SAJAK SAYANG NA SIPUANG
tetabuh gonrang sipitu-pitu, pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
o, na sipuang, na sipuang
(onaha... i huda-hudai do namatei...)
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan kasih
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan sayang
melalui kibasan enggang doa-doa dilayangkan
melalui hembusan angin harapan diterbangkan
adakah lebih indah dari cinta seorang ibu
sejak kandungan harapan ditasbihkan
setelah lahir kasih mengalir seperti air
ketika dewasa menggudang segala cita
o, na sipuang, na sipuang
(sonaha...i toping-toping do namatei...)
ditalun-talun kisahmu tersiar
ditalun-talun kisahmu terkabar
di tanah ini kami mengobar mandillo tonduy
di tanah ini kami senandungkan urdo-urdo i
adakah yang lebih sedih dari tetes tangis ibu
tak sempat tasbihkan harapan
tak sempat mengalirkan kasih
tak sempat membaca cita-cita
o, na sipuang, na sipuang
kami tabuh gonrang
demi menjeput
segala riang
tetabuh gonrang sipitu-pitu, Pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, Pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
2013
Negeri Kepompong
kali ini dia tidak melahirkan kupu-kupu,
tetapi ular bersayap kupu-kupu.
kali ini dia tidak menghisap madu,
tetapi darah semanis madu-madu
kali ini dia tidak menghadirkan warna-warna,
tetapi memuntahkan hitam sepenuh kelam
2013
LELAKI TUA DI SIMPANG RAYA
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang sepi
tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi
menyimpan dingin embun-embun tiang besi
lampu merah, kuning, hijau
terus berganti
orang-orang masih bergelut mimpi
di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi
pada sudut-sudut tersembunyi diawasi cctv
memerdekakan diri, memanjakan hati
lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita
membangun tangga sejahtera untuk keluarga
berbahagia di dunia, sejati di surga
mencatat euphoria masa ke masa
receh itukah suara riangnya
menahan loncatan kosa kata-kata
berhamburan dari jendela mobil
tak jua terbuka
deru knalpot memekakkan
rasa merdeka entah di mana
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati
do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari
mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan
di sinilah ia bertahan
menghirup debu jalanan
hujan kehilangan pesan
2013
Langit Menangis
langit menangis, sigumbang meradang
rumah-rumah dan jiwa-jiwa berpeluk lumpur
langit menangis, sikodon-kodon, paropo, silalahi
hampir kehilangan segala tondi, kehilangan nyali
sejak kelam malam, hingga sunyi pagi
langit menangis, bukan menangisi para pengungsi
yang mengais ke dataran yang lebih tinggi
menyusuri rumah-rumah setelah air surut
menuju silalahi
menuju sikodon-kodon.
langit menangis, sederas tangis si bawang merah
segelisah mas dan nila
(ketika itu aku entah berumah dimana)
2013
tetabuh gonrang sipitu-pitu, pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
o, na sipuang, na sipuang
(onaha... i huda-hudai do namatei...)
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan kasih
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan sayang
melalui kibasan enggang doa-doa dilayangkan
melalui hembusan angin harapan diterbangkan
adakah lebih indah dari cinta seorang ibu
sejak kandungan harapan ditasbihkan
setelah lahir kasih mengalir seperti air
ketika dewasa menggudang segala cita
o, na sipuang, na sipuang
(sonaha...i toping-toping do namatei...)
ditalun-talun kisahmu tersiar
ditalun-talun kisahmu terkabar
di tanah ini kami mengobar mandillo tonduy
di tanah ini kami senandungkan urdo-urdo i
adakah yang lebih sedih dari tetes tangis ibu
tak sempat tasbihkan harapan
tak sempat mengalirkan kasih
tak sempat membaca cita-cita
o, na sipuang, na sipuang
kami tabuh gonrang
demi menjeput
segala riang
tetabuh gonrang sipitu-pitu, Pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, Pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
2013
Negeri Kepompong
kali ini dia tidak melahirkan kupu-kupu,
tetapi ular bersayap kupu-kupu.
kali ini dia tidak menghisap madu,
tetapi darah semanis madu-madu
kali ini dia tidak menghadirkan warna-warna,
tetapi memuntahkan hitam sepenuh kelam
2013
LELAKI TUA DI SIMPANG RAYA
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang sepi
tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi
menyimpan dingin embun-embun tiang besi
lampu merah, kuning, hijau
terus berganti
orang-orang masih bergelut mimpi
di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi
pada sudut-sudut tersembunyi diawasi cctv
memerdekakan diri, memanjakan hati
lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita
membangun tangga sejahtera untuk keluarga
berbahagia di dunia, sejati di surga
mencatat euphoria masa ke masa
receh itukah suara riangnya
menahan loncatan kosa kata-kata
berhamburan dari jendela mobil
tak jua terbuka
deru knalpot memekakkan
rasa merdeka entah di mana
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati
do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari
mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan
di sinilah ia bertahan
menghirup debu jalanan
hujan kehilangan pesan
2013
Langit Menangis
langit menangis, sigumbang meradang
rumah-rumah dan jiwa-jiwa berpeluk lumpur
langit menangis, sikodon-kodon, paropo, silalahi
hampir kehilangan segala tondi, kehilangan nyali
sejak kelam malam, hingga sunyi pagi
langit menangis, bukan menangisi para pengungsi
yang mengais ke dataran yang lebih tinggi
menyusuri rumah-rumah setelah air surut
menuju silalahi
menuju sikodon-kodon.
langit menangis, sederas tangis si bawang merah
segelisah mas dan nila
(ketika itu aku entah berumah dimana)
2013
No comments:
Post a Comment