Wednesday 2 March 2016

Imajinasi dan Kepolosan Anak-anak dalam Sastra



M. Raudah Jambak
Imajinasi dan Kepolosan Anak-anak dalam Sastra


Membicarakan anak-anak merupakan hal yang mengasyikkan. Semua tingkah polah anak bisa menjadi hiburan tersendiri bagi orangtua. Rumah akan bertambah ramai jika ada seorang anak. Kehadiran anak dalam sebuah rumah dapat mengubah dunia. Kepolosan dan keluguan anak tidak dapat ditemukan pada masa selanjutnya. Masa kanak memang tidak akan terulang lagi.
Dunia  memang indah. Keindahannya tidak dapat digantikan dengan apapun. Oleh karena itu, perlakuan padanya tidak sama dengan kepada orang dewasa. Anak-anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk mini. Alwi berpendapat anak adalah manusia yang masih kecil (2002:41). Itu berarti bahwa  anak memiliki semua sifat manusia hanya saja secara fisik dan emosional mereka belum seutuhnya seperti manusia dewasa. Kondisi ini memudahkan orang dewasa menanamkan nilai-nilai. Perilaku dan sikap seseorang di masa datang sangat ditentukan oleh penanaman nilai
di masa kanak-kanak. Tidak mengherankan jika  anak banyak meniru perilaku orang tua, perilaku baik atau buruk. Selain itu, dunia anak juga penuh rasa ingin tahu. Hurlock dalam Psikologi Perkembangan mengungkapkan bahwa anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya (hlm. 116). Hurlock juga menegaskan bahwa setiap anak mempunyai sifat ingin tahu tentang hal-hal baru yang tidak pernah ia ketahui.
            Penanaman nilai dan jawaban terhadap rasa ingin tahuanak dapat dilakukan dengan memperkenalkan anak pada sastra. Tarigan (1995: 13) berpendapat bahwa anak-anak hidup dalam masa perkembangan, baik fisik maupun mental. orang tua dan guru wajib membimbing perkembangan anak-anak ke arah yang positif agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dalam kehidupan. salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah sastra yang sesuai dengan perkembangananak-anak. banyak manfaat dan nilai yang dapat diberikan oleh sastra bagi perkembangan anak-anak.
Bergaul dengan sastra menurut Tarigan dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan/dalam berbagai cara (1995:6). Oleh karena itu, tidak usah heran jika isi sastra yang diciptakan anak-anak pun bertema berbagai segi kehidupan. Bahkan terkadang tema itu sama dengan sastra dewasa hanya dengan sudut pandang anak-anak.  
            Contoh :
Hujan
Hujan deras tiba
Membasahi semua rumah
Rumah mulai kebanjiran
Semua orang mengangkat barang-barangnya
Kini semua orang bersedih hati
Karena tidak dapat makan dan minum
Baru sadar, kalau buang sampah sembarangan
Membuat selokan tersumbat lalu banjir

Puisi itu bertema lingkungan. Gambaran tentang kepanikan orang saat menghadapi bencana tergambar jelas. Dalam pendapat penulis bencana disebabkan oleh kesalahan sendiri yakni membuang sampah sembarangan. Bencana banjir yang melanda berbagai daerah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. Puisi itu setidaknya berisi nasihat. Hal itu boleh saja ditafsirkan demikian karena Pradopo mengungkapkan seorang pembaca yang memberi makna dalam sebuah puisi (1987 : 5). Dalam hal ini puisi berfungsi sebagai sarana menyadarkan seseorang terhadap sebuah masalah.
Pemilihan tema lingkungan adalah karena seringnya pemberitaan media massa yang mengabarkan bencana di sebagian Indonesia. Kesusahan dan penderitaan masyarakat terlihat jelas dalam tayangan televisi. Hal ini ditonton oleh anak-anak dan mereka berpendapat kita harus memelihara lingkungan. Jika lingkungan terpelihara, kehidupan manusia juga akan menjadi baik. Secara nyata, banyaknya tanah longsor dan bencana banjir yang sekarang banyak terjadi lebih banyak diakibatkan oleh sikap masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungannya.
Dalam prosa yang diciptakan, anak-anak banyak yang menggambarkan lingkungan alam yang sangat indah dan damai. Barangkali, hal itu menandakan bahwa kita, termasuk anak-anak, sangat merindukan suasana seperti itu. Tema lain yang juga menarik perhatian yakni profesi.
Contoh :
Pak Pos
Engkau mengayuh sepeda lelah dan dahaga
Kau antar surat dari rumah ke rumah
Betapa sedih penderitaanmu
Kau menghidupi keluargamu
Kau mengayuh sepeda selangkah demi selangkah
Ku ingat jasahmu selalu
Pak pos selalu datang ke rumahku
Kring...kring...kring...
Begitulah bunyi bel sepedamu
Sepeda tua yang kau rawat dengan baik
Kau datang ke rumahku sambil membawa
Surat untukku

Puisi ini memberikan gambaran yang jelas tentang kerja seorang pak pos. Pengamatannya pada profesi yang satu ini sangat mendetil. Saya rasa saat penciptaan puisi ini pengarang melakukan wawancara. Mengapa saya berpendapat demikian? Hal ini terlihat pada baris ketiga dan keempat. Kalau ini benar berarti anak-anak pun serius dalam menghasilkan sebuah karya.
Pada dasarnya anak sekarang memang sangat kritis dan berani. Bila ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan menimbulkan tanya, anak-anak tak segan bertanya mencari jawabnya. Bahkan dalam berkhayalpun anak sekarang lebih berani. Coba kita simak puisi  berikut :

Bermimpi menjadi Astronot
Pada suatu malam aku bermimpi menjadi astronot
Aku menaiki roket
Aku berada di luar angkasa
Ketika aku mendarat di sebuah planet
Aku keluar dari roket
Di luar aku dapat terbang bagaikan burung terbang
Aku senang sekali, dapat terbang kesana-kemari
Tapi sayangnya aku terbangun dari tidurku
Ternyata aku hanya mimpi
Tapi aku senang telah merasa menjadi astronot
Sungguh khayalan yang luar biasa. Anak sekarang memang berbeda dengan sewaktu saya kecil. Dalam hal mimpi saja terlihat perbedaannya. Tetapi memang khayalan anak sekarang berbeda dengan zaman kita kecil. Bila kita perhatikan kutipan tersebut terlihat bahasa anak-anak yang kental. Satu lagi, ternyata, meski tidak tinggal di kota metropolitan khayalan anak tak berbeda, kreatif dan cerdas.
Kenyataan ini memberikan gambaran di manapun seorang anak berada tidak ada yang bisa melarangnya untuk berkhayal. Dunia anak tak menabukan khayalan.
Secara jujur kita harus mengakui bahwa terkadang apa yan ada di pikiran mereka tidak pernah bisa diduga dan dimengerti oleh orang dewasa.
Malah anak-anak telah menuliskan dongeng dan cerita pengalaman. Dongeng-dongeng yang ada dalam buku sungguh murni rekaan mereka. Meskipun bahasa yang digunakan masih sederhana dan penuh kepolosan.
Isi cerita dalam prosa anak-anak memang lebih sederhana daripada prosa yang diciptakan oleh orang dewasa. Begitupula dengan tema yang tidak sekompleks prosa  orang dewasa. Umumnya isi dan tema masih berhubungan dengan hal-hal konkrit yang ada di sekitarnya. Misalnya, tentang pekerjaan, binatang, atau keluarga. Demikian juga untuk dongeng, tokoh dan tema yang dipilih tidak jauh berbeda dengan dongeng yang sudah ada. Namun penyampaiannya tidak terlalu panjang.
Uraian di atas menjelaskan bahwa anak-anak adalah pribadi yang belum matang secara fisik dan emosi. Dalam menghadapi suatu masalah, biasanya mereka berpikir secara dangkal sesuai dengan pengalaman yang mereka terima. Hal tersebut menjelaskan berbagai bentuk kepolosan yang umum dilakukan oleh anak-anak.











Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemaen Pendidikan Nasional.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Majalah Bobo, Ngompol
Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi, Yogyakarta: UGM
Press.
Tarigan, Henri Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Wellek, Rene and Austin Warren.1965. Theory of Literature. New York: A
Harvest Book Harcourt, Brace and World, Inc.

No comments: