Sunday 21 February 2016

NASKAH DRAMA ABAL-ABAL



M. Raudah Jambak
ABAL-ABAL

NARATOR
Selamat malam dan selamat menikmati malam. Penonton. O, Penonton. Malam ini aku sedang gelisah. Bukan. Bukan geli-geli basah. Gelisah. G-E-L-I-S-A-H. Titik. Tapi, jangan senang dulu. Begitupun, aku masih mendapatkan anugerah. Maaf, anugrah. Sebab, sekian lama aku berfikir ingin membuat sebuah cerita. Akhirnya, kudapatkan juga. Aku suka menyebutnya dengan istilah Abal-abal. (tertawa) hahaha..jangan cemberut dulu. Ini bukan persoalan arti, tapi soalnya adalah pemaknaan. Lho, jangan protes dulu. Setelah kalian tahu jalan ceritanya, baru kalian tahu apa itu abal-abal. Nah, begini ceritanya.....(Hadrah)
PROFESOR ALANG
(MASUK MENGHADAP PENONTON, MENGHELA NAPAS) Hhhh… Akhirnya selesai juga… Tak percuma saya begadang tiap malam, sampai-sampai lupa pada kewajiban suami terhadap istri. Bayangkan, sudah satu tahun lebih saya mengerjakan eksperimen ini. Lupa makan, lupa tidur, lupa segala-galanya. Tapi, coba lihat hasilnya…. (MENUNJUK KE BELAKANG)… Mesin Waktu ciptaan saya ini sudah terwujud dengan sempurna. Dengan Mesin Waktu ini, saya --Profesor ALANG--, bakal sohor kemana-mana, terkenal ke seluruh dunia. Di televisi, di majalah, di koran-koran, bahkan di berbagai situs dunia maya sekali pun, nama Profesor Alang bakal selalu menghias berbagai pemberitaan. Ya, betapa tidak… dengan Mesin Waktu ciptaanku ini… (BERGAYA SEPERTI ORANG BERDEKLAMASI)… aku melanglang waktu demi waktu, abad demi abad. Aku bisa melanglang ke jaman purba atau bahkan ke jaman avant garde yang belum tentu dialami manusia masa kini. Bihari, kiwari, baringsupagi, bakal aku singgahi. 

SUTRADARA
(MASUK PENTAS SAMBIL MARAH-MARAH) Aimak, jelebau, sakau, Sontoloyo... ! Disuruh akting eh malah deklamasi! Akting, akting! Prolog-nya juga jangan terlalu panjang, Monoton. Nanti penonton bosan. Kalau penonton sudah merasa bosan, nanti pada bubar. Kalau penonton pada bubar, siapa coba yang akan nonton pertunjukan kita?!

PROF. ALANG
Kalau tidak ada penonton YA udah, Pak Sutradara, sudah saja jangan main.

SUTRADARA 
(GERAM) Jangan main bagaimana?! Percuma kita latihan kalau tidak main! 

PROF. ALANG 
Ah, Pak Sutradara ini MACAMMANANYA? Ikhlaskan saja kita bermain, Pak, tak usah ada pamrih supaya kita ditonton orang.

SUTRADARA
(AGAK SINIS) Ooo, jadi maunya kamu ditonton binatang, begitu?

PROF. ALANG
Bukan begitu, Pak Sutradara. Pak Sutradara kan sering wanti-wanti pada pemain, pada kita, pada aktor-aktornya, bahwa bermain teater itu harus ikhlas, jangan dibebani rasa pamrih. Bukan begitu, Pak Sutradara?

SUTRADARA
(MAKIN GERAM) Bukan! Maksudnya bukan begitu, Lembu! Dengarkan ya baik-baik… Ikhlas dalam bermain teater itu adalah… ikhlaskan hati, lenturkan rasa kita, supaya kita lebur dengan peran yang kita mainkan.

PROF. ALANG
Jadi…

SUTRADARA
Sudah! Sekarang sudah bukan waktunya diskusi.

PROF. ALANG
Tapi…

SUTRADARA
Tidak ada “tapi”! Cepat, segera mainkan peran kamu!

 PROF. ALANG
Pak Sut,…
(ANAK-ANAK MASUK MENGHADANG PROFESOR ALANG DAN MENGEJAR KEMANAPUN PROFESOR ALANG BERLARI. SAMPAI AKHIRNYA PROFESOR ALANG BERSEMBUNYI. ANAK-ANAK KECARIAN. LALU SALAH SEORANG DIANTATRANYA MENGAJAK BERMAIN SAMBIL MENARI-DOLANAN)
PROF. ALANG
(KELUAR DARI PERSEMBUNYIAN MENGGERUTU) Huh, tidak demokratis! Sok! Mau menang sendiri!  (TETAPI TIBA-TIBA TERTAWA SENDIRI. MANGGUT-MANGGUT KEMBALI, WAJAHNYA MENYIRATKAN RASA BANGGA.) 

TIBA-TIBA MUNCULLAH AMINAH SAMBIL MEMANGGIL-MANGGIL. 

AMINAH
Bang Alang, Bang Alang, Bang Alang...!

PROF. ALANG MASIH ASYIK MENATAP DAN MENELITI MESIN IMAJINASI CIPTAANNYA ITU. TAK HIRAU PADA TERIAKAN AMINAH. MERASA TAK DIHIRAUKAN, TENTU SAJA AMINAH MENJADI MARAH KARENANYA.

AMINAH
Bang Alang!

TETAP TAK DIHIRAUKAN.

AMINAH
Bang Alang!

KARENA MASIH TAK DIHIRAUKAN, AMINAH SEGERA MENCOPOT SELOPNYA, LALU DILEMPARKANNYA KE ARAH PROFESOR ALANG.

AMINAH
(SAMBIL MELEMPAR SELOP) Bang Alang!

P. Alang KAGET BUKAN ALANG-KEPALANG.

PROF. ALANG
Alah Mak, Aminah! Whats going on. Apa-apaan kamu sayang, hah...! Saya  Profesor ngerti bikin hilang wibawa. bukannya hormat Saya sedang meneliti. Malah mengganggu keasyikan saya!

AMINAH
Huh, memangnya jendral dihormat-hormat. Jangankan jendral, Abang tu ya prajurit juga bukan!

PROF. ALANG
E, e, eh… masa yang KAMU tidak tahu profesi saya?! Abang ini sudah waktunya dihormat-hormat. Dihargai!

AMINAH
Memang, barang antik masih bisa dihargai. ABang tu bukannya antik, tapi sudah kelewat jadul. Diobral juga bakal jatuh harga!
 
PROF. ALANG
Astagfirulloh, hati-hati melontarkan pernyataan! Heh, Aminah, begini-begini juga Abang ini calon suami kamu. Lebihnya lagi, Bang Alang ini sudah jadi  profesor... ProfesorAlang!

AMINAH
Wuah, profesor juga profesor linglung! Tahunya aku model Abang tu...
(AMINAH PERGI P. ALANG TERBENGONG-BENGONG MEMANGGIL AMINAH. TARI PANEN BUAH (KARO) MASUK.....)
NARATOR
Nah, sudah mulai terasa abal-abalnya? Belum? Baiklah. Aku pernah mendengar sebuah istilah dari sebuah kebudayaan. Katanya begini Seni dan Budaya ini, ini, dan ini memang tak pernah lapuk oleh panas dan tak pernah lekang oleh hujan. Dilihat dari kebudayaan yang ada termasuk kebudayaan dari daerah lain ikut mewarnainya. Hadrah adalah tarian yang menceritakan tentang puji-pujian dan ucapan rasa syukur atas kelahiran anak. Termasuk Dolanan anak-anak. Selain itu ada juga tarian dari daerah-daerah yang menceritakan kegembiraan masyarakat dalam menyambut panen dalam balutan adat daerah itu. Selain tarian ada juga lagu-lagu yang melengkapi keragaman budaya di sana. Yok, kita tengok lagi….(LAGU-LAGU)
(ANAK-ANAK MASUK HENDAK MENCARI PROFESOR ALANG. SAMPAI MEREKA MERASA KELELAHAN. LALU HENDAK PULANG DENGAN MENUMPANG BECAK. TARI BECAK MASUK.....SETELAH ITU KELUAR) 
DI SUATU TEMPAT DI VERONA, DI TAMAN YANG BERBEDA DENGAN TAMAN SEBELUMNYA. AMINAH LATIHAN AKTING DENGAN P. ALANG. AMINAH JADI JULIET MASUK DIIRINGKAN BANG ALANG YANG JADI ROMEO.

ROMEO
Oh, Juliet… demi rembulan yang cahayanya menyepuh pucuk pepohonan di sana, aku bersumpah…

JULIET
Diamlah, Romeo, janganlah bersumpah demi bulan. Wujud bulan selalu berubah setiap saat. Dia kadang-kadang bulat penuh, kadang-kadang tinggal sepotong, kadang-kadang pula tersisa seperti sabit. Aku tak mau sumpahmu itu berubah setiap saat.

ROMEO
Lalu, demi apa aku bersumpah, supaya kau tahu bahwa cintaku tak akan berpaling darimu?

JULIET
Bersumpahlah demi dirimu sendiri. Aku percaya pada cinta sucimu itu.

ROMEO
Hanya saja, Juliet… hanya saja di antara kita ada tembok penghalang yang tak mudah kita lewati. Permusuhan di antara keluarga kita tak kunjung damai. Malah kian meruncing saat mereka tahu bahwa kita sedang menjalin cinta.

JULIET
Oh, Romeo… Kenapa namamu harus Romeo? Kenapa aku harus Juliet? Kenapa kau dilahirkan dari keluarga Montague, sedangkan aku harus ditakdirkan sebagai Capulet?

ROMEO
Juliet, semua itu tak perlu kau pertanyakan. Kehendak Tuhan memang penuh misteri.         

JULIET
Oh…. Kenapa kau harus menjadi musuhku, Romeo? Tapi di mataku, kau adalah dirimu sendiri, bukan Montague, bukan siapa-siapa. What is a name. Ya, apalah artinya sebuah nama. Tokh seandainya bunga mawar tidak bernama mawar, harumnya akan tetap saja sebagai bunga mawar. Karena itu, siapa pun namamu, engkau tetaplah Romeo yang kucinta sepenuh hati. Bersumpahlah, Romeo, kau akan tetap mencintaiku meskipun aku sudah tiada.

ROMEO
Heh, apa maksudmu Juliet? Kenapa kau bicara seperti itu?

JULIET
Tidak, Romeo…. (MEMANDANG KE SUATU TEMPAT, MENGALIHKAN PEMBICARAAN) Ah, kau lihat, Romeo…. Di sana ada sekuntum mawar sedang tumbuh… (MENUNJUK KE TEMPAT YANG DI PANDANGNYA) Petiklah buat aku, sebagai tanda cintamu itu!

ROMEO MEMANDANG KE TEMPAT YANG DITUNJUK JULIET.

ROMEO
Baiklah, demi gadis yang kucinta sampai mati, akan kupetik mawar itu. Akan kupersembahkan untukmu sebagai tanda cintaku yang paling dalam.

ROMEO KEMUDIAN BERGEGAS MENINGGALKAN TEMPAT ITU, HENDAK MEMETIK MAWAR YANG DIINGINKAN JULIET.
SEMENTARA DITINGGALKAN KEKASIHNYA, DARI BALIK GAUNNYA JULIET SEGERA MENGELUARKAN BOTOL KECIL BERISI RACUN.
SETELAH MEMANDANG KESANA-KEMARI, DENGAN AGAK RAGU-RAGU, DITEGUKNYALAH SEGERA RACUN TERSEBUT. DAN PADA AKHIRNYA, JULIET PUN TERKULAI LEMAS.
KETIKA AKHIRNYA MUNCUL ROMEO SAMBIL MEMBAWA “PESANAN” JULIET, DIDAPATINYA JULIET SUDAH TERBUJUR KAKU. ROMEO SEGERA MEMBURU TUBUH TERBUJUR ITU.

ROMEO
Oh, Juliet… Juliet… Apa yang terjadi, Juliet? (MATANYA TERTUMBUK PADA BOTOL KECIL BERISI RACUN. DITELITINYA BOTOL ITU DENGAN PERASAAN SANGAT TERPUKUL) Oh, Juliet, kenapa kau lakukan ini. Kenapa, Juliet? Bukankah aku telah bersumpah akan mencintaimu sampai kapan pun?

KEMUDIAN, DENGAN PERLAHAN ROMEO MENGELUARKAN PEDANG KECIL YANG TERSELIP DI PINGGANGNYA. DENGAN PERLAHAN-LAHAN PULA UJUNG PEDANG ITU IA TUJUKAN PADA ULU HATINYA. LALU MEREKA TERBANGUN KARENA SEKELOMPOK ORANG YANG HENDAK LATIHAN MENARI.
PENARI I
(diikuti penari lainnya) Bang, Bangun! Kak, Bangun. Sekarang jadwal latihan kami.... Gantianlah......
AMINAH DAN BANG ALANG SAMBIL MENGGARUK-GARUK KEPALA KELUAR. PENARI MEMBENTUK FORMASI TARIAN…..
SUTRADARA
(MASUK PENTAS SAMBIL MARAH-MARAH) Aimak, jelebau, sakau, Sontoloyo... ! Disuruh akting eh malah pergi! Akting, akting! Aku Cuma bilang Prolog-nya juga jangan terlalu panjang, Monoton. Nanti penonton bosan. Kalau penonton sudah merasa bosan, nanti pada bubar. Kalau penonton pada bubar, siapa coba yang akan nonton pertunjukan ini?!Eh, malah meninggalkan tempat latihan. Kubilang tadi sebentarnya aku pergi. Alah, mak... (memanggil Alang dan Aminah) Alang! Alang! Profesor Alang......! Aminah, Aminah, Aminah oi bunga hati kembang, pot hatiku... where are you now.....?!
SUTRADARA KELUAR PERLAHAN-LAHAN TERDENGAR LAGU-LAGU DI SENANDUNGKAN. SETELAH ITU MASUK TARIAN lainnya….
SUTRADARA
(MASUK PENTAS SAMBIL MARAH-MARAH) Aimak, jelebau, sakau, Sontoloyo... ! Disuruh akting eh malah pergi! Akting, akting! Aku Cuma bilang Prolog-nya juga jangan terlalu panjang, Monoton. Nanti penonton bosan. Kalau penonton sudah merasa bosan, nanti pada bubar. Kalau penonton pada bubar, siapa coba yang akan nonton pertunjukan ini?!Eh, malah meninggalkan tempat latihan. Kubilang tadi sebentarnya aku pergi. Alah, mak... Kurasa dialog tadinya yang kubilang. Ah, sudahlah... (memanggil Alang dan Aminah) Alang! Alang! Profesor Alang......! Aminah, Aminah, Aminah oi bunga hati kembang, pot hatiku... where are you now.....?! (TAPI BEGITU MELIHAT ALANG DAN AMINAH BEROBAH KARAKTER KABAYAN DAN ITEUNG SUTRADARA HANYA TERBENGONG MELIHAT MEREKA. TETAPI LAMA-KELAMAAN IKUT LARUT DAN SESEKALI MEMBERI ARAHAN....
PENTAS MENGGAMBARKAN SEBUAH PEKARANGAN DEPAN RUMAH YANG SANGAT SEDERHANA.
KABAYAN YANG DIPERANKAN BANG ALANG DENGAN MEMAKAI KAOS OBLONG DAN PANGSI, DILILIT KAIN SARUNG, KELUAR MENUJU BALE-BALE YANG TERLETAK DI PEKARANGAN RUMAH ITU. PENAMPILANNYA TAMPAK KUSUT, DENGAN RAMBUT ACAK-ACAKAN. SEMENTARA MATANYA MASIH TERPEJAM, ATAU MEREM-MEREM AYAM,  RUPANYA IA SEDANG TIDUR SAMBIL BERJALAN.
IA SEGERA MEMBARINGKAN DIRINYA DI BALE-BALE ITU. DAN KEMBALI TIDUR DENGAN NIKMATNYA. SESEKALI BIBIRNYA MENYUNGGINGKAN SENYUM. SESEKALI PULA TERTAWA. 
DARI LUAR TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA ITEUNG YANG DIPERANKAN AMINAH MEMANGGIL-MANGGIL NAMANYA. 

ITEUNG
(DARI ARAH LUAR) Kabayan, Kabayan, Kabayan...!

KABAYAN MASIH TETAP BERBARING, SAMBIL MENGUAP BEBERAPA KALI.
ITEUNG MUNCUL DARI SEBUAH TEMPAT, MUNGKIN DARI DALAM RUMAH. KETIKA DILIHATNYA KABAYAN SEDANG TIDUR, ITEUNG GELENG-GELENG KEPALA.

ITEUNG
Astagfirulloh al’adzim… Tidak ada kenyangnya kamu tidur, Kabayan! Teu di kamar teu di luar, dasar pelor, nempel sama bantal langsung saja molor! (MENGHAMPIRI DAN SEGERA MEMBANGUNKAN KABAYAN) Kabayan…! Kabayan…! Kabayan…!

TAPI TETAP SAJA KABAYAN TAK BANGUN-BANGUN.  ITEUNG SEGERA MENGAMBIL SELOP YANG DILETAKKANNYA AGAK JAUH DARI SANA. LALU DARI AGAK JAUH  ITEUNG MELEMPARKAN SELOP ITU KE ARAH KABAYAN.

ITEUNG
(SAMBIL MELEMPAR SELOP) Kang Kabayan!

MERASA KAGET OLEH SERANGAN MENDADAK ITU, KABAYAN SEGERA BANGUN. 

KABAYAN
(SAMBIL MENGGISIK-GISIK MATANYA) Ari nyaneh, Iteung! Apa-apaan kamu teh, hah...! Ka salaki teh bukan aya hormatnya Si Jikan mah. Malah mengganggu tidur salaki saja!

ITEUNG
Huh, memangnya jendral dihormat-hormat. Jangankan jendral, kamu mah prajurit juga bukan!

KABAYAN
Astagfirulloh, etah-etah Si Jikan! Heh, Iteung, begini-begini juga Si Kabayan ini salaki kamu. Lebihnya lagi, Si Kabayan ini sudah jadi  profesor... Profesor Kabayan!

ITEUNG
Wuah, profesor ti mana horeng! Ngimpi kampu mah, Kabayan! Ngimpi!

KABAYAN
(MERASA KEBINGUNGAN) Heh, ngimpi?

ITEUNG
Iya, ngimpi! Jangankan profesor, SD juga tidak lulus kamu mah.

KABAYAN
(MENCUBIT-CUBIT LENGANNYA) Ngimpi? Ah, maenya sih? (TERUS SENYAM-SENYUM PADA ITEUNG) Ya sudah atuh, sana ke dapur. Siapkan sarapan. Akang mau sarapan.  

ITEUNG
Siapkan sendiri, sana! Enak saja, bangun tidur maunya diladeni!

KABAYAN 
Ya iya atuh. Kan kamu teh pamajikan Akang. Tugas seorang istri mah harus meladeni salaki. Meladeni salaki teh hukumnya wajib!

ITEUNG
(SINIS) Iya, da istri mah banyak wajibnya ketimbang hak-nya!

KABAYAN
Hak? Hak nanahaon, Jikan? Hak naon? Kan punya hak juga ku kamu mah tidak dihargai, malah dibalang-balangkeun geuning. Tuh, lihat selop kamu (MENUNJUK PADA SELOP YANG TADI DILEMPARKAN ITEUNG), buktinya kamu tidak menghargai hak sendiri, tahu?!

ITEUNG
Seblu kamu, Kabayan! Jangan pake bahasa pelesetan, siah! (SAMBIL SEGERA MENGAMBIL SELOPNYA)

KABAYAN
Etah, etah Si Iteung, ka salaki nyebut setan? Kawalat siah!

ITEUNG
Tuda boga salaki teh…

KABAYAN
Sudah, ah. Akang lapar! (SAMBIL BERLALU MENINGGALKAN TEMPAT ITU)

ITEUNG
(BERTERIAK) Kang Kabayan! Kang Kabayan...!

KABAYAN
(DARI LUAR) Sudah, sudah! Akang mau sarapan dulu! Supaya ada tenaga buat memerangi kamu!

ITEUNG
Jig bae rek sarapan mah. Kejona ge da euweuh, wew! (BERANJAK PERGI, MENGIKUTI KABAYAN)
SUTRADARA
Bagus. Bagus! Tetapi belum memuaskan. Ekspresi setengah-setengah. Artikulasi Berantakan... Latihan lagi yang serius....(BERANJAK PERGI, DIIKUTI P. Alang dan Aminah. SELANJUTNYA MASUK TARI KARAPAN SAPI/JUBLAK SUWENG-JAWA)
NARATOR
Deli serdang yang makmur. Deli serdang yang sejahtera itulah cita-cita kita semua. Kemakmuran dan kesejahteraan itu, tentunya diringi dengan segala doa dan usaha. Deli serdang yang makmur. Deli serdang yang sejahtera itulah harapan kita semua. Kemakmuran dan kesejahteraan itu, tentunya dengan turut menumbuhkembangkan senibudaya. Menjaga dan merawat seni, budaya, dan tradisi yang ada. Tanpa membeda-bedakan dari mana seni, budaya dan tradisi itu berasal. Jagalah. Rawatlah. Selama seni, budaya, dan tradisi itu menambah kekayaan khasanah kecintaan kepada negeri kita INDONESIA.
(SETELAH ITU TARI DARI ETNIS TIONGHOA KELUAR DILANJUTKAN DENGAN LAGU-LAGU.....)   
NARATOR
Deli serdang yang makmur. Deli serdang yang sejahtera itulah cita-cita kita semua. Kemakmuran dan kesejahteraan itu, tentunya diringi dengan segala doa dan usaha. Deli serdang yang makmur. Deli serdang yang sejahtera itulah harapan kita semua. Kemakmuran dan kesejahteraan itu, tentunya dengan turut menumbuhkembangkan senibudaya. Menjaga dan merawat seni, budaya, dan tradisi yang ada. Tanpa membeda-bedakan dari mana seni, budaya dan tradisi itu berasal. Jagalah. Rawatlah. Selama seni, budaya, dan tradisi itu menambah kekayaan khasanah kecintaan kepada negeri kita INDONESIA.
(SETELAH ITU TARI DARI BERBAGAI ETNIS KELUAR DITUTUP DENGAN LAGU-LAGU.....LALU SELURUH PEMAIN MENGAMBIL POSISI DIBELAKANG PENARI KEMUDIAN MEMBERI HORMAT)   
NARATOR
Terimakasih atas segala perhatian mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilapan. Semoga berkenan. Dan sampai jumpa pada lain waktu dan kesempatan. Salam.....
MEDAN, 5 MARET 2012
M. RAUDAH JAMBAK






263692_190272677694326_100001347869120_438890_5639267_n.jpg


Naskah M. Raudah Jambak
MARI MENCINTAI SENIBUDAYA DAN TRADISI NEGERI SENDIRI

No comments: