Monday 5 May 2008

Cerpen

Dodi Penyanyi Cilik

Oleh : Ardani

Si Dodi murid kelas dua SD itu tidaklah ternasuk golongan murid yang pintar di sekolahnya. Tetapi dia disayang gurunya, karena ia rajin sekolah dan tertib. Dalam setahun tak pernah di absen. Kerajinan membuat guru-guru sayang padanya. Di samping itu ia juga mempunyai kemampuan dalam menyanyi.
Kata ayah Dodi, ia memang berharap anaknya kelak menjadi penyanyi. Waktu istrinya mengandung , ia selalu menyanyikan calon bayi itu. Dan ketika anak itu lahir diberina nama Dodi. Dodi tumbuh sehat dan ketika SD ia mulai menunjukkan bakatnya menyanyi.
Kini Dodi telah duduk di kelas dua SD, dan tiap kali ada temannya berulang tahun, dia diminta untuk menyanyi dan teman-temannya merasa riang kalau ia menyanyi karena suaranya merdu dan pas betul membawakan lagu anak-anak.
Di sekolahnya jika hari Senin pagi, ia menjadi konduktor untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Diberi kesempatan untuk menjadi konduktor lagu wajib dijalaninya dengan baik.
Untuk kepercayaan yang diberikan itu ia berlatih membaca not lagu itu, dan berlatih di rumah. Dalam berlatih Papa dan Mamanya kadang memberikan saran-saran tentang sikap tubuhnya kalau menyanyi lagu kebangsaan. Hasilnya Senin pagi terasa sangat berarti karena ia memimpin sebagai dirijen lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karena keberanian dan kemampunanya menyanyi serta terampil membawakan lagu Indonesia Raya, Kepala sekolah juga merasa sayang kepadanya. Tidak itu saja pada Agustusan pun ia diminta untuk membaca Teks Proklamasi pada upacara HUT Kemerdekaan RI sekolah itu.
Dodi semakin populer di sekolahnya, dan ketika ia memenangkan lomba lagu untuk anak-anak , dia menjadi contoh anak yang berprestasi di bidang seni. “Dodi, Mama ingin sekali kamu menjadi penyanyi cilik dan mempunyai album lagu untuk anak-anak. Papa telah mempersiapkan beberapa lagu untukmu. Dan juga telah menghubungi perusahaan rekaman di Jakarta. Katanya CD contoh lagu-lagumu yang direkam ayah sedang dipelajari mereka. Jika mereka setuju kamu maukan ke Jakarta,” kata Mama Dodi.
“ Iya, Ma. Aku mau. Asal singgah lihat Tugu Monas.” ungkap Dodi.
“Tentu. Nah, untuk itu kamu harus lebih giat lagi latihan,” pinta Mamanya.
Sebenarnya sudah bertahun-tahun keinginan Mama dan Papa Dodi agar anaknya masuk dapur rekaman terwujud. Andai saja Dodi telah berumur 14 tahun tentu Mamanya akan ikutkan anaknya pada lomba nyanyi di Mama Mia di Indosiar. Tetapi usia Dodi belum cukup untuk memenuhi persyaratan lomba tersebut.
Tanpa setahu Dodi, mamanya telah beberapa kali menerima penolakan dari studio rekaman musik di Jakarta. Alasannya perusahaan rekaman itu tidak berani berspekulasi. Sebab nama penyanyi cilik asal Medan belum populer. Alsan lain saat ini perusahaan lebih mengutamakan lagu-lagu populer untuk orang desawa.
Tiap kali menerima penolakan itu, Mama Dodi berusaha terus memotivasi anaknya agar giat berlatih bernyanyi. Dia ingin bakat anaknya itu terus tumbuh dan berhasil dalam bidang menyanyi itu.
Mama Dodi tidak patah arang, suatu kali ada produser studio musi yang mau merekam suara Dodi dan dengan persyaratan kaset atau CD itu biaya produksinya di tanggung Mama Dodi dengan jumlah keping CD yang terbatas, dan mereka tidak ikut memasarkannya.
Produser studio musik itu mau melakukan karena bersimpati melihat kegigihan anak dan mama ini, selain itu produser itu juga asal kota ini yang kini sukses di Jakarta.
Halimah Mama Dodi, tak ingin bakat anaknya tak tersalurkan secara maksimal, dengan menjual segala hiasan (emas, berlian) dan menguras tabungannya ia bersedia menaggung biaya produksi itu.
Dodi, mama dan papanya berangkat ke Jakarta untuk rekaman di studio musik. Ia telah masuk ke dapur rekaman. Selesai merampungkan album perdananya, sekeluarga mereka berangkat ke Tugu Monas, Taman Mini Indonesia Indah. Ke Ancol dan Dunia Fantasi.
Usai rekaman dan jalan-jalan di Jakarta, hasil rekaman album perdana itu pun selesai. Album dengan lagu pavorit Sayang Mama Papa dan beberapa lagu lainnya.
Album perdana lagu pop anak Sayang Mama Papa hanya diproduksi 10.000 keping CD dan kaset. Hal ini dimaksudkan hanya untuk di pasarkan di Medan Sumatera Utara.
Pulang rekaman di Jakarta, kini tugas Mama Dodi untuk memasarkan sendiri CD dan kaset itu. Bagi Mama Dodi ini tantangan dia telah menghabiskan begitu banyak uang agar anaknya bisa rekaman lagu. Berbekal pergaulannya dan juga karena dia juga seorang guru di TK. Mama Dodi mulai membuat gagasan-gagasan cara memasarkan CD dan kaset itu.
Dan kini selain memasarkan CD dan kaset itu Mama Dodi menjadi manajer bagi anaknya, berbagai show penyanyi cilik ia gelar di Mall atau Plaza yang diseponsori berbagai usaha. Hasilnya nama Dodi semakain berkibar di kota itu, kaset dan CD terjual.
Tidak cuma itu cara Mama Dodi menjual album lagu anak itu, tetapi juga dengan cara bergaul, teman wirid, atau tean sesama guru TK, orangtua murid menjadi pasar bagi Mama Dodi. Akibatnya 10.000 keping CD dan kaset itu laku terjual habis
Dari penjulan kaset dan CD itu Mama Dodi memperoleh untung yang lumayan besar, dari hasil penjulan itu Mama Dodi mengambil kembali modalnya , sedangkan keuntungannya ia tabungkan di tabungan Dodi untuk biaya pendidikan anak semata wayangnya itu.
Melihat tabungannya jumlahnya cukup banyak, Dodi semakin giat latihan nyanyi dan memperbaiki kemampuanya menguasai panggung. Cita-citanya untuk menjadi penyanyi cilik terkenal sebentar lagi akan terwujud. Namun, mamanya selalu mengingatkannya agar Dodi tetap mengutamakan sekolahnya.

No comments: