Wednesday, 14 May 2008


PERNYATAAN


Kucintai tanah ini, Atun, lantaran tak ada
Yang mesti dikutuk dari kelahiran
Kupertahankan tanah ini, Atun, lantaran hak tak punya
Menentukan di tanah mana akan lahir ke dunia


Tanah Cianjur yang subur, gersang pegunungan kapur
Tanah yang kemerahan, tanah yang kehitaman
Lembah yang indah atau dataran mati Jatiwangi
Penduduk yang ramah, penduduk yang jahanam
Manusia-manusia sederhana atau manusia-manusia tinggi
Hati


Akan kupertahankan, Atun, karena mereka kucintai


[Halaman 30 ; Empat Kumpulan Sajak ’Cari Muatan’ Ajip Rosidi]


Coba kita simak satu lagi sajaknya :


KOTA DEMI KOTA


Inilah penyair dengan darah
Di matanya


Inilah penyair dengan bulan
Di tangannya


Ia melihat kepadaku
Jalan dan kota yang pengap
terbayang


ia merenungi kaca jernih
malam terus menyala


hujan turun gerimis
lidah menari jadi kikis


[Halaman 19, 5 bait pertama Sajak Kota Demi Kota ’Cari Muatan’ Ajip Rosidi]


AJIP ROSIDI (dibaca: Ayip Rosidi) mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastera, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastera Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik. Pendidikan formalnya SD di Jatiwangi (1950), SMP di Jakarta (1953) dan Tainan Madya di Jakarta (tidak tamat, 1956), selanjutnya otodidak.


Ia mulai mengumumkan karya sastera tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah terkemuka pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Indonesia, Zenith, Kisah dll. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai dengan tahun 1983, Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah).


Bukunya yang pertama, Tahun-tahun Kematian terbit ketika usianya 17 tahun (1955), diikuti oleh kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, kumpulan esai dan kritik, hasil penelitian, dll., baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, yang jumlahnya kl. seratus judul.


Karyanya banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bungarampai atau terbit sebagai buku, a.l. dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perands, Kroatia, Rusia, dll. Bukunya yang dalam bahasa Sunda, a.l. Kanjutkundang (bungarampai sastera setelah perang disusun bersama Rusman Sutiasumarga, 1963), Beber Layar! (1964), Jante Arkidam (1967), DurPanjak! (1967), Ngalanglang K.asusastran Sunda (1983), Dengkleung De’ngde’k (1985), Polemik Undak-usuk Basa Sunda (1987), Haji Hasan Mustapajeung Karya-karyana (1988), Hurip Waras! (1988), Pancakaki (1996), Cupumanik Astagina (1997), Eundeuk-eundeukan (1998), Trang-trang Kolentrang (1999), dll.


Ia juga mengumpulkan dan menyunting tulisan tersebar Sjafruddin Prawiranegara (3 jilid) dan Asrul Sani (Surat-surat Kepercayaan, 1997). Ketika masih duduk di SMP men-jadi redaktur majalah Suluh Pelajar (Suluh Peladjar) (1953-1955) yang tersebar ke seluruh Indonesia. Kemudian men-jadi pemimpin redaksi bulanan Prosa (1955), Mingguan (kemudian Majalah Sunda (1965-1967), bulanan Budaya Jaya (Budaja Djaja, 1968-1979). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973).


Bersama kawan-kawannya, Ajip mendirikan penerbit Kiwari di Bandung (1962), penerbit Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964), Duta Rakyat (1965) di Bandung, Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971), Girimukti Pasaka di Jakarta (1980), dan Kiblat Buku Utama di Bandung (2000). Terpilih menjadi Ketua IKAPI dalam dua kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979). Menjadi anggota DKJ sejak awal (1968), kemudian menjadi Ketua DKJ beberapa masajabatan (1972-1981). Menjadi anggota BMKN 1954, dan menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960). Menjadi anggota LBSS dan menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih dalam Kongres 1993), tapi mengundurkan diri (1996). Salah seorang pendiri dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), kemudian menjadi salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977).


Sejak 1981 diangkat menjadi gurubesar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982-1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehi-dupan sastera-budaya dan sosial-politik di tanahair dan terus menulis. Tahun 1989 secara pribadi memberikan hadiah sastera tahunan Rancage yang kemudi-an dilanjutkan oleh Yayasan Kebudaya-an Rancage yang didirikannya. Ajip penerima Hadiah Sastera Nasional 1955-1956 untuk puisi (diberikan tahun 1957) dan 1957-1958 untuk prosa (diberikan tahun 1960). Tahun 1993 men-dapat Hadiah Seni dari Pemerintah RI. Tahun 1999 menerima Kun Santo Zui Ho Sho (The Order of Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan Indonesia-Jepang.


Setelah pensiun ia menetap di Pabelan, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia masih aktif mengelola beberapa lembaga non-profit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.


Menyimak perjalanan kehidupan dan karya-karya Ajip, penting sekali rasanya bagi anda untuk mengoleksi karya-karyanya. Bagi anda yang berminat silahkan email ke epri_ts@yahoo. com dan pesan segera sebelum buku-buku lawasnya makin sulit dicari.



Judul : Cari Muatan, Empat Kumpulan Sajak
Penulis : Ajip Rosidi
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : Ketiga, Jakarta 1998
Tebal : 75 Halaman
Harga : Rp 20.000,-


Salam

No comments: