Wednesday 2 March 2016

DOA BUAT SAHABAT : KETIKA DOA SUDAH DIGELAR?



DOA BUAT SAHABAT : KETIKA DOA SUDAH DIGELAR?
Oleh : M. Raudah Jambak*

Yang Terampas dan Yang Putus
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,/menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,/malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu/di Karet, di Karet ( daerahku y.a.d) sampai juga deru angina/aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang/dan kau bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;/tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang/tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku (1949 - Chairil Anwar)

Puisi Chairil Anwar ini mengingatkan kita bagaimana sebuah perlawanan batin maupun perlawanan lahir tidak berarti apa-apa ketika Sang Maha Segala berkehendak. Ketokohan dan karyalah yang mungkin akan terus membuatnya menjadi abadi. Mereka tidak pernah mati, mereka terus hidup sampai akhir dunia.
Banyak tokoh-tokoh Sumatera Utara yang memberi warna ketokohannya tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga diakui secara nasional. Misalnya saja,  Perupa Perlawanan Penindasan, Semsar Siahaan (1952-2005), 'Kepala Suku' Sastrawan ‘45 Sitor Situmorang, Pencipta Bangun Pemudi Pemuda Alfred Simanjuntak, Maestro Mars dan Himne Nortier Simanungkalit, Pendiri Sekolah Tari Namarina Nanny Anastasia Lubis (1926-1993), Legenda Folk Song Batak Gordon Tobing (1925-1993), Seniman Opera Batak Tilhang Oberlin Gultom (1973), Aktor 'Si Buta dari Gua Hantu’ Maruli Sitompul, Zulkaidah br Harahap, Sanusi Pane (1905-1968), Samosir, AWK, Nortier Simanungkalit, Nanny Anastasia Lubis (1926-1993), Hamsad Rangkuty, Gordon Tobing (1925-1993), Dewi Lestari Simangunsong, Bill Saragih (1933-2008), Ashadi Siregar, Amir Hamzah,Tengku (1911-1946), Alfred Simanjuntak, Chairil Anwar (1922-1949),dll. Dan Beberapa diantaranya sudah dijemput oleh Sang Pencipta.
Bagaimana kebesaran dan ketokohan mereka menjadi tolok ukur dan menjadi motivasi dari kalangan generasi muda untuk terus dan selalu berkarya. Ini yang perlu menjadi catatan besar. Mereka sudah meletakkan dasar sejarah yang kuat untuk penerus-penerus negeri ini. Bagaimana hasil pemikiran dan ide kreatif mereka perlu menjadi catatan tersendiri yang tidak bisa dinafikkan begitu saja.



SATU PERSATU MENGHADAP SANG KHALIK

            Setiap yang bernyawa pasti akan dijeput kematian. Pernyataan itu tidak bisa kita pungkiri. Dan waktu penjeputan juga memang sudah menjadi rahasia Sang Khalik, itu juga tidak bisa kita bantah. Tetapi jika kematian itu menjeput dalam tempo singkat dan bertubi-tubi, ini yang menjadikan kesedihan sepertinya sulit terbendung. Tentu dari sisi kemanusiaan kita akan sedikit kewalahan menghempangnya. Hanya dengan doalah mungkin keterkejutan itu bisa dinetralisir semaksimal mungkin. Ini terjadi pada seniman dan tokoh penting di Sumatera Utara, pada umumnya. Betapa tidak, dalam kurun waktu 2000-an, sudah banyak tokoh seniman dan budayawan yang alkhirnya berumah di ’awan’
            Lihat saja Antilan Purba, Amiruddin AR, Achi acuh, Aldian Aripin, Awaluddin Ahmad, Ahmad Samin Siregar, Ben Pasaribu, Barani Nasution,  Monos RA, NA. Hadian, Rusli A. Malem, Sirtoyono, Tengku Lukman Sinar, Z. Pangaduan Lubis, dll
            Mereka sudah memberikan andil yang cukup penting terhadap pengembangan dan perkembangan seni, sastra dan budaya di Sumatera Utara. Misalnya, Antilan Purba.
Antilan sendiri sudah menerbitkan beberapa buku tentang bahasa dan sastra, di antaranya “Kompetensi Komunikatif Bahasa Indonesia: Ancangan Sosiolinguistik” (1996), “Bahasa, Sastra, dan Wacana” (1997), “Kompetensi Komunikatif: Teori dan Terapan dalam Pembelajaran dan Penelitian Bahasa” (1998), “Sastra Indonesia Kontemporer” (2001), “Pragmatik” (2002), “Kompleksitas Sastra Indonesia” (2007). 
Begitupun Barani nasution, selain aktor dan sutradara handal juga seorang penerjemah yang luarbiasa. Beliau ada menerjemahkan drama-drama asing ke dalam Bahasa Indonesia, beberapa diantaranya Medea, Aluetis, Theree Sisters, Orang-orang Resah, Dua Belas Pemberang dan juga menerjemahkan buku-buku pelajaran Teater karya Stanis Lavsky dan Oscar J.Brockett. Pensiun dari Pegawai Bidang Kesenian Sumatera Utara, Barani Nasution hijrah ke Jakarta. Di beberapa senetron arahan Khairul Umam yang pernah tayang di beberapa stasiun televisi, Barani Nasution berkesempatan tampil sebagai pemain pembantu.
Ben pasaribu seorang komponis dan juga perkusionis yang handal. Beliau cucu dari Amir Pasaribu. Seorang Pianis, kritikus musik,dan komposer utama Indonesia.Dalam mata rantai sejarah musik,Ben Pasaribu berada dalam kategori Musik Baru yang menggunakan idiom musik barat dan musik Indonesia. Ben Pasaribu adalah satu satunya orang Indonesia yang pernah main bersama dan berada dalam satu proyek musik bersama Alvin Lucier, komponis terkemuka dunia untuk musik kontemporer.Karya Ben Pasaribu umumnya diperun tukkan bagi alat perkusi dan alat elektronik. Beberapa karya yang monumentalnya, yaitu: Nerhen Surasura : untuk perkusi dan tape yang berisi rekaman mantra dukun, Patotorhon Samboan (1992), Imaginary Ceremony (1989) yang adalah karya untuk tiga instrumen apapun.Dipentaskan pada pertemuan komponis International Gaudeamus di Amsterdam.
Tentunya masih banyak lagi yang dapat kita telusuri bukti keluarbiasaan tokoh-tokoh kita ini. Hanya saja mungkin kita akan lebih merasa terharu lagi jika pihak Dinasa pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Utara atau pihak-pihak terkait ikut andil dan peduli dalam memetakan ’keberadaan’ tokoh-tokoh kita ini, seperti yang telah dilakukan oleh daerah lain semacam Sumatera barat, misalnya dalam sebuah buku yang mungkin dinamakan dengan GEOSENI SASTRA DAN BUDAYA SUMATERA UTARA.

DOA BUAT SAHABAT

            Seniman-seniman Taman Budaya, yang dipelopori Irma Karyon, dkk, berinisiatif menggelar acara doa buat sahabat. Tentunya ini diberlakukan untuk tokoh seniman dan budayawan yang telah berpulang. Siapapun itu. Tidak mengenal aliran, golongan, maupun agama. Acara yang sangat mulia ini dilaksanakan di Sanggar Tari  Taman Budaya Sumatera Utara.
            Selain dihadiri oleh seniman-seniman, kegiatan ini juga mengundang keluarga dari almarhum dan almarhumah. Intinya adalah menyampaikan doa lepada seluruh tokoh-tokoh penting Sumatera Utara yang telah wafat.
            Kegiatan yang didanai secara bersama ini, dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2011. Selain menggelar doa bersama juga membentangkan agenda tentang perlunya STM Silaturahmi Seniman dan Budayawan Sumatera yang entah mengapa selalu saja berselimut kendala.   
            Akhirnya, niat yang baik tentu akan berhasil baik. Semoga seluruh alamarhum dan almarhumah mendapat tempat di sisinya. Dan amal ibadah mereka berterima. Amin.

*penulis direktur Komunitas Home Poetry
           

No comments: