Sunday 21 February 2016

DRAMA TABUNG GAS



Drama Pendek
(KOCAN)
Muhammad Raudah Jambak
TABUNG GAS KU SAYANG

ADEGAN SATU
Ext. Teras depan rumah Tigor. Rumah sederhana. Pagi hari
Terlihat orang-orang berbondong-bondong, pergi ke suatu tempat. Tigor baru  bangun.  Heran. Bangkit memanggil orang-orang.

Tigor                : Oi, mau kemana?
Orang 1           : (berhenti sejenak memandang heran pada Tigor, lalu pergi)
Tigor                : (memanggil orang kedua) Bang, mau kemana kelien?
Orang 2           : (berhenti sejenak, menggeleng, lalu pergi…)
Tigor                : (menggaruk-garuk kepala kembali duduk) Bah, ditanya manggeleng-
                          geleng ho …
Paijo                : (melintas di antara rombongan, melihat Tigor dan menyapanya) Hei,
                           Bang Tigor nggak ikut Abang ke Balai Desa?
Tigor                : (bersemangat) He, Jo. Pai, ah entah siapalah nama kau. Cocok kalilah
                           ada kau. Ha, ada apa di Balai Desa?
Paijo                : (heran) Jadi, Abang nggak tau?
Tigor               : (menggaruk kepala lagi) Manalah aku tau. Cobaklah kau pikir, dari
                          tadi aku tanya orang-orang itu. Iya, orang-orang yang lewat itu
                          satupun tak ada yang menjawab.
Paijo               : Makanya, Abang ikut aku aja. Sambil jalan aku jelaskan. Cocok
                         Abang rasa?
Tigor              : Ih, cocok kalilah. Tapi nggak kau apa-apakan aku di tengah jalankan.
Paijo              : (menggeleng) ya, nggaklah, Bang.
Tigor             : Yang betul kau...,Jo.
Paijo              : Betul, Bang. Ayoklah...
Tigor             : (berpikir agak lama) Ayoklah kalau begitu.

                                                                      CUT
  
ADEGAN DUA.
Int. Ruang tamu rumah. Rumah kelas menengah. Pagi hari
Istri Sangkot, Minah terlihat bersiap-siap hendak mandi. Sangkot masih duduk santai sambil membaca koran. Istri Sangkot hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.
Sangkot           : (membaca koran dengan suara keras) Ketagihan Play Stasion, Bocah
                          Curi Tabung Gas. (mencari yang lain) Kepergok Gasak Tabung Gas,
                          Pengantin Baru Disel. (geleng-geleng kepala) Tabung Gas Meledak,
                          Dua Karyawan Luka. (membaca yang lain) Tabung Gas Tukang
                          Balon Meledak. (membaca di halaman lain) Tabung Gas Meledak,
                          Ibu dan 2 Anak Terbakar. (Tukar posisi duduk) Ih, beritanya ngeri.
                          Bagusnya awak baca yang lucu-lucu. Biar segar sikit utaktu he he he.
                          (membuka halaman lain) A,  ini dia. Kolom PILU, pikiran lucu. Hm.
                          Judul kolomnya aja sudah lucu. Ha, ini awak baca. (membaca)  Lima
                          para bawahannya. "Lima pelaut kecebur ke laut, tapi hanya satu yang
                          rambutnya basah." "Kok bisa begitu?", tanya Nahkoda. "Karena yang
                          empat itu kepalanya botak licin." (membaca yang lain)  Mau tau siapa
                          orang paling sial di dunia? Dia adalah orang yang lahir di BALIK  
                          PAPAN,besar di PALU,dan meninggal di SORONG. (membaca yang
                          Lain) Kenapa kucing kalau menyeberang rel kereta api harus melom
                          pat ? Jawabannya : Sebab kalau memutar kejauhan.
Minah              : (sudah selesai berpakaian, lantas menatap suaminya yang masih ber-
                          Malas-malasan.) Katanya mau ke Balai desa? Bapak kok belum siap?
                          Cepatlah! Nanti jatah kita hilang....
Sangkot           : (Panik) Eh, jatah? Jatah apa?
Minah              : (berkacak pinggang) Eh, pakek nanya lagi. Pak Kades mau bagi-bagi
                           Kan  tabung gas.
Sangkot           : (panik) Alah, Mak. Eee, anu. Tidak usahlah. Tak jadi. Kita kan sudah
                          Punya kompor minyak tanah?
Minah              : (marah) Ih, bodohnya bapak ini. Itulah kalau orang tidak ngerti bisnis
                           Cepat. Kugas bapak nanti.....
Sangkot           :  (Ketakutan) Oke, oke cinta. Jangan marah lah. Nanti lipstiknya lun...
Minah              :  (marah) Cepat.......!!!(Sangkot terbirit-birit)                 CUT
ADEGAN TIGA
Int. Ruang Balai Desa. Pagi.
Orang-orang sudah berkumpul. Mereka asyik dengan diri mereka sendiri. Ada yang terdiam di tempat duduknya. Ada yang berbincang serius. Ada yang bercanda. Ada yang duduk. Ada yang berdiri, dsb. Suasana tengah menunggu dan mengharap sesuatu. Tidak berapa lama kemudian Minah muncul dengan Sangkot. Minah lalu mengambil posisi di depan mengabsensi.

Minah              : (memandang ke hadirin) Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin para penerima
                          Bantuan tabung gas yang saya hormati. Sambil menunggu kedatangan
                          Pak Kades, ada baiknya saya data dulu nama-nama para penerima ban
                          Tuan. Mudah-mudahan semuanya hadir. Tetapi juga sebelum itu per
                          Lu sedikit saya jelaskan latarbelakang adanya bantuan ini.........
Orang 1           : (memotong) Maaf, Bu Minah. Bukan maksud saya menyinggung pera
                          Saan Bu Minah. Tapi, maaf. Saya juga tidak bermaksud melangkahi
                          Kewibawaan Bu Minah. Jadi Maaf, Bu....
Minah              :  (memotong) langsung saja, Bu..
Orang  1          :  (sambil memegang perut) Maaf, Bu. Saya kebelet pipis......(pergi)
Orang-orang heboh. Ada yang tertawa. Ada yang geram, dsb.
Minah              : (menggeleng sambil memandang ke arah orang 1) Tenang. Kita
                           lanjut...
Orang  2          : (memotong) Bu, sudah langsung saja. Kami sudah hampir tiga jam
                          Menunggu di sini.
Orang 3           : (menambahkan) Ya, Bu. Saya setuju. Kami masih banyak kerjaan
                          Yang harus kami selesaikan.
Orang-orang kembali heboh. Bu Minah berusaha menenangkan. Bu Minah kembali berbicara setelah semuanya tenang.
Minah              : (tegang)  Baik. Saya hanya mengabsen saja.  Pak Sangkot, Bu Santi.
                          Bang Tigor, Bu Darmi, Mas Paijo (Minah terus mengabsen, yang namanya di panggil ada yang bersuara. Ada yang mengacungkan tangannya. Sejak dari nama Pak Sangkot dipanggil, orang-orang sudah mulai berbisik. Diantaranya ada wajah-wajah yang penuh dengan rasa curiga.
CUT
             
ADEGAN EMPAT
Int. Ruang tamu rumah Tigor. Siang.
Di ruang tamu Tigor sedang bingung.  Pandangannya tidak lepas ke arah tabung gas yang baru diterimanya dari Balai Desa. Tabung gas itu terletak begitu saja di atas meja ruang tamunya yang sempit.

Tigor                : (bingung) Mau kuapakan besi ini. Sudah hilang duitku duapuluh ribu
                          Dibuatnya. Aneh, aneh saja kelakuan Pak Gunawan itu kurasa. (meni
                          Rukan ucapan pak Gunawan) Bapak-bapak. Ibu-ibu yang saya horma
                          Ti. Sebelum tabung gas dibagikan secara langsung oleh Pak Kades.
                           Kami berharap Bapak-Ibu mengikhlaskan biaya perawatan tabung
                          Gas ini sebesar dua puluh ribu rupiah. Adapun biaya itu kita perguna
                          Kan untuk mengurus administrasi dan transportasi pengangkutan  ta
                          Bung gas ini sendiri. Bah!
Tigor kembali diam. Dipandanginya tabung gas itu dengan seksama.
                          (tersentak) Aku tahu sekarang, he he he. Cocoknya kujadikan pot
                          Bunga saja. Cocok. Cocok. Eh, tunggu dulu. Aku tak punya bunga.
                          Lagi pula nanti dibilang pulak sama si Paijo aku banci. Ah, tak jadi.
Tigor kembali diam. Tabung gas itu dibawa-bawanya keliling ruangan, sesekali di letakkannya di sembarang tempat. Ketika merasa lelah, tabung itu dijadikannnya bantal untuk tidurnya di atas kursi panjang.
                        (menepuk kening tiba-tiba) Alah, alah..Bodoh kalipun kurasa. Jadi
                        Bantal aja cocoknya kurasa. (seperti teringat sesuatu) Ai, mak. Sakit
                        Lah kepalaku nanti. Sudahlah kujadikan kaki untuk tempat akuarium
                        Ikan-ikan ku lah cocoknya. Aaah, cocoklah itu. Cocok kali kurasa.
Tigor dengan semangat memindahkan akuarium sederhana di atas tabung gas itu. Memandang dari berbagai arah.  Kemudian dia menari kecil, sebagai ungkapan rasa gembiranya.
                        (menggeleng kemudian) masih tak cocok kurasa. Kalau begitu kule-
                        Takkan saja dulu di luar. Mana tahu si Paijo lewat, jadi aku bisa berta-
                        Nya sama dia. Mana tahu dia bisa menunjukkan jalan keluar. Paling ti-
                        Dak aku tahu harus kuapakan benda ini. Ah, cocok kali kurasa.
Tigor ke luar ruangan menuju teras depan. Tabung gas masih dibopong-bopongnya.
                                                                    CUT
ADEGAN LIMA
Tigor masih duduk melirik ke kiri dan ke kanan. Beberapa orang melintas di depannya memandang heran melihat Tigor yang memeluk tabung gas nya. Tidak berapa lama Paijo muncul dengan menenteng tabung gasnya juga.
Tigor                : (riang) Jo, ah... sini kau dulu. Coocok kali kau datang. (Paijo men
                          Dekat) Duduk. A, duduk kau dulu. (meneruskan pembicaraan tanpa
                          Memeperdulikan wajah Paijo yang cemberut)  Begini, Jo. Aku bi
                          Ngung mau kuapakan benda ini. Kujadikan pot bunga, tak cocok.
                          Kujadikan kaki akuariumku. Tak cocok. Kujadikan bantal apalagi...
                          Juga tak cocok. Kujadikan apapun tak cock. Bingung aku. Nah, seka
                          Rang apa pendapatmu. Kasi aku saran dulu.
Paijo                : (diam)
Tigor                : Eh, aku bertanya sama kau. Tak kau perdulikan aku, bah. Eh, kutanya
                          Kau dulu apa saran kau. Biasanya saranmu paten-paten. Ha, macamm
                          Mana?
Paijo                : Uh, keblinger koe. Apanya macammana? Wong edan. Aku juga bi
                          Ngung. Mau kuapakan tabung ini. Katanya bisa untuk keperluan ru
                          Mah tangga. Bisa untuk ini itu. Aku makenya nggak ngerti. Keperlu
                          An rumah tangga opo....!?
Tigor                : Aaa, kalau begitu. Daripada kita yang bingung. Bagusnya kita pu
                          Langkan saja. Terus uang duapuluh ribu yang dikutip kita minta lagi
                          Macammana.
Paijo                : (tertawa tebahak-bahak) Oalah, Gor. Gor. Dasar bocah gendeng.
                          Orang sedesa yang malah bingung. Lebih bagus kita jual.....
Tigor                : (tersentak girang) Cocok kali. Itulah yang membuat aku senang
                          Berkawan sama kau. Ide cemerlangmu selalu tidak terduga. Wah,
                          Mantap. Paten.
Paijo                : Cocok, mantap, paten apanya? Eh, Gor. Sekarang aku yang nanya
                          Sama kau. Di desa ini siapa yang mau beli? Siapa?!
Tigor                : Ya, kita cari lah, kawan. Begini banyaknya manusia di tempat kita
                          Ini, masak tidak ada yang bisa diandalkan. Kita data saja orang-orang
                          Kaya di tempat ini. Mudah-mudahan ada yang berminat. Cocok?
Paijo                : Ah, kelamaan. Macammana kalau Bu Minah? Cocok. Cocok!
FADE OUT
Tidak berapa lama Minah dan Sangkot datang menghampiri mereka. Tigor dan Paijo memasang  wajah senang.
Minah              :  (tersenyum) Kebetulan sekali. Kebetulan bang Tigor sama Mas Paijo
                          Ada di sini.
Sangkot           : Ya, kebetulan sekali.
Minah              : Kalian mau tidak membeli tabung gas kami? Murah.
Sangkot           : Ya, murah.
Minah              : Pokoknya kalian tidak menyesal.
Sangkot           : ya, tidak menyesal.
Minah              : Jangan takut, rahasia di jamin be.....
Tigor                : (memotong) tunggu dulu Bu Minah. Sudah terbalek dunia kurasa. Oo
                          Bu Minah. Dari tadi aku sama si Paijo justru berencana menjualnya
                          Ke Bu Minah. Bukan membeli.
Paijo                : Yo, Bu Minah. Kami bingung. Waktu di balai desa ndak dijelaskan
                          Cara pemakaiannnya secara jelas.
Tigor                : Terus aku bingung mau diapakan besi ini.
Paijo                : Aku juga. Setiap kupandang tabung ini bingungku terus bertambah
Minah              : Kok, bingung. Justru kami kemari maksudnya mau menjual tabung
                          Kami sama kalian. Eeh, tiba-tiba kalian mau menjualnya ke kami.
                          Seharusnya kami yang bingung. Bukan kalian. (berpikir) Sekarang be
                          Gini saja. Bagaimana kalau kita jual sama-sama?
Sangkot           : Yap, jual sama-sama.           
Tigor                : Aku setuju
Paijo                : Aku paling setuju
Tigor                : Sekarang kita kumpulkan di mana?
Minah              : Di rumahku saja...
Sangkot           : Eit, tunggu dulu, jangan. Jangan di rumah kita.
Minah              : (geram) bodoh, bodoh. Abang memang bodoh nggak ngerti bisnis.
Sangkot           : Ini bukan persoalan bisinis. Ini persoalan keselamatan.
Minah              : Keselamatan. Keselamatan apanya. Rumah kita selama ini aman-
                          Aman saja kok. Selamat- selamat aja kok.
Sangkot           ; Bukan itu yang kumaksudkan.
Minah              : Jadi apanya?
Sangkot           : (menarik tangan Minah agak menjauh) Tabungnya.
Minah              : Ya, kenapa tabungnya?
Sangkot           :  Tabungnya.
Minah              : Kenapa tabungnya?
Sangkot           : Aku takut tabungnya meledak.
Minah              : Terus?
Sangkot           : Aku takut rumah kita terbakar
Minah              : Terus?
Sangkot           : Terus, terus. Pokoknya aku tidak setuju. Apapun ceritanya.
Minah              : Uh, banci. Sudahlah (mendatangi Tigor dan Paijo)
Tigor                : Sekarang bagaimana, Bu Minah?
Paijo                : Pokoke aku setuju-setuju saja.
Sangkot           : Aku tidak setuju.
Tigor                : Kenapa, Pak Sangkot?
Paijo                : Aneh Pak Sangkot ini. Ide ini kan datangnya dari istri sampean sendi
                          Ri. Idenya Bu Minah. Lho, kenapa justru sampen ndak mendukung.
                          Oalah, kepribenn iki.
Sangkot           : (menarik Paijo) Sini, Jo. Sekarang aku mau tanya sama kau. Kau mau
                          Rumahmu terbakar.
Paijo                : Oalah, Pak sangkot, Pak Sangkot. Mana ada orang yang mau rumah
                          Nya terbakar? Apa Pak Sangkot mau?
Sangkot           : Uuh, dasar kunyuk. Justru itu. Aku bertanya. Mau tidak rumahmu ter
                          Bakar?
Paijo                : Ya, ndak maulah.
Sangkot           : Justru itu. Aku setuju tabung itu dijual. Tapi aku tidak setuju kalau ta
                          Bung itu dikumpulkan di rumahku
Paijo                : Jadi...
Sangkot           : Jadi, kalau meledak di rumahku kalian mau mengganti?
Paijo                : Terus apa tabung itu gampang meledak?
Sangkot           : Ya, siapa tau?
Paijo                : (mendatangi Tigor) Aku batal, Gor.
Tigor                : Macammananya, Jo. Tak jelas kau. Kadang setuju. Kadang tak setuju.
Minah              ; Ya, sudah. Kalau paijo tidak setuju, tidak apa-apa. Kamu setujukan,
                          Gor?
Tigor                ; Aku setuju.
Paijo                : (berbisik) Gor, kamu mau rumahmu meledak.
Tigor                ; Eh, dodol. Mau kau bom rumahku? Kalau kau tidak setuju jangan pa
                          Ke mengancam. Mau meledakkan rumahku pulak. Mau jadi teroris
                          Kau?
Paijo                : Bukan itu. Tabung itu mudah meledak. Mau rumahmu tebakar.
Tigor                : Eh, cacing. Kubilang sekali lagi sama kau. Jangan mengancam. Tadi
                          Mau kau ledakkan rumahku. Sekarang mau kau bakar rumahku.
Paijo                : Bukan. Bukan itu. Kalau tabungnya meledak rumah kita terbakar. Ka
                          Ta Pak Sangkot tabungnya gampang meledak. Aku takut rumahku ter
                          Bakar. Kau?
Tigor                : Ah, tak mau aku.
Paijo                : Jadi?
Tigor                : (berbisik)
Paijo                : (menatap sungkan) Bu Minah. Kami sudah memutuskan.
Minah              : (heran) Memutuskan. Memutuskan kalau kalian setuju?
Paijo                : Memutuskan. Memutuskan kalau kami tidak setuju.
Minah              : Ya, tidak apa-apa. Saya bisa sendiri kok.
Paijo                : Satu lagi, Bu Minah. Kami memutuskan.
Minah              : Memutuskan apa lagi?
Paijo                : Kami berencana.
Minah              : Berencana apa?
Paijo                : Berencana mau menyerahkan tabung ini ke Bu Minah saja. Untuk Bu
                          Minah saja. Apa Ibu setuju?
Minah              : (sumringah) Nah, kalau yang begitu saya paling setuju. Terimakasih...
Sangkot           : (ketakutan) Saya tidak setuju.
Minah              : Setuju !
Sangkot           : Tidak!
Minah              : Setuju. Kamu setuju, Jo?
Paijo                : Setuju!
Minah              : Kamu, Gor?
Tigor                : Setuju. Paling setuju pun.
Sangkot           : Aku tidak setuju. Aku tidak setuju. Aku tidak mau rumahku meledak.
                          Aku tidak mau rumahku terbakar. Aku tidak setuju. Pokoknya aku ti
                          Dak setuju. Titik.  
  Pada saat ribut-ribut itu terjadi, Pak Kades melintas. Kemudiann mendatangi mere
Ka.
Pak Kades       : (memberi salam) Assalammualaikum... Ada apa ini Bu Minah? Ba
                          Pak-bapak?
Minah              : O, tidak apa-apa, Pak. Ya kan Pak (mengguit Sangkot)
Sangkot           : Ada, Pak. Ada apa-apa, Pak.
Minah              : Bapak.....
Sangkot           : Saya takut rumah saya meledak, Pak. Saya takut rumah saya terbakar.
Pak Kades       : Meledak apanya? Terbakar bagaimana?
Sangkot           ; Tabung gasnya, Pak...
Pak Kades       : Ooo, saya mengerti. Begini Pak Sangkot.  Tabung gas itu tidak akan
                          Meledak kalau kita bisa merawatnya, misalnya agar acara memasak
                          lebih nyaman tanpa rasa waswas , ada beberapa cara merawatnya
                          berikut ini. 1. KONDISI, Pada saat membeli, pilihlah yang
                          kondisinya baik dan perhatikan tanggal kedaluwarsanya. 2. CEK
                          SELANG, Untuk mencegah kebocoran, periksalah selangnya,
                          minimal sebulan sekali. 3. REGULATOR, Sebaiknya gunakan
                          regulator yang ada meterannya agar memudahkan mengetahui berapa
                          banyak gas yang tersisa. 4. CINCIN KARET, Ketika memasang
                          regulator, perhatikan apakah ada suara mendesis atau tercium bau
                          gas! Jika ya, segera lepaskan regulator dan cek cincin karet pada tutup
                          gas. 5. STOK, Mintalah beberapa buah cincin karet sekaligus kepada
                          penjualnya untuk stok. Karena, terkadang ada tabung gas yang tidak
                         disertai cincin karet atau ukuran cincinnya tak sesuai sehingga gas
                         mudah keluar atau bocor. 6. POSISI, Letakkan tabung gas pada posisi
                         berdiri tegak agar regulator dapat mengunci dengan baik.
                         Berhati-hatilah ketika menerima tabung LPG dari penjual manapun.
                         Cara memeriksa masa kadaluwarsa dari tabung LPG adalah: tanggal
                         kadaluwarsa ditulis dalam alfa code sesuai nomornya sebagai A atau
                         B atau C atau D dan sekitar dua digit angka mengikutinya.
                         Contohnya: C09. Abjad mewakili empat bulanan (1 kwartal), A untuk
                         bulan maret, B Juni, C Sept dan D Desember. Dua digit angka
                         berikutnya merupakan tahun kadaluwarsa. Makanya "C09 berarti
                         September 2009".
Sangkot           : Jadi kalau kita tidak merawatnya bisa bahaya ya, Pak?
Pak Kades       : Ya, jelaslah Pak Sangkot. Badan Pak Sangkot saja kalau tidak dirawat
                          Bu Minah pasti panik, ya, Bu Minah?
Bu Minah        : Tapi ini kan tabung gas bantuan, Pak?
Pak Kades       : Justru itu. Kita harus lebih aktif lagi merawatnya.
Paijo                : Pak Kades, sekadar ingin tahu saja. Kemarin tidak sempat bertanya.
                          Kenapa musti ada bantuan tabung gas, Pak. Terus mengapa tidak se
                          Mua warga yang dapat?
Pak Kades       : Ooo, itu. Bantuan tabung gas elpiji dari pemerintah untuk program
                          konversi minyak tanah (mitan) ke gas elpiji di  daerah kita ini masih
                          sangat sedikit. Dari jumlah warga sebanyak  75 KK (kepala keluarga),
                          jatah bantuan yang diterima hanya 17 buah. Daripada bantuan tabung
                          gas itu jadi rebutan hingga memancing keributan antar warga, lebih
                          baik dibagikan dengan cara dikocok seperti arisan. Bahkan cara itu
                          sudah disetujui dan disepakati oleh semua warga. Paling tidak perwa
                          kilan dari warga.
Paico               : Katanya juga warga pendatang tidak boleh dan tidak bisa mendapat
                          Bantuan ya, Pak. Maksudanya apa?
Pak Kades       : Disepakati masyarakat penerima tabung gas gratis ini adalah warga
                          yang menggunakan minah dan juga usaha kecil yang menggunakan
                          minah. Kita harus sepakat kriteria penerima paket tabung gas
                          berdasarkan prosedur dan ketetapan (protap) yang ada berdasarkan
                          kesepakatan bersama antara Dirjen Migas dan Pertamina.
                          Kesepakatan itu tidak mengklasifikasi tingkat ekonomi, tetapi semua
                          warga yang menggunakan minah dan usaha kecil menggunakan
                          minah. Kepada warga pendatang menyangkut konversi gas tidak di
                          berikan, karena sebentar lagi pemerintah akan melakukan
                          penertiban administrasi kependudukan (Operasi Yustisia). Soalnya
                          banyak warga pendatang yang sudah menetap bertahun-tahun
                          termasuk mahasiswa ingin mengurus KTP, tapi tidak bisa diberikan
                          karena berkasnya tidak lengkap. Diasumsikan pendistribusian tahap
                          pertama disiapkan sebanyak 200 ribu tabung gas, tetapi estela
                          dilakukan pencacahan tahap kedua jumlahnya sudah mencapai 400
                          ribu. Pada awalnya pendistribusian akan dilakukan setelah
                         pencacahan dilaksanakan yaitu pada April lalu, tapi karena suatu hal,
 pencacahan baru bisa dilanjutkan bulan ini, dan sekarang sudah
 mencapai 52 persen. Namun keberhasilan konversi minah ke gas tanpa
 dukungan pemerintah, tidak akan berjalan lancar. Dan untuk
 sementara ini Pertamina belum melakukan pengurangan minah di dae
 rah kita. Pengurangan nantinya juga akan dilakukan secara bertahap
 setelah masyarakat menerima tabung gas. Minah sendiri tetap ada di
 pasaran tetapi harganya tidak di subsidi lagi, yaitu sekitar Rp7.500 per
 liter.
Paijo                : Ada tidak sanksi jika terjadi ketidak beresan dalam pendistibusian ta
                          Bung gas itu, Pak?
Pak Kades       : Itu sebenarnya persoalan kejujuran saja. Si pelaku dengan Tuhan.
                          Tetapi kalau mencuri tabung gas bisa dijerat Pasal 363 KUHP tentang
                          Pencurian dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara.
Tigor                : Tapi, Pak. Saya tidak pandai mempergunakannnya, macammana, Pak
Pak Kades       : Kalau begitu sekarang ayo ke rumah saya. Semua akan saya ajari. Ok.

Tigor, Paijo, Sangkot dan Minah mengangguk-angguk tanda senang.
CUT

SELESAI


Medan, Sept. 2009
Muhammad Raudah jambak, S.Pd


 



   
              

No comments: