Thursday 17 April 2008

Cerpen Ardani

Pacar Sewaan

Oleh : Ardani

Zhu bingung sebentar lagi Imlek akan tiba, tinggal beberapa minggu lagi Imlek tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya akan dimeriahkan dengan bagi-bagi ang pao, dan rumah-rumah akan tambah semarak dengan aksesoris sin cia seperti pohon me hwa dengan berbagai ukuran dan warna, hiasan dinding dan aneka pernak- pernik lainnya.
Suasana Imlek sudah mulai terasa, di shooping-shooping center, plaza, mall sudah menghadirkan suasana Imlek itu. Pernak-pernik itu didominasi warna emas dan merah yang mengesankan kemeriahan.
Kemeriahan kota tak semeriah hati Zhu, sebab sebentar lagi dia akan mudik seperti jutaan orang lainnya yang akan mudik bertemu keluarganya di kampung halaman. Waktu yang tinggal sedikit ini dia harus bisa mendapatkan pacar.
Di kampus yang asri Zhu merasakan teman-temanya sudah siap-siap untuk merayakan Imlek. Apalagi bagi mereka mahasiswa yang kost di kota ini yang berasal dari daerah lain maka Tahun Baru Imlek adalah hari pulang kampung.
Semingu yang lalu orangtuanya menelepon dari kampung meminta pada Imlek, Zhu pulang kampung agar bisa berkumpul dengan keluarga. Ayah, ibu , kakak, abang dan adik-adiknya tentu akan sangat berbahagia bersama-sama merayakan Imlek. Yang membuat Zhu resah ibunya Lee Lay Yen minta agar Zhu saat pulang nanti membawa pacarnya. Sebab ibunya ingin sekali setelah Zhu selesai kuliah utuk menikah.
“Kamu tinggal satu semester lagi selesai kuliah. Selesai kuliah ibu ingin sekali kau segera menikah. Untuk itu jika ada pacarmu di kampus bawa segera saat Imlek nanti. Jika tidak ada ibu akan jodohkan kamu,” kata ibunya tergiang kembali dikuping Zhu.
Zhu tak ingin dijodohkan, untuk itu pada Imlek tahun ini dia harus bisa pulang membawa pacarnya. Dengan demikian ibunya tidak akan menjodohkannya. Tapi yang menjadi persoalan bagi Zhu, dia sampai saat ini masih jomblo.
Tiap kali ingat pesan ibunya , keringat bercucuran dari keningnya, bahkan telapak tangannya ikut basah. Di tengah kerisauan itu tiba-tiba saja Zhu menemukan ide.
Ide itu dilaksanakan Zhu, Zhu menempelkan pengumuman di majalah dinding kampus yang isinya : Dicari wanita yang mau menjadi pacar sewaan. Syarat yaitu cantik, jujur dan baik. Berminat hubungi Zhu di MIPA no kontak 0854362xxxxx. Bagi yang mau diberi imbalan 1.000 Yuan (130 dollar AS). Tertanda Zhu.
Pengumuman di majalah dinding kampus itu menjadi heboh, karena ada seorang lelaki yang sedang mencari pacar sewaan. Berbagai mahasiswa yang ada dari berbagai fakultas yang ada di kampus itu berdatangan untuk menyaksikan iklan heboh itu. Pacar sewaan tiba-tiba saja menjadi ikon baru. Dan Zhu harus menerima beberapa sambungan telepon selular dari beberapa wanita yang nadanya mempermainkannya sedang berpura-pura untuk melamar menjadi pacar sewaan, ada juga yang mencomoohkan Zhu, kenapa tidak mecari pacar betulan.
Zhu yang memasang pengumuman itu seketika menjadi terkenal, apalagi Zhu membuat pengumuman itu apa adanya tanpa merahasiakan namanya dengan inisial. Akibat pengumuman itu pimpinan redaksi majalah dinding kampus itu dipanggil dekan. Selanjutnya diminta agar tidak menjadikan majalah dinding sebagai bahan permainan. Majalah dinding itu harus tetap mejaga kesopanan, kesusilaan dan etika kampus.
Kehebohan pengumuman pacar sewaan, membut pihak polisi turun untuk menyelidiki apa motif dari pengumuman itu. Berbagai sepekulasi pun muncul. Ada yang mengatakan di kampus ada “ayam” karenanya ada mahasiswa yang mau menyewa.
Soal “ayam-ayam kampus” memang belum menjadi fenomena, hal itu masih sebatas kasuistis. Tapi dengan adanya pengumuman itu membuat seisi kampus membuat tafsiran beragam.
Isu mencari pacar sewaan akhirnya sampai juga ke Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, dan Purek memanggil Zhu. Dihadapan Purek Zhu mengaku dia yang membuat pengumuman menghebohkan itu. Dia mengaku bukan ingin membuat sensasi. Ide itu datang begitu saja . Begitu datang dia merealisasikannya, dan Zhu mengaku dia tidak menyangka pengumuman itu menjadi heboh.
Setelah menghadap purek Zhu harus berhadapan dengan psikolog. Dihadapan psikolog Zhu dicerca dengan beberapa pertayaan.
“Ya! Saya pikir gagasan mencari pacar sewaan itu parktis,” jawab Zhu dihadapan psikolohg itu.
“Tapi itu menggangu kesopanan,” ungkap psikolog.
“Saya tidak melihatnya yang terpikirkan oleh saya adalah saat Imlek ke kampung saya harus membawa pacar. Ibu saya berharap hal itu,” sambung Zhu.
“Kenapa kamu harus membawa pacar kehadapan ibumu,” tanya pikolog itu.
“Karena ibu saya menginginkannya, dan bila tidak bawa pacar ibu saya akan menjodohkan saya dengan perempuan di kampung,” kata Zhu.
“Kenapa kamu tidak membawa pacarmu?” tanya psikolog itu.
“Saya tidak punya pacar. Saya jomblo,” kata Zhu.
Zhu benar, dia tak punya pacar. Ketekunannya belajar membuat dia lupa dengan pacaran. Dia sangat sibuk membaca, menghapal dan segala macam yang berkaitan dengan belajar. Dia kelabakan saat ibunya memintanya membawa pacar saat Imlek nanti.

***
`
Keinginan Zhu membahagiakan ibunya di hari Imlek yang akan datang ini pupus sudah. Dari pengumuman yang dibuatnya di majalah dinding bukan pacar sewaan yang dia dapat, tetapi masalah menjadi runyam, sampai-sampaidia sempatdisidik polisi. Namun, untunglah hasil kesimpulan psikolog, Zhu teramat sayang pada ibunya , sehigga pada Imlek nanti dia ingin membahagiakan ibunya dengan memenuhi keinginan ibunya.
Zhu akan pulang kampung , dia resah di atas kereta listrik yang akan mengantarkannya ke kampung , ratusan orang di atas kereta listrik itu terlihat gembira menyambut Imlek nanti, tetapi tidak bagi Zhu. Dia tercenung , dan guncangan kereta itu mmbuat dia sadar sebentar lagi dia akan dijodohkan ibunya.




Zhu tersentak dia harus bertindak. Masih ada waktu beberapa jam lagi untuk mencari pacar. Bagaimana pun dia harus pulang membawa pacar agar ibunya bahagia. Dia tidak ingin dihari kegembiraan Imlek nanti ibunya akan bermurung memikirkannya.
Dia menebar pesona, kepada gadis yang duduk di kursi sampingnya.
“Pulang kemana?” taya Zhu.
“Pulang ke kampung menyambut Imlek,” sahut gadis disampingnya.
“Sendiri…,” tanya Zhu.
“Ya! Seperti yang kamu lihat,” sambut gadis itu tersenyum.
“Bisa minta tolong?,” pinta Zhu
“Tolong apa?”
Hening sejenak, Zhu memberanikan diri.
“Begini , ibu saya sudah sangat tua, dia berharap sekali kepulagan saya kali ini harus bersama pacar. Maukah kamu berpura-pura menjadi pacar saya agar ibu saya bahagia? Tolonglah saya bermohon sekali,”ujar Zhu menghiba.
gadis itu diam.
“Hanya berpura-pura, dan atas kebaikanmu itu saya akan memberi imbalan yang pantas. Sungguh saya bersungguh-sungguh. Maukah kau membagi kebaikan di hari yang baik ini,” kata Zhu.
Perempuan itu menatap Zhu,dan kepalanya menganguk, sedangkan Zhu wajahnya berseri kegirangan. ***

No comments: