Sunday, 21 February 2016

NASKAH DRAMA RAUDAH JAMBAK



Drama Pendek

PEREMPUAN DAN PELURU

Oleh : Muhammad Raudah Jambak

ADEGAN SATU
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari

DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, SEBUAH GUDANG TAK TERPAKAI, TERRLIHAT SEORANG WANITA YANG TENGAH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG ASYIK MEMAINKAN ANAK CATUR DI DEPAN MEREKA.  DARI SUDUT MATA PEREMPUAN ITU PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. DAN SEGERA MENGHAPUSNYA KETIKA SALAH SEORANG LELAKI BERANDAL ITU MEMPERHATIKAN NYA SESAAT.

Badren                        : (melirik sesaat, kemudian memainkan buah caturnya) Skak, mat!
Sahdi               : (berhenti sejenak memperhatikan dengan rasa tidak percaya) Di
                             mana Kau letakkan matamu? Aku belum mati. Sebuah jalan keluar
                             pasti akan kutemukan. Tunggu saja...
Badren                        : (tertawa mengejek) sekarang silahkan kau cari jalan keluar itu ha ha
                          Ha ha ha
SUASANA KEMBALI SENYAP. LELAKI BERANDAL ITU MELANJUTKAN PERMAINAN MEREKA.
ADEGAN DUA
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari

DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG ASYIK MEMAINKAN ANAK CATUR DI DEPAN MEREKA.  DARI SUDUT MATA PEREMPUAN ITU PERLAHAN MENETESKAN AIR MATA. TIBA-TIBA PEREMPUAN ITU BERTERIAK TERTAHAN.  LELAKI BERANDAL ITU MEMPERHATIKAN NYA SESAAT. KEMUDIAN KEMBALI ASYIK DENGAN BUAH-BUAH CATUR MEREKA.

Jumai               : (seperti menahan sakit) Bang, tolong lepaskan aku. Apa yang kalian
                          inginkan sudah kalian dapatkan. Apalagi yang ingin kalian harapkan
                          dariku? (menyayat) Bang, tolong...!
Badren                        : (tertawa mengejek Sahdi) Sudahlah. Lebih baik kau menyerah. Setiap
                          kali kita bermain tidak pernah sekalipun kau menang.Ha ha ha........
Sahdi               : Kau harus selalu ingat jalan keluar pasti selalu ada.......
Jumai               : (Berteriak histeris) Biadab, dengar...! Lepaskan aku sekarang juga.
                          Dengar! Bebaskan aku! Bebaskan.........!
Sahdi               : (bangkit dan mencengkram kerah Jumai) Kau bisa diam, tidak?! Apa
                          kau tidak melihat. Aku sedang berfikir?! Aku sedang berfikir..........!
Badren                        : (tertawa mengejek) Seorang profesional tidak akan mudah terpenga
                          ruh situasi yang bagaimanapun. Katakan saja kau menyerah. Akui sa
                          ja kalau kau lemah.
Sahdi               ; (menantang) Ini bukan persoalan menyerah atau tidak. Dengar. Aku
                          tidak lemah. Aku hanya butuh ketenangan. Ketenangan berfikir......!
Badren                        : (memotong) Tetapi kau tidak tenang. Kau terlalu tegang dalam berfi
                          kir. Kau seperti perempuan yang kehabisan lipstik. Ha ha ha. Kau ti
                         dak jantan. Kau betina. Ha ha ha
Sahdi               : Baik. Kita tidak perlu memperpanjang kata. Sekarang biar kuajarkan
                          Kau tentang sebuah kejantanan. Kuajarkan kau bagaimana menjadi
                             seorang laki-laki......
Badren            : Kau menantang?
Sahdi               : Terserah penafsiranmu.
Badren                        : Aku menafsirkan, kau sudah berani menantangku.
Sahdi               : Oke. Sebagai laki-laki aku tidak bisa menolak. Kalau kau mau menju
                          al, maka pantang bagiku untuk tidak membeli.
Badren            : Ayo, kita mulai. Siapa diantara kita yang sebenar-benarnya laki-laki.
                          Kau atau aku.
Sahdi               : Ayo (memasang kuda-kuda) 
ADEGAN TIGA
Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari
DI RUANGAN YANG PENGAB ITU, PEREMPUAN ITU MASIH MENAHAN SEGALA PEDIH. SEGALA SEDIH. TIDAK JAUH DI DE KATNYA DUA ORANG LELAKI BERANDAL SEDANG MENGADU KEKUATAN. PERKELAHIAN TIDAK BISA TERELAKKAN. SALING PUKUL. SALING TENDANG. SALING ADU JOTOS. SALING PITING. PERKELAHIAN ITU BARU TERHENTI SETELAH MEREKA SAMA-SAMA MERASAKAN KELELAHAN. DEMI MELIHAT KEDUA LELAKI BERANDAL ITU TERKAPAR KELELAHAN, PEREMPUAN ITU BERUSAHA MELEPASKAN TALI IKATANNYA.
ADEGAN EMPAT

Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari

PEREMPUAN ITU AKHIRNYA BERHASIL MELEPASKAN TALI IKATAN NYA. TETAPI BELUM SEMPAT IA BERLARI KELUAR RUANGAN SEBUAH TANGAN MEREMAS PERGELANGAN KAKINYA. PEREMPUAN ITU TERJATUH. TETAPI TANGAN ITU SEMAKIN KUAT MEREMAS PERGELANGAN KAKI PEREMPUAN ITU SETIAP KALI IA BERUSAHA MELEPASKAN DIRI.

Jumai               : (meronta) Lepaskan! Lepaskan kakiku. Biadab....
Sahdi               : (secepat kilat meraih leher jumai dan menempelkan sebuah pisau)
                             Kau boleh lari dari tempat ini, tetapi sebelumnya kulepas dulu nyawa
                          dari ragamu.
Jumai               : (meronta) Lepaskan! Lepaskan aku biadab! Kalau tidak bunuh saja
                         Aku! Bunuh! (menangis)
Sahdi               : (tertawa mengejek) Membunuhmu? Itu persoalan mudah bagiku.
                          Membunuh memang makanan sehari-hariku. Tenang. Kau sebentar
                            lagi akan kubunuh. Tetapi sebelum kubunuh. Kau akan merasakan
                           dulu sebuah fantasi kenikmatan, sebelum maut menjemputmu. Ha ha
                            ha. Paling tidak kau akan merasakan sebuah kebahagiaan yang tiada
                             taranya yang kutitipkan sebelum ajalmu datang (menarik paksa).
Jumai               : (meronta) Jangan! Biadab. Bunuh saja aku. Bunuh!

TANPA MENGHIRAUKAN PEREMPUAN ITU, LELAKI ITU TERUS MENYERET PEREM PUAN ITU. PEREMPUAN ITU TERUS MERONTA SAMPAI AKHIRNYA BERHENTI SETE LAH SEBUAH TAMPARAN MENDARAT DI PIPINYA. DEMI MELIHAT ITU LELAKI ITU TERTAWA. LELAKI ITU SEGERA MELEPASKAN PAKAIANNYA.        
                
ADEGAN LIMA

Int. Di dalam sebuah gudang. Pagi hari

LELAKI ITU MELEPASKAN KANCING BAJUNYA SATU PERSATU. DAN KETIKA IA HENDAK MELEPASKAN CELANANYA LELAKI TEMANNYA MENGHARDIK.

Badren            : (membentak) Hentikan! Apa yang akan kau lakukan!
Sahdi               : Itu bukan urusanmu. Kalau kau mau, kau boleh mencicipinya.
Badren            : Tidak. Ini tetap menjadi urusanku.
Sahdi               : Kalau begitu sebaiknya kau diam. Dan kau boleh menonton pertun
                          jukkan yang menyenangkan ini. Diam dan saksikan.
Badren                        : Hei dengar. Apa kau tidak memikirkan, apa kata ketua nanti?
Sahdi               : Kalau kau tidak membuka mulutmu yang nyinyir itu ketua tidak akan
                          pernah tau apa yang aku atau kita lakukan,
Badren            : Hei dengar. Perempuan ini akan segera kita kirimkan sore ini ke Ma
                          laysia. Dan ketua sudah berpesan agar kita menjaga perempuan ini
                          baik-baik, mengerti!
Sahdi               : Sudah diam!
Badren            : Baik kalau begitu. Kau harus melangkahi mayatku dulu.
Sahdi               : Ah, banyak cerita kau (sebuah pukulan mendarat di perut badren, se
                          buah perkelahian tidak terelakkan kembali).

ADEGAN ENAM

Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari

KEDUA LELAKI ITU KEMBALI BERKELAHI. KALI INI LEBIH HEBAT. SALING PITING. SALING TIMPA. BERGULING-GULING KE SANA KE MARI. DAN SEBUAH SUARA YANG TIDAK JELAS MENGHENTIKAN PERKELA HIAN MEREKA. SEORANG LELAKI BISU MEMISAH PEREKELAHIAN MERE KA.

Jamal               : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat)
Badren            : (terengah-engah) Dia yang memulai.
Sahdi               : (terengah-engah) Tidak usah mencari kambing hitam. Dasar penjilat.
Badren            : (menantang) Ayo kita tuntaskan.
Sahdi               : (menantang) Ayo.
Jamal               : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat)
Badren            : Sudah, Mal. Biarkan kami menuntaskan persoalan ini. Ini sudah bica
                          ra antara laki-laki dengan banci. Ini sudah sampai pada masalah
  harga diri.
Sahdi               : Siapa yang banci. Kau yang banci.
Badren            : Kalau memang kau jantan, ayo kita mulai lagi.
Sahdi               : Ayo! Aku tidak takut!
Badren            : Ayo!
Jamal               : (memisahkan dengan bahasa isyarat. Dan pada saat itu sebuah
   dering sms berbunyi di hp kedua berandal yang baru berkelahi itu)
Badren            : (memeriksa hp) Untuk sementara kita tangguhkan. Ketua memanggil
                          kita.
Sahdi               : Ya, kita ke sana. Tapi ingat jangan sampai kau ceritakan kejadian ini
                          pada ketua. Dan perlu kau tahu aku bukan banci. Aku bukan
  pengecut kita lanjutkan lagi nanti.
Badren            : Baik. Dan perlu juga kau ingat, aku bukanlah penjilat. Sekarang kita
                          Jumpai ketua dulu. Setelah itu, bersiap-siaplah kau menjemput
  ajalmu
Sahdi              : Ayo. Kau juga tidak perlu takut. Akan kuberikan penghormatan ter   
                          akhir untukmu, setelah kau menikmati rasa sekarat yang sangat me
                          nyakitkan.
Badren                       : Ooo, kau mau memulainya lagi? (memasang kuda-kuda)
Sahdi               : Eit, siapa takut! (memasang kuda-kuda)
Jamal               : (memisahkan dengan menggunakan bahasa isyarat. Dan menyuruh
                          mereka pergi)





ADEGAN TUJUH

Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari

KEDUA BEGUNDAL ITU PERGI. JAMAL SEGERA MELIHAT SITUASI. MERASA SITUASI AMAN, JAMAL SEGERA MEMBANGUNKAN JUMAI. TIDAK BERAPA LAMA JUMAI TERBANGUN. WAJAHNYA PENUH KETAKUTAN.

Jumai               : (ketakutan) Bunuh saja aku! Bunuh!
Jamal               : (menenangkan dengan bahasa isyarat)
Jumai               : (memelas) Tolong. Tolong lepaskan aku. Aku rindu emak. Ambil
                          semua milkku.
Jamal               : (meletakkan jari telunjuk di mulutnya. Memperhatikan ke
                            sekelilingnya) Tenang. Aku akan segera melepaskanmu. Tapi sebe
                          lumnya aku perlu kerjasamamu untuk membongkar jaringan trafik
                          king yang mengatas namakan penyaluran Tenaga Kerja Wanita ini.
                          (memperhatikan sejenak) Kau mau?
Jumai               : (terdiam sejenak) Bapak siapa?
Jamal               : Saya anggota intel dari kepolisian. Saya ditugaskan untuk mem   
                          bongkar jeringan ini. Tidak mudah memang. Makanya saya
                          melakukan penyamaran ini.
Jumai               : Tolong saya, Pak.
Jamal               : Tenang. Kami hanya tinggal menunggu waktu penyergapan saja.
Jumai               : Nama, Bapak. Siapa?
Jamal               : Saya Jamal. Mereka memanggil saya begitu. Dan panggil saja saya
                          seperti itu.
Jumai               : Tolong selamatkan saya.
Jamal               : Sudahlah. Ayo, cepat sebelum mereka kembali.

ADEGAN DELAPAN

Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari

JAMAL DAN JUMAI SEGERA BERSIAP-SIAP KELUAR DARI TEMPAT ITU.TETAPI BELUM SEMPAT MEREKA KELUAR KEDUA LELAKI BEGUNDAL ITU MASUK BERSAMA SEORANG LAKI-LAKI PARLENTE. MEREKA LALU MENGHADANG JAMAL DAN JUMAI. SEKALIGUS MEMBONGKAR KEDOK JAMAL YANG SELAMA INI BERPURA-PURA BISU.

Hasan              : (menghadang bersama kedua anak buahnya) Mau kemana? Mau ke
                          Mana kau bawa perempuan itu?
Jamal               : (mengeleng-geleng dengan bahasa isyarat)
Hasan              : (tertawa mengejek) ha ha ha. Tidak usah kau berpura-pura. Kami su
                          dah tahu semuanya. Sebenarnya aku sudah sangat percaya padamu.
                          Dan kau ternyata telah menipuku mentah-mentah. Ternyata kaulah
                          pengkhianat sesungguhnya.
Jamal               : (menarik nafas) Baiklah. Sekarang kalian sudah mengetahui siapa
                              aku dan untuk apa aku di sini. Sebaiknya kalian menyerah.
Hasan              : (tertawa lepas) Tidak semudah itu. Justru kau yang akan kami habisi.
                          (memberi kode kepada kedua anak buahnya)
O.S.                  : Dengar semua yang ada di dalam. Menyerahlah. Kalian sudah dike
                          pung. Keluarlah dengan tangan di atas kepala.
Hasan              : Kurang ajar. (memberi kode kepada kedua anak buahnya) Bunuh dia.
                          Cepat.
Jamal               : Berhenti. Sebaiknya kalian menyerah. Itu akan meringankan huku
                          man kalian nanti.
Hasan              : Lebih baik kami mati daripada harus mendekam di penjara.
Jamal               : Terserah kalian. Kalau memang itu yang menjadi pilihan kalian. Silah
                          kan.
Hasan              :  Ayo, cepat! Habisi pengkhianat ini! (memandang heran kepada      
                             kedua anak buahnya) Kenapa kalian diam. Cepat!
Badren            : (bersama sahdi) Maaf, Ketua.
Hasan              : (marah) Pengecut! Dasar cacing-cacing pengecut! Kalian semua peng
                          khianat. Pengkhianat! Sebaiknya aku pergi dari sini. Awas kalau se
                          andainya kita bertemu kembali rasakan balasanku.
Jamal               : Tunggu ketua. Sebaiknya menyerah saja. Aku yang akan menjamin.
Hasan              : Aku tidak butuh belas kasihanmu. Dasar bajingan tengik. Pengkhia
                          Nat, Kau! Biarkan aku pergi! (mencari jalan keluar dan kemudian ke
                          Luar dari tempat itu.
O.S.                  : Berhenti! (tidak berapa lama terdengar suara tembakan)



ADEGAN SEMBILAN

Int. Di dalam sebuah gudang. Sore hari

SETELAH TERDENGAR TEMBAKAN. TERJADI KETEGANGAN DI DALAM RUANGAN ITU. SEORANG PEREMPUAN PARUH BAYA MASUK DENGAN TERBURU-BURU DAN SEGERA MEMELUK JUMAI. JUMAI MEMBALAS PELUKAN ITU DENGAN BERURAI AIR MATA.

Nina                 :  (berteriak) Anakku!
Jumai               : (Histeris) Mak........!


KEDUA ANAK BERANAK ITU MELEPASKAN SEGALA RINDU DENGAN DERAI AIR MATA YANG SUDAH LAMA TAK TERTUMPAH. JAMAL DAN KEDUA PENJAHAT ITU HANYA TERPAKU MEMPERHATIKAN.


TAMAT

Medan, pertengahan oktober 2009
M. Rudah Jambak

  

No comments: