Monday, 5 May 2008

Voltak Sinaga : Guru Musik Tradisional

Voltak Sinaga : Guru Musik Tradisional

Oleh : Ardani

Guru atau instruktur musik jumlahnya sedikit dibandingkan dengan guru-guru bidang pengetahuan lainnya, sebab sedikit orang yang mau memilih bidang pendidikan musik. Orang lebih tertarik menjadi musikus. Namun, bagi Voltak Sinaga menjadi guru musik atau pelatih musik sudah menjadi pilihannya sejak dia menjadi mahasiswa di IKIP Medan tahun 1995. Sebagai mahasiswa yang diprogramkan untuk menjadi guru, Voltak telah siap membentuk dirinya menjadi pelatih musik.
Sebagai guru musik atau pelatih musik, Voltak diuntungkan sebab sebelum menjadi mahasiswa IKIP Medan dia pernah menjadi mahasiswa di etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU). Di etnomusikologi itu pengetahuannya tentang ilmu musik diperolehnya. Beberapa tahun di sana , dia pindah menjadi mahasiswa IKIP Medan. “Ini mungkin yang membuat saya lebih dari guru-guru musik lainnya,” kenangnya.
Sekarang ini sebagai guru pada Sekolah Menengah Musik (SMM) Medan yang sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 11 Medan Jalan Sutomo Medan , dia harus mengetahui ilmu musik yang cukup luas. “Ada mamfaatnya jadi siswa etnomusikologi, sebab setiap pertanyaan siswa tentang musik saya bisa menjawabnya,” kata Voltak Sinaga ayah dari empat anak, tiga di antaranya laki-laki dan satu perempuan.
Suami dari Ana Siahaan mengungkapkan, walaupun pengetahuan ilmu musiknya cukup luas untuk memainkan alat musik semuanya dia bisa tapi tidak sampai ahli betul. Namun, dari sekian banyak alat musik , alat musik yag sangat dia kuasai gitar. Musik baginya sesuatu yang bisa menyenagkan dan juga sesuatu yang membuat orang bisa bersedih, tergantung irama musiknya.
Pelatihan musik yang pernah diikutinya di antaranya mendapat pelatihan musik di BPPPG Yogyakarta sebagai program bagi guru produktif. Pada pelatihan itu mereka diharuskan membuat pergelaran musik dan dipentaskan di gedung utama gedung tersebut. Pergelaran itu sebagai kerja peserta pelatihan.
Pengetahuan dari pelatihan itu pula diimplementasikan di sekolahnya tempatnya mengajar. Siswa-siswa di SMK 11 banyak yang senang kepadanya dan dia seakan guru favorit di sekolah itu.
Sebagai pelatih musik dia menganjurkan siswanya untuk memahami imformasi teknologi (IT). IT dengan perangkat komputer dan internet sangat membantu siswa dalam pengembangan pengetahuannya. Selain itu musik dapat dikembangkan melalui komputer. “Hanya siswa-siswa musik yang memahami dan bisa mengakses teknologi informasi bisa menjadi yang paling unggul dibandingkan dengan yang tidak memahami informasi teknologi,” kata Voltak.
Untuk membaca dan menulis musik (Salvageo) komputer akan memudahkannya, dengan program di komputer siswa bisa menciptakan aransemen, asamble, orkesta, dangdut dan lainnya. “Saya juga sangat berminat pada informasi teknologi,” kata ayah dari Anto Sinaga.
Voltak Sinaga, kini boleh berbangga sebab dengan pengetahuan musiknya itu kini tidak saja siswa SMK 11 yang diajarnya, tetapi juga mahasiswa dari beberapa universitas kerap sekali berkonsultasi dengannya tentang musik.
Pria suku Batak, namun pernah bertahun-tahun tumbuh dan besar di Propinsi Jambi saat dia menjadi siswa SMA di sana. Di propinsi itu pengetahan musik tradisionalnya dia peroleh dari melihat musik dari Suku Anak Dalam. Selain itu pengetahuan musik trdional diperolehnya dari suku-suku lain di propinsi yang pernah dikunjunginya. Baginya musik tradisional itu menarik selain suaranya yang berbeda juga alat musiknya dari satu musik tradisional dengan musik tradisonal lainnya berbeda.
Voltak Sinaga masih bercita-cita untuk mendalami pengetahuan musik, khususnya yang berkaitan dengan teori musik. Dia ingin megabadikan dirinya sebagai guru yang benar-benar menguasai musik.
Di sekolahnya dia juga dipercaya sebagai staf yang bertugas untuk mengembangkan SMK 11. Karena SMK itu program pendidikannya berbeda dengan SMA. Di SMK untuk mengembangkan program sekolah itu harus ada usulan. Proposal-proposal pengembangan sekolah itulah yang sering dia kerjakan. Tiap SMK berbeda bidang pengetahuan yang didalami. Khusus SMK 11, bidang musik yang perlu dikembangkan. “Jadi proposal yang diajukan ke Diknas tentang proposal pengembangan kurikulum musik,” kata ayah dari Salsa Sinaga.
Sudah cukup lama dia bersentuahan dengan musik, minatnya pada musik dimulai tahun 80-an, pada saat dia menjadi siswa SMA. Di tahun 1982 mulai sering menulis musik tradisi, dan kemudian dia telah menulis buku teks musik untuk murid SMP dan SMA.
Bapak yang dilahirkan pada 1 Nopember 1961 di Medan, kepada anaknya bersikap terbuka, dia tak pernah menggiring ke empat anaknya itu untuk berminat pada musik. Tetapi dia biarkan saja tumbuh. Apa yang menjadi minat anaknya nanti itu yang dia dorong untuk berkembang dan maju.


Medan, 21 April 2008


Ardani
Penulis

No comments: