Drama Pendek
PEREMPUAN DAN
PELURU
Oleh : Muhammad
Raudah Jambak
ADEGAN SATU
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, SEBUAH GUDANG TAK TERPAKAI, TERRLIHAT SEORANG
WANITA YANG TENGAH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA
DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG ASYIK MEMAINKAN ANAK CATUR DI DEPAN
MEREKA. DARI SUDUT MATA PEREMPUAN ITU
PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. DAN SEGERA MENGHAPUSNYA KETIKA SALAH SEORANG
LELAKI BERANDAL ITU MEMPERHATIKAN NYA SESAAT.
Badren :
(melirik sesaat, kemudian memainkan buah caturnya) Skak, mat!
Sahdi : (berhenti sejenak memperhatikan dengan rasa tidak
percaya) Di
mana Kau
letakkan matamu? Aku belum mati. Sebuah jalan keluar
pasti
akan kutemukan. Tunggu saja...
Badren :
(tertawa mengejek) sekarang silahkan kau cari jalan keluar itu ha ha
Ha ha ha
SUASANA KEMBALI SENYAP. LELAKI BERANDAL ITU MELANJUTKAN PERMAINAN MEREKA.
ADEGAN DUA
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA
SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG ASYIK MEMAINKAN
ANAK CATUR DI DEPAN MEREKA. DARI SUDUT
MATA PEREMPUAN ITU PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. TIBA-TIBA PEREMPUAN ITU
BERTERIAK TERTAHAN. LELAKI BERANDAL ITU
MEMPERHATIKAN NYA SESAAT. KEMUDIAN KEMBALI
ASYIK DENGAN BUAH-BUAH CATUR MEREKA.
Jumai : (seperti menahan
sakit) Bang, tolong lepaskan aku. Apa yang kalian
inginkan
sudah kalian dapatkan. Apalagi yang ingin kalian harapkan
dariku? (menyayat) Bang,
tolong...!
Badren :
(tertawa mengejek Sahdi) Sudahlah. Lebih baik kau menyerah. Setiap
kali kita bermain tidak pernah sekalipun kau
menang.Ha ha ha........
Sahdi : Kau harus selalu
ingat jalan keluar pasti selalu ada.......
Jumai : (Berteriak histeris) Biadab, dengar...! Lepaskan aku
sekarang juga.
Dengar! Bebaskan aku! Bebaskan.........!
Sahdi : (bangkit dan
mencengkram kerah Jumai) Kau bisa diam, tidak?! Apa
kau tidak melihat. Aku sedang berfikir?! Aku
sedang berfikir..........!
Badren :
(tertawa mengejek) Seorang profesional tidak akan mudah terpenga
ruh situasi yang bagaimanapun. Katakan saja
kau menyerah. Akui sa
ja kalau kau lemah.
Sahdi ; (menantang) Ini
bukan persoalan menyerah atau tidak. Dengar. Aku
tidak lemah. Aku hanya butuh ketenangan.
Ketenangan berfikir......!
Badren :
(memotong) Tetapi kau tidak tenang. Kau terlalu tegang dalam berfi
kir. Kau seperti perempuan yang kehabisan
lipstik. Ha ha ha. Kau ti
dak jantan. Kau betina. Ha ha ha
Sahdi : Baik. Kita tidak
perlu memperpanjang kata. Sekarang biar kuajarkan
Kau tentang sebuah kejantanan. Kuajarkan kau
bagaimana menjadi
seorang
laki-laki......
Badren : Kau menantang?
Sahdi : Terserah
penafsiranmu.
Badren : Aku
menafsirkan, kau sudah berani menantangku.
Sahdi : Oke. Sebagai
laki-laki aku tidak bisa menolak. Kalau kau mau menju
al, maka pantang bagiku untuk tidak membeli.
Badren : Ayo, kita mulai.
Siapa diantara kita yang sebenar-benarnya laki-laki.
Kau atau aku.
Sahdi : Ayo (memasang
kuda-kuda)
ADEGAN TIGA
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA
SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG MENGADU
KEKUATAN. PERKELAHIAN TIDAK BISA TERELAKKAN. SALING PUKUL. SALING TENDANG.
SALING ADU JOTOS. SALING PITING. PERKELAHIAN ITU BARU TERHENTI SETELAH MEREKA SAMA-SAMA
MERASAKAN KELELAHAN. DEMI MELIHAT KEDUA LELAKI BERANDAL ITU TERKAPAR KELELAHAN,
PEREMPUAN ITU BERUSAHA MELEPASKAN TALI IKATANNYA.
ADEGAN EMPAT
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
PEREMPUAN ITU AKHIRNYA BERHASIL MELEPASKAN TALI IKATAN NYA. TETAPI BELUM
SEMPAT IA BERLARI KELUAR RUANGAN SEBUAH TANGAN MEREMAS PERGELANGAN KAKINYA.
PEREMPUAN ITU TERJATUH. TETAPI TANGAN ITU SEMAKIN KUAT MEREMAS PERGELANGAN KAKI
PEREMPUAN ITU SETIAP KALI IA BERUSAHA MELEPASKAN DIRI.
Jumai : (meronta) Lepaskan!
Lepaskan kakiku. Biadab....
Sahdi : (secepat kilat
meraih leher jumai dan menempelkan sebuah pisau)
Kau boleh lari dari tempat ini, tetapi
sebelumnya kulepas dulu nyawa
dari ragamu.
Jumai : (meronta)
Lepaskan! Lepaskan aku biadab! Kalau tidak bunuh saja
Aku! Bunuh! (menangis)
Sahdi : (tertawa
mengejek) Membunuhmu? Itu persoalan
mudah bagiku.
Membunuh memang
makanan sehari-hariku. Tenang. Kau sebentar
lagi akan
kubunuh. Tetapi sebelum kubunuh. Kau akan merasakan
dulu sebuah
fantasi kenikmatan, sebelum maut menjemputmu. Ha ha
ha.
Paling tidak kau akan merasakan sebuah kebahagiaan yang tiada
taranya
yang kutitipkan sebelum ajalmu datang (menarik paksa).
Jumai : (meronta)
Jangan! Biadab. Bunuh saja aku. Bunuh!
TANPA MENGHIRAUKAN PEREMPUAN ITU, LELAKI ITU TERUS MENYERET PEREM PUAN ITU.
PEREMPUAN ITU TERUS MERONTA SAMPAI AKHIRNYA BERHENTI SETE LAH SEBUAH TAMPARAN
MENDARAT DI PIPINYA. DEMI MELIHAT ITU LELAKI ITU TERTAWA. LELAKI ITU SEGERA
MELEPASKAN PAKAIANNYA.
ADEGAN LIMA
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
LELAKI ITU MELEPASKAN KANCING BAJUNYA SATU PERSATU. DAN KETIKA IA HENDAK
MELEPASKAN CELANANYA LELAKI TEMANNYA MENGHARDIK.
Badren : (membentak)
Hentikan! Apa yang akan kau lakukan!
Sahdi : Itu bukan
urusanmu. Kalau kau mau, kau boleh mencicipinya.
Badren : Tidak. Ini tetap
menjadi urusanku.
Sahdi : Kalau begitu
sebaiknya kau diam. Dan kau boleh menonton pertun
jukkan yang menyenangkan ini. Diam dan
saksikan.
Badren : Hei
dengar. Apa kau tidak memikirkan, apa kata ketua nanti?
Sahdi : Kalau kau tidak
membuka mulutmu yang nyinyir itu ketua tidak akan
pernah tau apa
yang aku atau kita lakukan,
Badren : Hei dengar.
Perempuan ini akan segera kita kirimkan sore ini ke Ma
laysia. Dan ketua sudah berpesan agar kita
menjaga perempuan ini
baik-baik,
mengerti!
Sahdi : Sudah diam!
Badren : Baik kalau begitu.
Kau harus melangkahi mayatku dulu.
Sahdi : Ah, banyak
cerita kau (sebuah pukulan mendarat di perut badren, se
buah perkelahian
tidak terelakkan kembali).
ADEGAN ENAM
Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari
KEDUA LELAKI ITU KEMBALI BERKELAHI. KALI INI LEBIH HEBAT. SALING PITING.
SALING TIMPA. BERGULING-GULING KE SANA KE MARI. DAN SEBUAH SUARA YANG TIDAK JELAS MENGHENTIKAN PERKELA HIAN
MEREKA. SEORANG LELAKI BISU MEMISAH PEREKELAHIAN MERE KA.
Jamal : (memisahkan
dengan menggunakan bahasa isyarat)
Badren : (terengah-engah)
Dia yang memulai.
Sahdi : (terengah-engah)
Tidak usah mencari kambing hitam. Dasar penjilat.
Badren : (menantang) Ayo
kita tuntaskan.
Sahdi : (menantang) Ayo.
Jamal : (memisahkan
dengan menggunakan bahasa isyarat)
Badren : Sudah, Mal.
Biarkan kami menuntaskan persoalan ini. Ini sudah bica
ra antara laki-laki dengan banci. Ini sudah
sampai pada masalah
harga diri.
Sahdi : Siapa yang
banci. Kau yang banci.
Badren : Kalau memang kau
jantan, ayo kita mulai lagi.
Sahdi : Ayo! Aku tidak
takut!
Badren : Ayo!
Jamal : (memisahkan
dengan bahasa isyarat. Dan pada saat itu sebuah
dering sms
berbunyi di hp kedua berandal yang baru berkelahi itu)
Badren : (memeriksa hp)
Untuk sementara kita tangguhkan. Ketua memanggil
kita.
Sahdi : Ya, kita ke sana.
Tapi ingat jangan sampai kau ceritakan kejadian ini
pada ketua. Dan
perlu kau tahu aku bukan banci. Aku bukan
pengecut kita
lanjutkan lagi nanti.
Badren : Baik. Dan perlu juga kau ingat, aku bukanlah penjilat. Sekarang
kita
Jumpai ketua dulu. Setelah itu,
bersiap-siaplah kau menjemput
ajalmu
Sahdi : Ayo. Kau juga tidak perlu takut. Akan kuberikan
penghormatan ter
akhir
untukmu, setelah kau menikmati rasa sekarat yang sangat me
nyakitkan.
Badren : Ooo, kau mau memulainya lagi?
(memasang kuda-kuda)
Sahdi : Eit, siapa
takut! (memasang kuda-kuda)
Jamal : (memisahkan
dengan menggunakan bahasa isyarat. Dan menyuruh
mereka pergi)
ADEGAN TUJUH
Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari
KEDUA BEGUNDAL ITU PERGI. JAMAL SEGERA MELIHAT SITUASI. MERASA SITUASI
AMAN, JAMAL SEGERA MEMBANGUNKAN JUMAI. TIDAK BERAPA LAMA JUMAI TERBANGUN.
WAJAHNYA PENUH KETAKUTAN.
Jumai : (ketakutan)
Bunuh saja aku! Bunuh!
Jamal : (menenangkan
dengan bahasa isyarat)
Jumai : (memelas)
Tolong. Tolong lepaskan aku. Aku rindu emak. Ambil
semua milkku.
Jamal : (meletakkan jari
telunjuk di mulutnya. Memperhatikan ke
sekelilingnya) Tenang. Aku akan segera
melepaskanmu. Tapi sebe
lumnya aku perlu kerjasamamu untuk membongkar
jaringan trafik
king yang mengatas namakan penyaluran Tenaga
Kerja Wanita ini.
(memperhatikan
sejenak) Kau mau?
Jumai : (terdiam
sejenak) Bapak siapa?
Jamal :
Saya anggota intel dari kepolisian. Saya ditugaskan untuk mem
bongkar jeringan ini. Tidak mudah memang. Makanya saya
melakukan penyamaran ini.
Jumai :
Tolong saya, Pak.
Jamal :
Tenang. Kami hanya tinggal menunggu waktu penyergapan saja.
Jumai :
Nama, Bapak. Siapa?
Jamal :
Saya Jamal. Mereka memanggil
saya begitu. Dan panggil saja saya
seperti itu.
Jumai :
Tolong selamatkan saya.
Jamal :
Sudahlah. Ayo, cepat sebelum mereka kembali.
ADEGAN DELAPAN
Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari
JAMAL DAN JUMAI SEGERA BERSIAP-SIAP KELUAR DARI TEMPAT ITU.TETAPI BELUM
SEMPAT MEREKA KELUAR KEDUA LELAKI BEGUNDAL ITU MASUK BERSAMA SEORANG LAKI-LAKI
PARLENTE. MEREKA LALU MENGHADANG JAMAL DAN JUMAI. SEKALIGUS MEMBONGKAR KEDOK
JAMAL YANG SELAMA INI BERPURA-PURA BISU.
Hasan : (menghadang
bersama kedua anak buahnya) Mau kemana? Mau ke
Mana kau bawa
perempuan itu?
Jamal :
(mengeleng-geleng dengan bahasa isyarat)
Hasan : (tertawa
mengejek) ha ha ha. Tidak usah kau
berpura-pura. Kami su
dah tahu semuanya. Sebenarnya aku sudah
sangat percaya padamu.
Dan kau ternyata
telah menipuku mentah-mentah. Ternyata kaulah
pengkhianat sesungguhnya.
Jamal : (menarik nafas)
Baiklah. Sekarang kalian sudah mengetahui siapa
aku dan untuk apa aku di sini. Sebaiknya kalian menyerah.
Hasan : (tertawa lepas)
Tidak semudah itu. Justru kau yang
akan kami habisi.
(memberi kode kepada kedua anak buahnya)
O.S. : Dengar semua yang ada di dalam. Menyerahlah.
Kalian sudah dike
pung. Keluarlah dengan tangan di atas kepala.
Hasan : Kurang ajar.
(memberi kode kepada kedua anak buahnya) Bunuh dia.
Cepat.
Jamal : Berhenti.
Sebaiknya kalian menyerah. Itu akan meringankan huku
man kalian nanti.
Hasan : Lebih baik kami
mati daripada harus mendekam di penjara.
Jamal : Terserah kalian.
Kalau memang itu yang menjadi pilihan kalian. Silah
kan.
Hasan :
Ayo, cepat! Habisi pengkhianat ini!
(memandang heran kepada
kedua anak buahnya)
Kenapa kalian diam. Cepat!
Badren : (bersama sahdi)
Maaf, Ketua.
Hasan : (marah) Pengecut! Dasar
cacing-cacing pengecut! Kalian semua peng
khianat. Pengkhianat! Sebaiknya aku pergi
dari sini. Awas kalau se
andainya kita
bertemu kembali rasakan balasanku.
Jamal : Tunggu ketua.
Sebaiknya menyerah saja. Aku yang akan menjamin.
Hasan : Aku tidak butuh
belas kasihanmu. Dasar bajingan tengik. Pengkhia
Nat, Kau! Biarkan
aku pergi! (mencari jalan keluar dan kemudian ke
Luar dari tempat itu.
O.S. : Berhenti! (tidak berapa lama terdengar suara
tembakan)
ADEGAN SEMBILAN
Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari
SETELAH TERDENGAR TEMBAKAN. TERJADI KETEGANGAN DI DALAM RUANGAN ITU.
SEORANG PEREMPUAN PARUH BAYA MASUK DENGAN TERBURU-BURU DAN SEGERA MEMELUK
JUMAI. JUMAI MEMBALAS PELUKAN ITU DENGAN BERURAI AIR MATA.
Nina : (berteriak) Anakku!
Jumai : (Histeris)
Mak........!
KEDUA ANAK BERANAK ITU MELEPASKAN SEGALA RINDU DENGAN DERAI AIR MATA YANG
SUDAH LAMA TAK TERTUMPAH. JAMAL DAN KEDUA PENJAHAT ITU HANYA TERPAKU
MEMPERHATIKAN.
TAMAT
Medan, pertengahan oktober 2009
M. Rudah Jambak
No comments:
Post a Comment