DOA BUAT SAHABAT : KETIKA
DOA SUDAH DIGELAR?
Oleh : M. Raudah Jambak*
Yang
Terampas dan Yang Putus
kelam dan angin
lalu mempesiang diriku,/menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,/malam
tambah merasuk, rimba jadi semati tugu/di Karet, di Karet ( daerahku y.a.d)
sampai juga deru angina/aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau
datang/dan kau bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;/tapi kini hanya tangan
yang bergerak lantang/tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu
beku (1949 - Chairil Anwar)
Puisi
Chairil Anwar ini mengingatkan kita bagaimana sebuah perlawanan batin maupun
perlawanan lahir tidak berarti apa-apa ketika Sang Maha Segala berkehendak. Ketokohan dan karyalah yang mungkin akan
terus membuatnya menjadi abadi. Mereka tidak pernah mati, mereka terus hidup
sampai akhir dunia.
Banyak tokoh-tokoh Sumatera Utara yang memberi
warna ketokohannya tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga diakui secara
nasional. Misalnya saja, Perupa Perlawanan Penindasan, Semsar Siahaan (1952-2005), 'Kepala Suku' Sastrawan ‘45 Sitor Situmorang, Pencipta Bangun Pemudi Pemuda Alfred Simanjuntak, Maestro Mars dan Himne Nortier Simanungkalit, Pendiri Sekolah Tari Namarina Nanny Anastasia Lubis (1926-1993), Legenda Folk Song Batak Gordon Tobing (1925-1993), Seniman Opera Batak Tilhang Oberlin Gultom (1973), Aktor 'Si Buta dari Gua Hantu’ Maruli
Sitompul, Zulkaidah
br Harahap, Sanusi
Pane (1905-1968), Samosir, AWK, Nortier
Simanungkalit, Nanny Anastasia Lubis (1926-1993), Hamsad Rangkuty, Gordon Tobing
(1925-1993), Dewi
Lestari Simangunsong, Bill Saragih
(1933-2008), Ashadi
Siregar, Amir Hamzah,Tengku (1911-1946), Alfred Simanjuntak, Chairil Anwar (1922-1949),dll. Dan Beberapa diantaranya sudah dijemput oleh Sang Pencipta.
Bagaimana kebesaran dan ketokohan mereka menjadi
tolok ukur dan menjadi motivasi dari kalangan generasi muda untuk terus dan
selalu berkarya. Ini yang perlu menjadi catatan besar. Mereka sudah meletakkan
dasar sejarah yang kuat untuk penerus-penerus negeri ini. Bagaimana hasil
pemikiran dan ide kreatif mereka perlu menjadi catatan tersendiri yang tidak
bisa dinafikkan begitu saja.
SATU PERSATU MENGHADAP SANG
KHALIK
Setiap yang bernyawa pasti
akan dijeput kematian. Pernyataan
itu tidak bisa kita pungkiri. Dan waktu penjeputan juga memang sudah menjadi
rahasia Sang Khalik, itu juga tidak bisa kita bantah. Tetapi jika kematian itu
menjeput dalam tempo singkat dan bertubi-tubi, ini yang menjadikan kesedihan
sepertinya sulit terbendung. Tentu dari sisi kemanusiaan kita akan sedikit
kewalahan menghempangnya. Hanya dengan doalah mungkin keterkejutan itu bisa
dinetralisir semaksimal mungkin. Ini terjadi pada seniman dan tokoh penting di
Sumatera Utara, pada umumnya. Betapa tidak, dalam kurun waktu 2000-an, sudah
banyak tokoh seniman dan budayawan yang alkhirnya berumah di ’awan’
Lihat saja Antilan Purba, Amiruddin
AR, Achi acuh, Aldian Aripin, Awaluddin Ahmad, Ahmad Samin Siregar, Ben
Pasaribu, Barani Nasution, Monos RA, NA.
Hadian, Rusli A. Malem, Sirtoyono, Tengku Lukman Sinar, Z. Pangaduan Lubis, dll
Mereka sudah memberikan
andil yang cukup penting terhadap pengembangan dan perkembangan seni, sastra
dan budaya di Sumatera Utara. Misalnya, Antilan Purba.
Antilan sendiri sudah menerbitkan beberapa buku
tentang bahasa dan sastra, di antaranya “Kompetensi Komunikatif Bahasa
Indonesia: Ancangan Sosiolinguistik” (1996), “Bahasa, Sastra, dan Wacana”
(1997), “Kompetensi Komunikatif: Teori dan Terapan dalam Pembelajaran dan
Penelitian Bahasa” (1998), “Sastra Indonesia Kontemporer” (2001), “Pragmatik”
(2002), “Kompleksitas Sastra Indonesia” (2007).
Begitupun Barani nasution, selain aktor dan
sutradara handal juga seorang penerjemah yang luarbiasa. Beliau ada menerjemahkan
drama-drama asing ke dalam Bahasa Indonesia, beberapa diantaranya Medea,
Aluetis, Theree Sisters, Orang-orang Resah, Dua Belas Pemberang dan juga
menerjemahkan buku-buku pelajaran Teater karya Stanis Lavsky dan Oscar
J.Brockett. Pensiun dari Pegawai Bidang Kesenian Sumatera Utara, Barani Nasution
hijrah ke Jakarta. Di beberapa senetron arahan Khairul Umam yang pernah tayang
di beberapa stasiun televisi, Barani Nasution berkesempatan tampil sebagai
pemain pembantu.
Ben pasaribu seorang komponis dan juga perkusionis
yang handal. Beliau cucu dari Amir Pasaribu. Seorang Pianis,
kritikus musik,dan komposer utama Indonesia.Dalam mata rantai sejarah musik,Ben
Pasaribu berada dalam kategori Musik Baru yang menggunakan idiom musik barat dan
musik Indonesia. Ben Pasaribu adalah satu satunya orang Indonesia
yang pernah main bersama dan berada dalam satu proyek musik bersama Alvin Lucier,
komponis terkemuka dunia untuk musik kontemporer.Karya Ben Pasaribu umumnya
diperun tukkan bagi alat perkusi dan alat elektronik. Beberapa karya yang
monumentalnya, yaitu: Nerhen Surasura : untuk perkusi dan tape yang berisi
rekaman mantra dukun, Patotorhon Samboan (1992), Imaginary Ceremony (1989) yang
adalah karya untuk tiga instrumen apapun.Dipentaskan pada pertemuan komponis
International Gaudeamus di Amsterdam.
Z. Pangaduan Lubis selain tokoh sastrawan,
budayawan, teaterawan, juga seorang pemikir handal banyak tulisannya yang sudah
dibukukan, misalanya cerita rakyat Sumatera utara. Selain itu Kupasan Mengenai
Dalihan Na Tolu, Pelestarian Warisan Budaya Mandailing, Mandailing dalam lintasan sejarah, Kearah
penghayatan Adat Istiadat Mandailing, Bahasa Mandailing, Revitalisasi Kebudayaan Mandailing, dll.
Tentunya masih banyak lagi yang dapat kita
telusuri bukti keluarbiasaan tokoh-tokoh kita ini. Hanya saja mungkin kita akan
lebih merasa terharu lagi jika pihak Dinasa pariwisata dan Kebudayaan Sumatera
Utara atau pihak-pihak terkait ikut andil dan peduli dalam memetakan
’keberadaan’ tokoh-tokoh kita ini, seperti yang telah dilakukan oleh daerah
lain semacam Sumatera barat, misalnya dalam sebuah buku yang mungkin dinamakan
dengan GEOSENI SASTRA DAN BUDAYA SUMATERA UTARA.
DOA BUAT SAHABAT
Seniman-seniman
Taman Budaya, yang dipelopori Irma Karyon, dkk, berinisiatif menggelar acara
doa buat sahabat. Tentunya ini diberlakukan untuk tokoh seniman dan budayawan
yang telah berpulang. Siapapun
itu. Tidak mengenal aliran, golongan, maupun agama. Acara yang sangat mulia ini
dilaksanakan di Sanggar Tari Taman Budaya
Sumatera Utara.
Selain dihadiri oleh
seniman-seniman, kegiatan ini juga mengundang keluarga dari almarhum dan
almarhumah. Intinya adalah menyampaikan doa lepada seluruh tokoh-tokoh penting
Sumatera Utara yang telah wafat.
Kegiatan yang didanai secara bersama ini,
dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2011. Selain menggelar doa bersama juga
membentangkan agenda tentang perlunya STM Silaturahmi Seniman dan Budayawan Sumatera
yang entah mengapa selalu saja berselimut kendala.
Akhirnya, niat yang baik
tentu akan berhasil baik. Semoga
seluruh alamarhum dan almarhumah mendapat tempat di sisinya. Dan amal ibadah
mereka berterima. Amin.
*penulis
direktur Komunitas Home Poetry
No comments:
Post a Comment