Friday 23 May 2008

oleh siswa-siswi SD Panca Budi Medan

Festival Seni “Medan Urban” Tampilkan Seni Sastra dan Musik
Oleh : Jamaludin


SMA Harapan 1 Medan menampilkan Ensambel musik Medan Urban pada pembukaan Medan Urban Arts Festival Sabtu, 29 Maret 2008 pukul 15.00-17.00 WIB di Taman Budaya Sumatera Utara. Diselingi dengan musikalisasi puisi, pembacaan rampak puisi oleh SD Panca Budi serta visualisasi sastra oleh Teater LKK UNIMED.

Ensambel musik Medan Urban yang disesuaikan dengan tema penyelenggara adalah merupakan komposisi musik yang mempertemukan berbagai instrumentasi karya-karya kreatif dari para siswa yang selama ini telah mereka tampilkan dalam kompetensi pengembangan kepribadian siswa di sekolah, Drs. H. Hasan Basri, MM selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan dalam pidato arahannya sekaligus membuka dengan resmi Medan Urban Arts Festival menyebut bahwa sistem pendidikan ekstra kurikuler kita sekarang ini lebih menekankan pada kemandirian siswa.

Oleh sebab itu program pengembangan diri yang dilaksanakan setiap hari Sabtu, perlu digalakkan secara terus menerus untuk mecapai kualitas diri siswa sebagaimana diharapkan. Istilah Urban Arts dikatakan Afrion digunakan untuk memberikan batasan wilayah garapan dengan pengertian bahwa seni urban merupakan kesatuan bentuk yang hidup dan berkembang di kota. Dari segi bentuk garapan bisa jadi mengadopsi seni tradisi atau setidaknya mengalami penyesuaian dan perubahan baik dari segi isi dan bentuk maupun konsep garapannya.

Sasaran yang akan dicapai melalui Medan Urban Arts Festival ini hakikatnya mempertemukan setiap perbedaan dengan semangat kedaerahan masing-masing peserta. Selain membaca dan mengidentifikasi seni tradisi yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat kota yang multietnis. Medan Urban Arts Festival diawali penampilan teater LKK UNIMED pimpinan Ahmad Bandren dengan pertunjukan visualisasi puisi Hasan Al Banna berjudul Buruh /3/.

Kisah tragis kaum buruh yang merasa hidupnya tertindas dan ditindas oleh perlakuan semena-mena oleh pengusaha dan mereka para pengambil kebijakan. Buruh yang hidupnya dari hari ke hari hanya tahu menghitung angka-angka, menumpuknya utang dan sewa kontrakan, membayangkan anak istri yang diam dalam kelaparan. Ketidakberdayaan menghadapi persoalan hidup kadang membuat buruh dibayangi kecemasan dan setiap saat dalam kepanikan.

Penggarapan visualisasi puisi ini merupakan sebuah fenomena unik dari sisi kehidupan sosial kaum buruh yang hidup di kota. Sebagaimana kehidupan masyarakat urban lainnya, analisis terhadap kondisi hubungan antara organisasi-organisasi sosial. Dalam kehidupan kaum buruh khususnya di perkotaan, akan menimbulkan berbagai macam persoalan.

Tidak hanya bersifat fisik semata, namun lebih kepada pelanggaran norma-norma sosial, ekonomi dan kebudayaan. Persoalan besar yang terjadi di perkotaan dewasa ini sangat multi dimensional. Bayaknya kaum buruh (pendatang) yang mempunyai tujuan untuk menetap di kota, maupun untuk tinggal sementara, karena ingin menaikkan status sosial melalui pekerjaan dengan pendapatan ekonomi yang lebih baik tentunya. Namun pada kenyataannya selalu gagal beradaptasi dengan lingkungan sekitar hingga menyebabkan kepanikan.

Sebaliknya pembacaan rampak puisi Seuntai Biji Tasbih karya M. Raudah Jambak dan Muhasabah karya Nurhilmi Daulay oleh siswa-siswi SD Panca Budi Medan, menyiratkan betapa sebanarnya anak-anak butuh bimbingan dan perhatian.

Sebagai forum dialog lintas generasi, penampilan siswa-siswa SD Panca Budi ini cukup menarik perhatian. Kebersahajaan dan kebersamaan pembacaan teks puisi mampu ditampilkan dengan koor yang menyatu lewat gerak tubuh. Dalam hal ini tubuh tidak hanya diposisikan menjadi latar pembacaan teks puisi, lebih jauh tubuh menjadi bagian penggambaran roh puisi.

Sebagaimana Masalah generasi muda khususnya anak-anak memiliki banyak keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, juga rasa keingintahuan sesuatu yang aneh menurut pandangan mereka. Apabila seorang anak mencapai usia remaja, secara fisik ia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Sementara SMA Harapan 1 Medan menampilkan garapan musik ensambel dengan kolaborasi instrumentasi musik perkusi dan elektronik.

Alat musik tiup pianika dipadukan dengan gitar elektronik dan drum band. Masing-masing memainkan satu alat musik baik yang akustik maupun elektrik, juga beberapa instrumen alat musik lainnya hasil dari ciptaan siswa sendiri.

Ensambel musik ini diharapkan aktif membangun kepekaan dalam berbagai gagasan kratif. Gerakan partisipatif tidak hanya mendorong tumbuhnya instrumentasi musik baru. Setidaknya kolaborasi alat musik baik yang tradisi maupun modern, akustik dan elektrik memungkinkan keduanya dapat berkembang dan hidup di tengah laju pertumbuhan kota yang makin berkembang Selain itu ditampilkan pula tari kreasi Melayu oleh siswa SMA Harapan 2 Medan, perpaduan dua klebudayaan yang tradisi maupun modern kemudian diakhiri dengan penampilan Karmapochi Band yang berhasil merebut juara dari beberapa kali mengikuti lomba band antarpelajar di kota Medan.

Dalam hal perkembangan nilai-nilai budaya dan seni musik tradisi, apa yang teridentifikasi selama ini, mengalami penyesuaian dengan kebudayaan kota dengan pola-pola tertentu. Terlebih lagi dalam memanfaatkan alat-alat musik. Kaitannya dengan pemakaian ruang sebagai sarana dan prasarana publik, menjadi cikal bakal terbentuknya seni urban yang kompleks. Oleh sebab kota mempunyai daya tarik yang kuat karena menjanjikan kesempatan yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi, dan peluang untuk maju yang lebih luas.

Lebih lanjut disebutkan M. Raudah Jambak bahwa beberapa pendekatan sosio kultural dari sejarah dan peradaban kota, perkembangan budaya tradisional dan modern pada kenyataannya sama-sama hidup dalam masyarakat urban. Keduanya berinteraksi dan saling mendukung dalam pencapaian bentuk seni baru yang berangkat dari akar tradisi.

Medan Urban Arts Festival yang diselenggarakan selama tiga bulan (29 Maret-28 Juni 2008) meliputi seni sastra, tari, rupa, musik, teater dan film yang tradisional maupun modern, dengan maksud memberi ruang kreasi dan apresiasi masyarakat dan mempertemukan karya-karya kreatif seniman dari berbagai daerah kabupaten, kota dan propinsi.

Dengan semangat pencapaian kreatifitas berkesenian yang mempertemukan tokoh-tokoh adat, sastrawan, dan budayawan dari berbagai etnis di Indonesia dengan tujuan Menggali kekayaan adat istiadat, situs-situs sejarah,seni dan budaya berbagai etnis di Medan, Sumatera Utara

No comments: