tertawa mengejek) Seorang profesional tidak akan mudah terpenga ruh situasi yang bagaimanapun. Katakan saja kau menyerah. Akui sa ja kalau kau lemah. Sahdi ; (menantang) Ini bukan persoalan menyerah atau tidak. Dengar. Aku tidak lemah. Aku hanya butuh ketenangan. Ketenangan berfikir......! Badren : (memotong) Tetapi kau tidak tenang. Kau terlalu tegang dalam berfi kir. Kau seperti perempuan yang kehabisan lipstik. Ha ha ha. Kau ti dak jantan. Kau betina. Ha ha ha Sahdi : Baik. Kita tidak perlu memperpanjang kata. Sekarang biar kuajarkan Kau tentang sebuah kejantanan. Kuajarkan kau bagaimana menjadi seorang laki-laki...... Badren : Kau menantang? Sahdi : Terserah penafsiranmu. Badren : Aku menafsirkan, kau sudah berani menantangku. Sahdi : Oke. Sebagai laki-laki aku tidak bisa menolak. Kalau kau mau menju al, maka pantang bagiku untuk tidak membeli. Badren : Ayo, kita mulai. Siapa diantara kita yang sebenar-benarnya laki-laki. Kau atau aku. Sahdi : Ayo (memasang kuda-kuda) ADEGAN TIGA Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERPAKAIAN BELANDA SEDANG MENGADU KEKUATAN. PERKELAHIAN TIDAK BISA TERELAKKAN. SALING PUKUL. SALING TENDANG. SALING ADU JOTOS. SALING PITING. PERKELAHIAN ITU BARU TERHENTI SETELAH MEREKA SAMA-SAMA MERASAKAN KELELAHAN. DEMI MELIHAT KEDUA LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU TERKAPAR KELELAHAN, PEREMPUAN ITU BERUSAHA MELEPASKAN TALI IKATANNYA. ADEGAN EMPAT Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari PEREMPUAN ITU AKHIRNYA BERHASIL MELEPASKAN TALI IKATAN NYA. TETAPI BELUM SEMPAT IA BERLARI KELUAR RUANGAN SEBUAH TANGAN MEREMAS PERGELANGAN KAKINYA. PEREMPUAN ITU TERJATUH. TETAPI TANGAN ITU SEMAKIN KUAT MEREMAS PERGELANGAN KAKI PEREMPUAN ITU SETIAP KALI IA BERUSAHA MELEPASKAN DIRI. Jumai : (meronta) Lepaskan! Lepaskan kakiku. Biadab.... Sahdi : (secepat kilat meraih leher jumai dan menempelkan sebuah pisau) Kau boleh lari dari tempat ini, tetapi sebelumnya kulepas dulu nyawa dari ragamu. Jumai : (meronta) Lepaskan! Lepaskan aku biadab! Kalau tidak bunuh saja Aku! Bunuh! (menangis) Sahdi : (tertawa mengejek) Membunuhmu? Itu persoalan mudah bagiku. Membunuh memang makanan sehari-hariku. Tenang. Kau sebentar lagi akan kubunuh. Tetapi sebelum kubunuh. Kau akan merasakan dulu sebuah fantasi kenikmatan, sebelum maut menjemputmu. Ha ha ha. Paling tidak kau akan merasakan sebuah kebahagiaan yang tiada taranya yang kutitipkan sebelum ajalmu datang (menarik paksa). Jumai : (meronta) Jangan! Biadab. Bunuh saja aku. Bunuh! TANPA MENGHIRAUKAN PEREMPUAN ITU, LELAKI ITU TERUS MENYERET PEREM PUAN ITU. PEREMPUAN ITU TERUS MERONTA SAMPAI AKHIRNYA BERHENTI SETE LAH SEBUAH TAMPARAN MENDARAT DI PIPINYA. DEMI MELIHAT ITU LELAKI ITU TERTAWA. LELAKI ITU SEGERA MELEPASKAN PAKAIANNYA. ADEGAN LIMA Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari LELAKI ITU MELEPASKAN KANCING BAJUNYA SATU PERSATU. DAN KETIKA IA HENDAK MELEPASKAN CELANANYA LELAKI TEMANNYA MENGHARDIK. Badren : (membentak) Hentikan! Apa yang akan kau lakukan! Sahdi : Itu bukan urusanmu. Kalau kau mau, kau boleh mencicipinya. Badren : Tidak. Ini tetap menjadi urusanku. Sahdi : Kalau begitu sebaiknya kau diam. Dan kau boleh menonton pertun jukkan yang menyenangkan ini. Diam dan saksikan. Badren : Hei dengar. Apa kau tidak memikirkan, apa kata ketua nanti? Sahdi : Kalau kau tidak membuka mulutmu yang nyinyir itu ketua tidak akan pernah tau apa yang aku atau kita lakukan, Badren : Hei dengar. Perempuan ini akan segera kita kirimkan sore ini ke Ma laysia. Dan ketua sudah berpesan agar kita menjaga perempuan ini baik-baik, mengerti! Sahdi : Sudah diam! Badren : Baik kalau begitu. Kau harus melangkahi mayatku dulu. Sahdi : Ah, banyak cerita kau (sebuah pukulan mendarat di perut badren, se buah perkelahian tidak terelakkan kembali). ADEGAN ENAM Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari KEDUA LELAKI ITU KEMBALI BERKELAHI. KALI INI LEBIH HEBAT. SALING PITING. SALING TIMPA. BERGULING-GULING KE SANA KE MARI. DAN SEBUAH SUARA YANG TIDAK JELAS MENGHENTIKAN PERKELA HIAN MEREKA. SEORANG LELAKI BISU MEMISAH PEREKELAHIAN MERE KA. Jamal : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat) Badren : (terengah-engah) Dia yang memulai. Sahdi : (terengah-engah) Tidak usah mencari kambing hitam. Dasar penjilat. Badren : (menantang) Ayo kita tuntaskan. Sahdi : (menantang) Ayo. Jamal : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat) Badren : Sudah, Mal. Biarkan kami menuntaskan persoalan ini. Ini sudah bica ra antara laki-laki dengan banci. Ini sudah sampai pada masalah harga diri. Sahdi : Siapa yang banci. Kau yang banci. Badren : Kalau memang kau jantan, ayo kita mulai lagi. Sahdi : Ayo! Aku tidak takut! Badren : Ayo! Jamal : (memisahkan dengan bahasa isyarat. Dan pada saat itu sebuah Dentuman bom yang cukup keras akhirnya menghentikan perkelahian itu) Badren : (memeriksa sekitar dari celah pintu dan jendela) Untuk sementara kita tangguhkan. Ayo kita periksa keluar, sekaligus menjumpai ketua. Sahdi : Ya, kita ke sana. Tapi ingat jangan sampai kau ceritakan kejadian ini pada ketua. Dan perlu kau tahu aku bukan banci. Aku bukan pengecut kita lanjutkan lagi nanti. Badren : Baik. Dan perlu juga kau ingat, aku bukanlah penjilat. Sekarang kita Jumpai ketua dulu. Setelah itu, bersiap-siaplah kau menjemput ajalmu Sahdi : Ayo. Kau juga tidak perlu takut. Akan kuberikan penghormatan ter akhir untukmu, setelah kau menikmati rasa sekarat yang sangat me nyakitkan. Badren : Ooo, kau mau memulainya lagi? (memasang kuda-kuda) Sahdi : Eit, siapa takut! (memasang kuda-kuda) Jamal : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat. Dan menyuruh mereka pergi) ADEGAN TUJUH Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari KEDUA LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU PERGI. JAMAL SEGERA MELIHAT SITUASI. MERASA SITUASI AMAN, JAMAL SEGERA MEMBANGUNKAN JUMAI. TIDAK BERAPA LAMA JUMAI TERBANGUN. WAJAHNYA PENUH KETAKUTAN. Jumai : (ketakutan) Bunuh saja aku! Bunuh! Jamal : (menenangkan dengan bahasa isyarat) Jumai : (memelas) Tolong. Tolong lepaskan aku. Aku rindu emak. Ambil semua milikku. Jamal : (meletakkan jari telunjuk di mulutnya. Memperhatikan ke sekelilingnya) Tenang. Aku akan segera melepaskanmu. Tapi sebe lumnya aku perlu kerjasamamu untuk membongkar dan menghan curkan para pengkhianat bangsa di lokasi ini. Demi negara ini.... (memperhatikan sejenak) Kau mau? Jumai : (terdiam sejenak) Bapak siapa? Jamal : Saya pejuang. Saya ditugaskan untuk menyusup dan membongkar Lokasi tempat para pengkhianat bangsa ini. Tidak mudah memang. Makanya saya melakukan penyamaran ini. Jumai : Tolong saya, Pak. Jamal : Tenang. Kami hanya tinggal menunggu waktu penyergapan saja. Jumai : Nama, Bapak. Siapa? Jamal : Saya Jamal. Mereka memanggil saya begitu. Dan panggil saja saya seperti itu. Jumai : Tolong selamatkan saya. Jamal : Sudahlah. Ayo, cepat sebelum mereka kembali. ADEGAN DELAPAN Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari JAMAL DAN JUMAI SEGERA BERSIAP-SIAP KELUAR DARI TEMPAT ITU.TETAPI BELUM SEMPAT MEREKA KELUAR KEDUA LELAKI BERPAKAIAN BELANDA ITU MASUK BERSAMA SEORANG LAKI-LAKI BERPAKAIAN BELANDA LAINNYA . MEREKA LALU MENGHADANG JAMAL DAN JUMAI. SEKALIGUS MEMBONGKAR KEDOK JAMAL YANG SELAMA INI BERPURA-PURA BISU. Van Dogol : (menghadang bersama kedua anak buahnya) Mau kemana? Mau ke Mana kau bawa perempuan itu? Jamal : (mengeleng-geleng dengan bahasa isyarat) Van Dogol : (tertawa mengejek) ha ha ha. Tidak usah kau berpura-pura. Kami su dah tahu semuanya. Sebenarnya aku sudah sangat percaya padamu. Dan kau ternyata telah menipuku mentah-mentah. Ternyata kaulah pengkhianat sesungguhnya. Jamal : (menarik nafas) Baiklah. Sekarang kalian sudah mengetahui siapa aku dan untuk apa aku di sini. Sebaiknya kalian menyerah. Van Dogol : (tertawa lepas) Tidak semudah itu. Justru kau yang akan kami habisi. (memberi kode kepada kedua anak buahnya) O.S. : Dengar semua yang ada di dalam. Menyerahlah Pengkhianat. Kalian sudah dikepung. Keluarlah dengan tangan di atas kepala. Van Dogol : Kurang ajar. (memberi kode kepada kedua anak buahnya) Bunuh dia. Cepat. Jamal : Berhenti. Sebaiknya kalian menyerah. Menyerah demi negara ini. Tempat kalian dibesarkan. Sudahlah menyerah. Itu akan meringankan hukuman kalian nanti. Van Dogol : Lebih baik kami mati daripada harus mendekam di penjara. Negara ini, negara miskin. Apa mungkin kalian bisa hidup di negara seperti ini. Kalian hanya diperalat. Negeri ini tak ubahnya sebuah palung lumpur yang siap-siap melumat kalian hidup-hidup. Kebangsaan itu omong kosong hahahaha..... Jamal : Terserah kalian. Kalau memang itu yang menjadi pilihan kalian. Silah kan. Van Dogol : Ayo, cepat! Habisi pengkhianat ini! (memandang heran kepada kedua anak buahnya) Kenapa kalian diam. Cepat! Badren : (bersama sahdi) Maaf, Ketua. Van Dogol : (marah) Pengecut! Dasar cacing-cacing pengecut! Kalian semua peng khianat. Pengkhianat! Sebaiknya aku pergi dari sini. Awas kalau se andainya kita bertemu kembali rasakan balasanku. Jamal : Tunggu ketua. Sebaiknya menyerah saja. Aku yang akan menjamin. Van Dogol : Aku tidak butuh belas kasihanmu. Dasar bajingan tengik. Pengkhia Nat, Kau! Biarkan aku pergi! (mencari jalan keluar dan kemudian ke Luar dari tempat itu. O.S. : Berhenti! (tidak berapa lama terdengar suara tembakan) ADEGAN SEMBILAN Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari SETELAH TERDENGAR TEMBAKAN.BEBERAPA ORANG TENTARA NASIONAL MASUK. TERJADI KETEGANGAN DI DALAM RUANGAN ITU. SEORANG PEREMPUAN PARUH BAYA MASUK DENGAN TERBURU-BURU DAN SEGERA MEMELUK JUMAI. JUMAI MEMBALAS PELUKAN ITU DENGAN BERURAI AIR MATA. Ibu : (berteriak) Anakku! Jumai : (Histeris) Mak........! Ibu : (memeluk dan menghapus air matanya) Sudahlah, anakku. Jangan menangis. Jangan kau teteskan air matamu untuk pertemuan kita ini. Tetapi, teteskanlah air matamu untuk sebuah kebanggaan ibu kepadamu. Kau pejuang ,anakku. Pejuang. Dan Ibu bangga padamu. Kau berjuang sesuai dengan kemampuanmu. Kau berjuang demi negara ini. Kau tetap bertahan menjaga mulutmu untuk tidak membocorkan lokasi pahlawan-pahlawan kemerdekaan itu jauh lebih dari cukup. Ayo, anakku. Perjuangan ini tidak akan pernah selesai........ Kita akan jaga bangsa ini dan perjuangkan sampai titik darah penghabisan. Itulah harga diri kita yang sebenarnya..... KEDUA ANAK BERANAK ITU MELEPASKAN SEGALA RINDU DENGAN DERAI AIR MATA YANG SUDAH LAMA TAK TERTUMPAH. JAMAL DAN KEDUA PENJAHAT ITU HANYA TERPAKU MEMPERHATIKAN. DENTUMAN DAN RENTETAN SENJATA SIMPANG SIUR. SAYUP-SAYUP TERDENGAR PROKLAMASI DIDENGUNGKAN. TAMAT Medan, pertengahan oktober 09012 M. Raudah Jambak

No comments: