Drama
Pendek
(KOCAN)
Muhammad Raudah Jambak
TABUNG GAS KU SAYANG
ADEGAN SATU
Ext. Teras depan rumah Tigor.
Rumah sederhana. Pagi hari
Terlihat orang-orang berbondong-bondong,
pergi ke suatu tempat. Tigor baru
bangun. Heran. Bangkit memanggil
orang-orang.
Tigor : Oi, mau kemana?
Orang 1 : (berhenti sejenak
memandang heran pada Tigor, lalu pergi)
Tigor : (memanggil
orang kedua) Bang, mau kemana kelien?
Orang 2 : (berhenti sejenak,
menggeleng, lalu pergi…)
Tigor : (menggaruk-garuk
kepala kembali duduk) Bah, ditanya manggeleng-
geleng ho …
Paijo : (melintas di
antara rombongan, melihat Tigor dan menyapanya) Hei,
Bang Tigor
nggak ikut Abang ke Balai Desa?
Tigor : (bersemangat)
He, Jo. Pai, ah entah siapalah nama kau. Cocok kalilah
ada kau.
Ha, ada apa di Balai Desa?
Paijo : (heran) Jadi, Abang nggak tau?
Tigor : (menggaruk
kepala lagi) Manalah aku tau. Cobaklah kau pikir, dari
tadi aku
tanya orang-orang itu. Iya, orang-orang yang lewat itu
satupun tak
ada yang menjawab.
Paijo : Makanya, Abang
ikut aku aja. Sambil jalan
aku jelaskan. Cocok
Abang rasa?
Tigor : Ih, cocok kalilah. Tapi nggak kau apa-apakan
aku di tengah jalankan.
Paijo : (menggeleng) ya,
nggaklah, Bang.
Tigor : Yang betul
kau...,Jo.
Paijo : Betul, Bang.
Ayoklah...
Tigor : (berpikir agak
lama) Ayoklah kalau begitu.
CUT
ADEGAN DUA.
Int. Ruang tamu rumah.
Rumah kelas menengah. Pagi hari
Istri Sangkot, Minah terlihat bersiap-siap
hendak mandi. Sangkot masih duduk santai sambil membaca koran. Istri Sangkot
hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.
Sangkot : (membaca koran
dengan suara keras) Ketagihan Play Stasion, Bocah
Curi Tabung
Gas. (mencari yang lain) Kepergok Gasak Tabung Gas,
Pengantin Baru Disel.
(geleng-geleng kepala) Tabung Gas Meledak,
Dua
Karyawan Luka. (membaca yang lain) Tabung Gas Tukang
Balon
Meledak. (membaca di halaman
lain) Tabung Gas Meledak,
Ibu dan 2
Anak Terbakar. (Tukar posisi duduk) Ih, beritanya ngeri.
Bagusnya
awak baca yang lucu-lucu. Biar segar sikit utaktu he he he.
(membuka
halaman lain) A, ini dia. Kolom PILU,
pikiran lucu. Hm.
Pelaut Kecebur ke Laut. Terjadi percakapan antara Nahkoda dengan
para
bawahannya. "Lima pelaut
kecebur ke laut, tapi hanya satu yang
rambutnya
basah." "Kok bisa
begitu?", tanya Nahkoda. "Karena yang
empat itu kepalanya botak licin." (membaca
yang lain) Mau tau siapa
orang paling sial di dunia? Dia adalah orang yang lahir di BALIK
PAPAN,besar
di PALU,dan meninggal di SORONG. (membaca yang
Lain) Kenapa kucing kalau menyeberang rel kereta api
harus melom
pat ? Jawabannya : Sebab kalau memutar kejauhan.
Minah : (sudah selesai
berpakaian, lantas menatap suaminya yang masih ber-
Malas-malasan.) Katanya mau ke Balai desa? Bapak kok belum siap?
Cepatlah! Nanti jatah kita hilang....
Sangkot : (Panik) Eh, jatah?
Jatah apa?
Minah : (berkacak
pinggang) Eh, pakek nanya lagi. Pak Kades mau bagi-bagi
Kan tabung gas.
Sangkot : (panik) Alah, Mak.
Eee, anu. Tidak usahlah. Tak jadi. Kita kan sudah
Punya
kompor minyak tanah?
Minah : (marah) Ih,
bodohnya bapak ini. Itulah kalau orang tidak ngerti bisnis
Cepat. Kugas
bapak nanti.....
Sangkot : (Ketakutan) Oke, oke cinta. Jangan marah lah.
Nanti lipstiknya lun...
Minah : (marah) Cepat.......!!!(Sangkot terbirit-birit) CUT
ADEGAN TIGA
Int. Ruang Balai Desa.
Pagi.
Orang-orang sudah berkumpul. Mereka asyik
dengan diri mereka sendiri. Ada yang terdiam di tempat duduknya. Ada yang berbincang
serius. Ada yang bercanda. Ada yang duduk. Ada yang berdiri, dsb. Suasana
tengah menunggu dan mengharap sesuatu. Tidak berapa lama kemudian Minah muncul
dengan Sangkot. Minah lalu mengambil posisi di depan mengabsensi.
Minah : (memandang ke
hadirin) Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin para penerima
Bantuan tabung gas yang saya
hormati. Sambil menunggu kedatangan
Pak Kades,
ada baiknya saya data dulu nama-nama para penerima ban
Tuan.
Mudah-mudahan semuanya hadir. Tetapi juga sebelum itu per
Lu sedikit
saya jelaskan latarbelakang adanya bantuan ini.........
Orang 1 : (memotong) Maaf,
Bu Minah. Bukan maksud saya menyinggung pera
Saan Bu
Minah. Tapi, maaf. Saya juga tidak bermaksud melangkahi
Kewibawaan Bu Minah. Jadi Maaf,
Bu....
Minah : (memotong) langsung saja, Bu..
Orang 1 : (sambil memegang perut) Maaf, Bu. Saya
kebelet pipis......(pergi)
Orang-orang heboh. Ada yang tertawa. Ada
yang geram, dsb.
Minah : (menggeleng
sambil memandang ke arah orang 1) Tenang. Kita
lanjut...
Orang 2 : (memotong) Bu, sudah langsung saja. Kami sudah hampir
tiga jam
Menunggu di sini.
Orang 3 : (menambahkan) Ya,
Bu. Saya setuju. Kami masih
banyak kerjaan
Yang harus kami
selesaikan.
Orang-orang kembali heboh. Bu Minah
berusaha menenangkan. Bu Minah kembali berbicara setelah
semuanya tenang.
Minah : (tegang) Baik. Saya hanya mengabsen saja. Pak Sangkot, Bu Santi.
Bang Tigor, Bu Darmi, Mas Paijo (Minah terus mengabsen, yang namanya di
panggil ada yang bersuara. Ada yang mengacungkan tangannya. Sejak dari nama Pak
Sangkot dipanggil, orang-orang sudah mulai berbisik. Diantaranya ada
wajah-wajah yang penuh dengan rasa curiga.
CUT
ADEGAN EMPAT
Int. Ruang tamu
rumah Tigor. Siang.
Di ruang tamu Tigor sedang bingung. Pandangannya tidak lepas ke arah
tabung gas yang baru diterimanya dari Balai Desa. Tabung gas itu terletak
begitu saja di atas meja ruang tamunya yang sempit.
Tigor : (bingung) Mau
kuapakan besi ini. Sudah hilang duitku duapuluh ribu
Dibuatnya. Aneh,
aneh saja kelakuan Pak Gunawan itu kurasa. (meni
Rukan
ucapan pak Gunawan) Bapak-bapak. Ibu-ibu yang saya horma
Ti. Sebelum
tabung gas dibagikan secara langsung oleh Pak Kades.
Kami
berharap Bapak-Ibu mengikhlaskan biaya perawatan tabung
Gas ini
sebesar dua puluh ribu rupiah. Adapun biaya itu kita perguna
Kan untuk
mengurus administrasi dan transportasi pengangkutan ta
Bung gas
ini sendiri. Bah!
Tigor kembali diam. Dipandanginya tabung
gas itu dengan seksama.
(tersentak)
Aku tahu sekarang, he he he. Cocoknya kujadikan pot
Bunga saja.
Cocok. Cocok. Eh, tunggu dulu. Aku tak punya bunga.
Lagi pula
nanti dibilang pulak sama si Paijo aku banci. Ah, tak jadi.
Tigor kembali diam. Tabung gas itu
dibawa-bawanya keliling ruangan, sesekali di letakkannya di sembarang tempat.
Ketika merasa lelah, tabung itu dijadikannnya bantal untuk tidurnya di atas
kursi panjang.
(menepuk kening
tiba-tiba) Alah, alah..Bodoh kalipun kurasa. Jadi
Bantal aja
cocoknya kurasa. (seperti teringat sesuatu) Ai, mak. Sakit
Lah kepalaku
nanti. Sudahlah kujadikan kaki untuk tempat akuarium
Ikan-ikan ku lah cocoknya. Aaah, cocoklah itu.
Cocok kali kurasa.
Tigor dengan semangat memindahkan akuarium
sederhana di atas tabung gas itu. Memandang dari berbagai arah. Kemudian dia menari kecil, sebagai ungkapan
rasa gembiranya.
(menggeleng
kemudian) masih tak cocok kurasa. Kalau begitu kule-
Takkan saja
dulu di luar. Mana tahu si
Paijo lewat, jadi aku bisa berta-
Nya sama dia.
Mana tahu dia bisa menunjukkan jalan keluar. Paling ti-
Dak aku tahu harus
kuapakan benda ini. Ah, cocok kali kurasa.
Tigor ke luar ruangan menuju teras depan.
Tabung gas masih dibopong-bopongnya.
CUT
ADEGAN LIMA
Tigor masih duduk melirik ke kiri dan ke
kanan. Beberapa orang melintas di depannya memandang heran melihat Tigor yang
memeluk tabung gas nya. Tidak berapa lama Paijo muncul dengan menenteng tabung
gasnya juga.
Tigor : (riang) Jo,
ah... sini kau dulu. Coocok
kali kau datang. (Paijo men
Dekat) Duduk. A, duduk kau dulu. (meneruskan pembicaraan tanpa
Memeperdulikan wajah Paijo yang cemberut) Begini, Jo. Aku bi
Ngung mau kuapakan benda ini. Kujadikan pot bunga, tak cocok.
Kujadikan kaki akuariumku. Tak cocok.
Kujadikan bantal apalagi...
Juga tak cocok. Kujadikan apapun tak cock.
Bingung aku. Nah, seka
Rang apa pendapatmu. Kasi aku saran dulu.
Paijo : (diam)
Tigor : Eh, aku
bertanya sama kau. Tak kau perdulikan aku, bah. Eh, kutanya
Kau dulu apa saran kau. Biasanya saranmu paten-paten. Ha, macamm
Mana?
Paijo : Uh, keblinger
koe. Apanya macammana? Wong edan. Aku juga bi
Ngung. Mau kuapakan tabung ini. Katanya bisa untuk keperluan ru
Mah tangga. Bisa untuk ini itu. Aku makenya
nggak ngerti. Keperlu
An rumah tangga opo....!?
Tigor : Aaa, kalau
begitu. Daripada kita yang bingung. Bagusnya kita pu
Langkan saja. Terus uang duapuluh ribu yang
dikutip kita minta lagi
Macammana.
Paijo : (tertawa
tebahak-bahak) Oalah, Gor. Gor. Dasar bocah gendeng.
Orang
sedesa yang malah bingung. Lebih bagus kita jual.....
Tigor : (tersentak
girang) Cocok kali. Itulah yang membuat aku senang
Berkawan sama kau. Ide cemerlangmu selalu
tidak terduga. Wah,
Mantap. Paten.
Paijo : Cocok, mantap,
paten apanya? Eh, Gor. Sekarang aku yang nanya
Sama kau. Di desa ini
siapa yang mau beli? Siapa?!
Tigor : Ya, kita cari
lah, kawan. Begini banyaknya manusia di tempat kita
Ini, masak tidak ada yang bisa diandalkan. Kita data saja orang-orang
Kaya di tempat ini. Mudah-mudahan ada yang
berminat. Cocok?
Paijo : Ah, kelamaan. Macammana kalau Bu Minah? Cocok. Cocok!
FADE OUT
Tidak berapa lama Minah dan Sangkot datang
menghampiri mereka. Tigor dan Paijo memasang wajah senang.
Minah : (tersenyum) Kebetulan sekali. Kebetulan bang Tigor sama Mas Paijo
Ada di sini.
Sangkot : Ya, kebetulan
sekali.
Minah : Kalian mau tidak
membeli tabung gas kami? Murah.
Sangkot : Ya, murah.
Minah : Pokoknya kalian
tidak menyesal.
Sangkot : ya, tidak
menyesal.
Minah : Jangan takut,
rahasia di jamin be.....
Tigor :
(memotong) tunggu dulu Bu Minah. Sudah terbalek dunia kurasa. Oo
Bu Minah. Dari tadi aku sama si Paijo justru
berencana menjualnya
Ke Bu Minah. Bukan membeli.
Paijo :
Yo, Bu Minah. Kami bingung. Waktu di balai desa ndak dijelaskan
Cara pemakaiannnya secara jelas.
Tigor :
Terus aku bingung mau diapakan besi ini.
Paijo :
Aku juga. Setiap kupandang tabung ini bingungku terus bertambah
Minah :
Kok, bingung. Justru kami kemari maksudnya mau menjual tabung
Kami sama kalian. Eeh, tiba-tiba kalian mau menjualnya ke kami.
Seharusnya kami yang bingung. Bukan kalian. (berpikir) Sekarang be
Gini saja. Bagaimana kalau kita jual sama-sama?
Sangkot :
Yap, jual sama-sama.
Tigor :
Aku setuju
Paijo :
Aku paling setuju
Tigor :
Sekarang kita kumpulkan di mana?
Minah :
Di rumahku saja...
Sangkot :
Eit, tunggu dulu, jangan. Jangan di rumah kita.
Minah :
(geram) bodoh, bodoh. Abang memang bodoh nggak ngerti bisnis.
Sangkot :
Ini bukan persoalan bisinis. Ini persoalan keselamatan.
Minah :
Keselamatan. Keselamatan apanya. Rumah kita selama ini aman-
Aman saja kok. Selamat- selamat aja kok.
Sangkot ;
Bukan itu yang kumaksudkan.
Minah :
Jadi apanya?
Sangkot :
(menarik tangan Minah agak menjauh) Tabungnya.
Minah :
Ya, kenapa tabungnya?
Sangkot : Tabungnya.
Minah :
Kenapa tabungnya?
Sangkot :
Aku takut tabungnya meledak.
Minah :
Terus?
Sangkot :
Aku takut rumah kita terbakar
Minah :
Terus?
Sangkot :
Terus, terus. Pokoknya aku tidak setuju. Apapun ceritanya.
Minah :
Uh, banci. Sudahlah (mendatangi Tigor dan Paijo)
Tigor :
Sekarang bagaimana, Bu Minah?
Paijo :
Pokoke aku setuju-setuju saja.
Sangkot :
Aku tidak setuju.
Tigor :
Kenapa, Pak Sangkot?
Paijo :
Aneh Pak Sangkot ini. Ide ini kan datangnya dari istri sampean sendi
Ri. Idenya Bu Minah. Lho, kenapa justru sampen ndak mendukung.
Oalah, kepribenn iki.
Sangkot :
(menarik Paijo) Sini, Jo. Sekarang aku mau tanya sama kau. Kau mau
Rumahmu terbakar.
Paijo :
Oalah, Pak sangkot, Pak Sangkot. Mana ada orang yang mau rumah
Nya terbakar? Apa Pak Sangkot mau?
Sangkot :
Uuh, dasar kunyuk. Justru itu. Aku bertanya. Mau tidak rumahmu ter
Bakar?
Paijo :
Ya, ndak maulah.
Sangkot :
Justru itu. Aku setuju tabung itu dijual. Tapi aku tidak setuju kalau ta
Bung itu dikumpulkan di rumahku
Paijo :
Jadi...
Sangkot :
Jadi, kalau meledak di rumahku kalian mau mengganti?
Paijo :
Terus apa tabung itu gampang meledak?
Sangkot :
Ya, siapa tau?
Paijo :
(mendatangi Tigor) Aku batal, Gor.
Tigor :
Macammananya, Jo. Tak jelas
kau. Kadang setuju. Kadang tak setuju.
Minah ;
Ya, sudah. Kalau paijo tidak setuju, tidak apa-apa. Kamu setujukan,
Gor?
Tigor ;
Aku setuju.
Paijo :
(berbisik) Gor, kamu mau rumahmu meledak.
Tigor ; Eh, dodol. Mau kau bom rumahku? Kalau kau tidak
setuju jangan pa
Ke mengancam. Mau meledakkan rumahku pulak.
Mau jadi teroris
Kau?
Paijo : Bukan itu. Tabung itu mudah meledak. Mau rumahmu
tebakar.
Tigor :
Eh, cacing. Kubilang sekali lagi sama kau. Jangan mengancam. Tadi
Mau kau ledakkan rumahku. Sekarang mau kau
bakar rumahku.
Paijo :
Bukan. Bukan itu. Kalau
tabungnya meledak rumah kita terbakar. Ka
Ta Pak Sangkot tabungnya gampang meledak. Aku
takut rumahku ter
Bakar. Kau?
Tigor :
Ah, tak mau aku.
Paijo :
Jadi?
Tigor :
(berbisik)
Paijo :
(menatap sungkan) Bu Minah. Kami sudah memutuskan.
Minah :
(heran) Memutuskan. Memutuskan kalau kalian setuju?
Paijo :
Memutuskan. Memutuskan kalau kami tidak setuju.
Minah :
Ya, tidak apa-apa. Saya bisa sendiri kok.
Paijo :
Satu lagi, Bu Minah. Kami memutuskan.
Minah :
Memutuskan apa lagi?
Paijo :
Kami berencana.
Minah :
Berencana apa?
Paijo :
Berencana mau menyerahkan tabung ini ke Bu Minah saja. Untuk Bu
Minah saja. Apa Ibu setuju?
Minah :
(sumringah) Nah, kalau yang begitu saya paling setuju. Terimakasih...
Sangkot :
(ketakutan) Saya tidak setuju.
Minah :
Setuju !
Sangkot :
Tidak!
Minah :
Setuju. Kamu setuju, Jo?
Paijo :
Setuju!
Minah :
Kamu, Gor?
Tigor :
Setuju. Paling setuju pun.
Sangkot :
Aku tidak setuju. Aku tidak setuju. Aku tidak mau rumahku meledak.
Aku tidak mau rumahku terbakar. Aku tidak
setuju. Pokoknya aku ti
Dak setuju. Titik.
Pada saat ribut-ribut itu terjadi, Pak Kades
melintas. Kemudiann mendatangi mere
Ka.
Pak Kades : (memberi salam) Assalammualaikum... Ada apa ini Bu Minah? Ba
Pak-bapak?
Minah : O, tidak apa-apa, Pak. Ya kan Pak (mengguit Sangkot)
Sangkot :
Ada, Pak. Ada apa-apa, Pak.
Minah :
Bapak.....
Sangkot :
Saya takut rumah saya meledak, Pak. Saya takut rumah saya terbakar.
Pak Kades :
Meledak apanya? Terbakar bagaimana?
Sangkot ;
Tabung gasnya, Pak...
Pak Kades : Ooo, saya mengerti.
Begini Pak Sangkot. Tabung gas itu tidak
akan
Meledak kalau kita bisa merawatnya, misalnya
agar acara memasak
lebih
nyaman tanpa rasa waswas , ada beberapa cara merawatnya
berikut ini. 1. KONDISI, Pada saat membeli, pilihlah yang
kondisinya baik dan perhatikan tanggal
kedaluwarsanya. 2. CEK
SELANG, Untuk mencegah kebocoran, periksalah
selangnya,
minimal sebulan sekali. 3. REGULATOR, Sebaiknya
gunakan
regulator yang ada meterannya agar memudahkan
mengetahui berapa
banyak gas yang tersisa. 4. CINCIN KARET, Ketika
memasang
regulator, perhatikan apakah ada suara
mendesis atau tercium bau
gas! Jika ya, segera lepaskan regulator dan
cek cincin karet pada tutup
gas. 5.
STOK, Mintalah beberapa buah cincin karet sekaligus kepada
penjualnya untuk stok. Karena, terkadang ada tabung gas yang tidak
disertai cincin karet atau ukuran cincinnya
tak sesuai sehingga gas
mudah keluar
atau bocor. 6. POSISI, Letakkan
tabung gas pada posisi
berdiri tegak agar regulator dapat mengunci
dengan baik.
Berhati-hatilah
ketika menerima tabung LPG dari penjual manapun.
Cara
memeriksa masa kadaluwarsa dari tabung LPG adalah: tanggal
kadaluwarsa ditulis dalam alfa code sesuai
nomornya sebagai A atau
B atau C atau D dan sekitar dua digit angka
mengikutinya.
Contohnya: C09. Abjad mewakili empat bulanan (1 kwartal), A untuk
bulan maret, B Juni, C Sept dan D Desember. Dua digit angka
berikutnya
merupakan tahun kadaluwarsa. Makanya "C09 berarti
September 2009".
Sangkot : Jadi kalau kita
tidak merawatnya bisa bahaya ya, Pak?
Pak Kades : Ya, jelaslah Pak
Sangkot. Badan Pak Sangkot saja kalau tidak dirawat
Bu
Minah pasti panik, ya, Bu Minah?
Bu Minah : Tapi ini kan tabung
gas bantuan, Pak?
Pak Kades : Justru itu. Kita
harus lebih aktif lagi merawatnya.
Paijo : Pak Kades,
sekadar ingin tahu saja. Kemarin tidak sempat bertanya.
Kenapa musti ada bantuan tabung gas, Pak.
Terus mengapa tidak se
Mua warga yang dapat?
Pak Kades : Ooo, itu. Bantuan
tabung gas elpiji dari pemerintah untuk program
konversi minyak tanah (mitan) ke
gas elpiji di daerah kita ini masih
sangat sedikit. Dari jumlah warga sebanyak 75 KK (kepala
keluarga),
jatah bantuan yang diterima hanya 17 buah. Daripada bantuan tabung
gas itu jadi rebutan hingga memancing
keributan antar warga, lebih
baik dibagikan dengan cara
dikocok seperti arisan. Bahkan cara itu
sudah disetujui dan disepakati oleh semua
warga. Paling tidak perwa
kilan dari warga.
Paico :
Katanya juga warga pendatang tidak boleh dan tidak bisa mendapat
Bantuan ya, Pak. Maksudanya apa?
Pak Kades : Disepakati masyarakat penerima tabung gas gratis
ini adalah warga
yang menggunakan minah dan juga usaha kecil
yang menggunakan
minah. Kita harus sepakat kriteria penerima
paket tabung gas
berdasarkan
prosedur dan ketetapan (protap) yang ada berdasarkan
kesepakatan bersama antara Dirjen Migas dan
Pertamina.
Kesepakatan
itu tidak mengklasifikasi tingkat ekonomi, tetapi semua
warga yang menggunakan minah dan usaha kecil
menggunakan
minah. Kepada warga pendatang menyangkut
konversi gas tidak di
berikan,
karena sebentar lagi pemerintah akan melakukan
penertiban administrasi kependudukan (Operasi Yustisia). Soalnya
banyak warga pendatang yang sudah menetap
bertahun-tahun
termasuk mahasiswa ingin mengurus KTP, tapi
tidak bisa diberikan
karena berkasnya tidak lengkap. Diasumsikan pendistribusian
tahap
pertama disiapkan sebanyak 200 ribu tabung gas,
tetapi estela
dilakukan pencacahan tahap kedua jumlahnya
sudah mencapai 400
ribu. Pada
awalnya pendistribusian akan dilakukan setelah
pencacahan dilaksanakan yaitu pada April lalu,
tapi karena suatu hal,
pencacahan baru bisa dilanjutkan bulan
ini, dan sekarang sudah
mencapai 52 persen. Namun keberhasilan
konversi minah ke gas tanpa
dukungan
pemerintah, tidak akan berjalan lancar. Dan untuk
sementara ini Pertamina belum melakukan
pengurangan minah di dae
rah
kita. Pengurangan nantinya juga akan dilakukan secara bertahap
setelah masyarakat menerima tabung gas. Minah
sendiri tetap ada di
pasaran tetapi harganya tidak di subsidi lagi,
yaitu sekitar Rp7.500 per
liter.
Paijo : Ada tidak
sanksi jika terjadi ketidak beresan dalam pendistibusian ta
Bung gas itu, Pak?
Pak Kades : Itu sebenarnya
persoalan kejujuran saja. Si pelaku dengan Tuhan.
Tetapi
kalau mencuri tabung gas bisa dijerat Pasal 363 KUHP tentang
Pencurian dengan ancaman hukuman maksimal 7
tahun penjara.
Tigor : Tapi, Pak. Saya
tidak pandai mempergunakannnya, macammana, Pak
Pak Kades : Kalau begitu
sekarang ayo ke rumah saya. Semua akan saya ajari. Ok.
Tigor, Paijo, Sangkot dan Minah
mengangguk-angguk tanda senang.
CUT
SELESAI
Medan,
Sept. 2009
Muhammad
Raudah jambak, S.Pd
No comments:
Post a Comment