Monday 5 May 2008

Sabarto SH : Menjadi Aktor Itu Menyenangkan

Sabarto SH : Menjadi Aktor Itu Menyenangkan

Oleh : Ardani

Berkesenian dengan kegiatan teater menjadi pilihannya, dan dia pun aktif ikut mentas pada pementasan berbagai naskah drama yang dipentaskan Teater Kartupat. Karena kekuatan aktingnya dia diminta ikut mendukung sebagai pelakon pada sinetron Cintaku Terhalang Tembok di SCTV dengan sutradara kondang Nano Riantiarno. Sebelumnya berkali-kali ikut berlakon pada fragment yang ditayangkan TVRI Stasiun Medan. “Dulu ditahun sembilan puluhan menjadi pelakon di fragment televisi Medan bagaikan artis yang membuat kita populer,” katanya bangga.
Sabarto SH, seniman teater menekuni seni peran sudah cukup lama dan dia hanya ingin jadi pelakon. Sampai sekarang ini sudah 140 naskah pentas teater yang dia ikut berlakon di situ. “Selalu saja diikutkan dalam berbagai casting kalau ada produksi Teater Kartupat, “ kata Sabarto yang dilahirkan di Medan 11 Juli 1962.
Lelaki putra Jawa kelahiran Sumatera Utara (Pujakesuma) darah kesenian datang dari arahnya yang seniman tradisional Kuda Kepang. Subarto memilih teater sebagai seni yang diminatinya. Di Teater Kartupat pimpinan Raswin Hasibuan tempatnya berlatih. Tak terasa sudah cukup lama dia di teater itu. Sampai sekarang pun di teater itu.
Beberapa naskah pentas yang dia ikut bermain di dalamnya di antaranya Kapai-kapai karya Arifin C Noor, Wek-wek, Perempuan Gila karya Raswin Hasibuan, Tuan Kondektur, Malam Jahanam, Jodoh dan lainnya. “Diberi peran utama atau peran pembantu tetap saja saya terima. Bagi saya peran apa saja harus saya lakukan dengan baik,” kata Sabarto.
Selain sebagai pemain , Sabarto dipercaya menjadi instruktur di Teater Kartupat. Dan selama delapan tahun ini mahasiswa dan mahasiswi yang dari FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UISU magang latihan teater di Kartupat sebagai hasil kerja sama FKIP itu dengan Teater Kartupat. “Saya ikut melatih mahasiswa calon guru itu untuk seni peran,” ungkap ayah dari dua anak masing-masing Pawesti Evisa dan Darasti Fersa.
Sabarto kesehariannya waktunya sebagai guru untuk tingkat SMP, SMK Bisnis, SMK Elektronik PAB 6 Jalan Medan Estate untuk mata ajar seni dan budaya.
Sebagai guru seni dan budaya dengan pendidikan sarjana hukum dari Universitas Muslim Nusantara (UMN) Medan memang tidak pas. Tetapi dia praktisi seni dan budaya dan dia telah mendapatkan pendidikan akta IV untuk bisa menjadi guru.
Dia jika berakting sangat menghayati peran yang diberikan. Selain mentas di panggung di kerap kali ikut berlakon untuk drama epos perjuangan pada setiap 17 Agustus di Lapangan Merdeka Medan. “Untuk drama kolosal agustusan saya diserahi tugas sebagai koordinator,.” terang suami dari Feri Adha Evi.
Selama berakting, satu naskah yang mengesankannya saat berlakon pada naskah Sampe Engtai, mereka pada cerita itu merasa sangat masuk dalam pelakonan.
Teater sebagai sarana mengasah kemahiran berakting, dan di sekolah dia mengajarkan pengetahuan itu pada siswa –siswinya. Sepulang mengajar pada sore hari melatih mahasiswa yang latihan di Tater Kartupat Jalan Jemadi. “Senin sampai Sabtu mengajar dan menjadi instruktur , dan hari Minggu saya buat untuk keluarga,” ujar anak dari bunda Sibah.
Dengan fostur tegap dan tinggi dan terkesan atletis dan artikulasi jelas membuat posisinya sebagai guru dan instruktur teater di patuhi.
Karier keaktorannya cukup berprestasi namun sikapnya dengan yang lebih muda atau yang baru belajar teater tetap rendah hati.”Kalau pementasan drama yang diproduksi Teater Kartupat seperti pada Lakon Malin Kundang Milllenium 3000 dinilai kocak pada Parade Sabtu Ketawa Kampusi Promo, itu karena kerja team work,” katanya.
Karena seni dan budaya napas hidupnya, mengajarkan pengetahuan itu kepada siswanya pun dia tak kerepotan. “Mudah-mudahan dalam mengajar mudah diserap siswa. Itu yang penting dalam belajar-mengajar,” kata Sabarto yang juga di SMK Bisnis diserahai tugas rangkap sebagai administrasi sekolah itu.
Hanya dilingkungan sekolahnya tempatnya mengajar dia mau menjadi sutradara untuk pementasan drama di sekolah, dan juga pelatih seni bila ada Pekan Olah Raga dan Seni yang diikuti sekolah itu.
Selain mahir berakting,mahir juga baca puisi , menulis puisi, baca cerpen . Baca cerpen berkali-kali di USU bersama mahasiswa di Fakultas Sastra Indonesia. Di kampus itu dia juga mendongeng dalam acara mahasiswa di sana.
Menurutnya, hari-harinya enjoy saja karena seni dan budaya telah menyatu dalam hidupnya. Dan kini mentap di Jalan Pancing masuk ke Jalan Ambai No 80 F Medan. Di rumahnya itu dia rukun dan damai menjalani hari-harinya.



Medan, 4 Mei 2008


Ardani
Penulis

No comments: