Wednesday 14 May 2008


Jataka



di kolam kulihat bayangku berupa pohon
tua


di puncak dahan terbang adik merpati


kabar putih apa yang dibawanya dari kota


angin telah menjadi kawan dan gunung saudara
aku kekal dalam cinta


ketika air bertanya kapan kau tumbang dan
hilang dari hutan, jawabanku aku tunggu sampai
kekasih rumput sudah boleh masuk surga


tubuhku jadi wangi bau cendana



Subagio Sastrowardoyo
Kumpulan Sajak ’Hari dan Hara’ halaman 37



Subagio Sastrowardoyo adalah penyair penting yang patut dicatat dalam sejarah sastra di Indonesia. Ia dilahirkan di Madiun (Jawa Timur) tanggal 1 Februari 1924. Dalam sastra Indonesia Subagio Sastrowardoyo lebih dikenal sebagai penyair meskipun tulisannya tidak terbatas pada puisi.


Nama Subagio Sastrowardoyo dicatat pertama kali dalam peta perpuisian Indonesia ketika kumpulan puisinya Simphoni terbit tahun 1957 di Yogyakarta. Ia ditulis oleh seorang yang tidak memberi aksentuasi pada gerak, pada suara keras, atau kesibukan di luar dirinya. [kutipan Pusat Bahasa, Jakarta]


Ia justru suatu perlawanan terhadap gerak, suara keras, serta kesibukan di luar sebab Subagio Sastrowardoyo memilih diam dan memenangkan diam. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1996 dalam usia 72 tahun.


Pendidikan Subagio dilakukan di berbagai tempat, yaitu HIS di Bandung dan Jakarta. Pendidikan HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta. Pada tahun 1958 berhasil menamatkan studinya di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada dan 1963 meraih gelar master of art (M.A.) dari Department of Comparative Literature, Universitas Yale, Amerika Serikat.


Subagio pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia B-1 di Yogyakarta (1954—1958). Ia juga pernah mengajar di almamaternya, Fakultas Sastra, UGM pada tahun 1958—1961. Pada 1966—1971 ia mengajar di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung .


Selanjutnya, tahun 1971—1974 mengajar di Salisbury Teacherrs College,
Australia Selatan, dan di Universitas Flinders, Australia Selatan tahun
1974—1981. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (1982—1984) dan sebagai anggota Kelompok Kerja Sosial Budaya Lemhanas dan Direktur Muda Penerbitan PN Balai Pustaka (1981).


Oleh karena itu, ia tidak saja dikenal sebagai penyair, tetapi sekaligus sebagai esais, kritikus sastra, dan cerpenis. Ajip Rosidi yang menggolongkannya ke dalam pengarang periode 1953—1961 menyatakan bahwa selain sebagai penyair, Subagio juga penting dengan prosa dan esai-esainya.


Kumpulan sajak Hari dan Hara, yang pernah terbit di bawah judul Buku Harian, merupakan refleksi batin dan tanggapan hidupnya selama persinggahannya di Australia dan Eropa.


Bila anda peminat sastra, jangan sampai anda lewatkan buku ini sebagai koleksi perpustakaan pribadi anda. Pesan segera melalui email ke gerai.buku@yahoo. com atau kunjungi situs toko buku on-line yang banyak menyediakan buku-buku bermutu.

No comments: