Saturday 12 April 2008

कोमुनितास होम पोएट्री

Puisi M.Raudah Jambak

AIR MATA

telah pun kujaring air matamu pada kedalaman laut yang paling haru gemuruh di dadamu mengundang cemasku demi menahan terjangan-terjangan gelombang langit sekadar membagi nasihat bagaimana cara membaca gerak cuaca awan adalah musafir yang mencatat angin sepanjang rahasia kesunyian sebuah perjalanan

menelusuri rahasia di balik celanamu sekadar menitip do’a-do’a yang terlupa jemariku memikul aroma surga zikirku menumpang di jemari seperti do’a yang menunggangi
segala rahasia di balik celana ah tasbihmu bermakna seluas surga

kepadamu kukirimkan daftar tagihan cinta yang sampai saat ini belum juga terbayar
aku memohon kalau tidak dikatakan memaksa lunasilah

kesabaran meneguhkan segala penantian demi menghitung waktu-waktu yang terus menerus berputar pada langkah-langkah jarum jam letih tertatih-tatih

telah pun kujaring air matamu pada rahasia di balik celana bersama daftar tagihan cinta
demi menghitung waktu-waktu pada langkah-langkah jarum jam yang letih


(2008)


Puisi M.Raudah Jambak

RAMBUT, KOTA-KOTA DAN SUARA JERIT TANGIS IBU

ada berjuta kota yang bergelantungan di ujung-ujung rambutku dan kemarin banjir baru saja menenggelamkannya entah darimana asalnya buih-buih pun telah menguasai sepe-nuh hikayat cerita akupun memahat baliho wajahmu seirama gemericik sunyi bersamanya kerdip lampu mengundang goda berayun-ayun di langit-langit berawan kelam kehila-ngan angan-angan sebab jejaring melebarkan debar di luar seorang ibu masih juga mene-riaki anaknya yang tak juga menerbangkan bongkah-bongkah nasi ke mulutnya suaranya perlahan tenggelam ke dasar air mengalir melewati liku-liku alis matamu kemudian ber muara pada kisah cerita yang takkan pernah selesai sebentar saja rasanya kota-kota itu kering dikibasan angin melahirkan rimbunan ilalang selayaknya musim-musim berganti dari kelahiran musim salju ke musim semi ke musim kemarau kembali ke musim peng-hujan dan aroma bunga-bunga senantiasa hadir ketika jarak jedanya lalu kota-kota itu kembali bergelantungan di ujung-ujung rambutku menghadang kemarau yang semakin parau selurus detak-detak waktu menuju gurat-gurat wajahmu berwarna semu mening-galkan jerit tangis seorang ibu yang menggurat batu-batu begitu haru pada kota-kota yang bergelantungan di ujung-ujung rambutku ah (2008)

Puisi M. Raudah Jambak
Tentang Hujan, Daun dan Kau

sekeras deru nyanyian hujan kau tetap bertahan baris-baris debu menyembur mantra beraroma dupa karam di kornea mata menghapus jejak perjalanan di setiap titik peron-peron lengang

baris baris takdir menghadirkan bau amis meranting sepanjang jalanan bercabang
dan daun daun yang melayang rebah

sekelam bayang-bayang malam kau hadirkan geram langkah langkah kata pun perlahan terhenti menderas sepenuh tangis memeluk risau

sekeras deru nyanyian hujan kau tetap bertahan dan daun-daun yang melayang berpeluh
membebaskan jejak-jejak perjalanan

(2008)


Puisi M. Raudah Jambak
AIR MATA BERTASBIH BERHARAP KASIH SANG KEKASIH

Segurih itu,
Malam-malam membasuh. Sepanjang waktu
Munajat kupanjatkan menggelar seluas niat,
Pada ragu yang tak kunjung hilang dan beban
Pikir yang enggan melayang seringan kunang-kunang
Sampai nafas mendesak dada dan isak pun meledak

Entahlah,
Aku melintasi temaram. Gigil tulang terus meradang
Sampai ke sumsum paling terbelakang. Membiarkan
Angin dan air menyergap berang setajam pedang
Dan bara menyambar-sambar segarang api, merisaukan

Tetes air mataku bertasbih. Pengab sebentang sajadah
Menampung setiap butir-butir basah. Jari-jemari tak pun
Kuasa menampung gunung-gunung do’a, begitu sarat beban.
Aduh, pedih mana lagi yang tak tersampaikan pada-Mu?

Hari-hari seperti menunggu ajal berwajah luka. Menyuguhkan
Kopi pada pagi yang selalu mengenakan dasi sewarna hati,
Berbincang tentang jadwal kunjungan. Menghidangkan aneka
Masakan untuk siang yang menghanguskan. Atau pada malam
Yang selalu menyembunyikan diri di jubah kebesaran.

Alahai,
Mimpi terbirit bertemu pagi. Bidadari pun ikut bersembunyi,
Mengurung diri di bilik-bilik sunyi. Tapi, jemariku masih
Terhimpit do’a, menunggu-Mu merengkuhnya. Ditingkahi
Sesak isak, atau aku yang terlalu merindu.

Pada detik yang menentukan ini, aku hanyalah tetes sperma
Yang berebut fana, atau merengkuh keabadian sejati. Yang
Terjebak di sangkar rahim entah siapa, pecinta-Nya atau
Si pabrik dosa? Ada dan tiada bagiku sama adanya, sama
Tiadanya. Demi berharap pada-Mu, setetes kasih Sang Kekasih.

(2008)

Puisi M. Raudah Jambak
Seperti Detik yang selalu Melesat maka Kuharapkan Daya Ingatmu Kembali

tuhan yang maha pelupa
adakah engkau ingat segala do’a-do’a
di sisa-sisa malam yang teduh?
berapa kali kutitipkan berlembar gerah
di sepanjang resah duka nestapa

dan seperti detik yang selalu melesat,
maka kuharapkan daya ingatmu kembali
secepat kilat. Jangan lagi kau singgahi
kumuh bintang-bintang jatuh atau genit
purnama yang hibuk mengajak bercinta
atau bibit penyakit persetubuhan
di sekujur badan

tuhan yang maha pendendam
jangan lagi kau kirimkan awan-awan
yang menyirami bumiku yang belum
ditanami sawah ladang segala kesabaran
sisa dari segala berjuta ketakutan

lantas layaknya terminal walau tempat persinggahan
ia datang dan pergi sepanjang kurun yang tak pernah
ditentukan. Tapi, ingatannya kuat. Maka, di sisa-sisa
malam ini aku hanya berdo’a semoga kau tidak
pernah lupa
dengan segala riwayat cerita
segala derita!

(2008)
Puisi M.Raudah Jambak
Kali Malang

pada aliran sungai bangkai
tak kuharap kau senandungkan debu-debu
pun mungkin ceracau bajaj
hirup lah aroma birahi kesumat
di hirukpikuk pengendara
atau pengguna jalan raya
disesaki asongan dan gelandang
kau bukanlah pemakaman tanpa nisan. Hanya saja kau selalu hembuskan aroma bangkai di Kali Malang.
aku haru pada pekat airmu. haru pada senandung lapar zikir lumpur di liat bebatuan
menarikan sampan sampah bersama goyang riak pelepah yang menghanyutkan
dan
rauplah
lalulalang aroma
segala pembusukkan
di Kali Malang
2008




M. Raudah Jambak, lahir di Medan-5 Januari 1972 aktif di Sanggar GENERASI Medan. Saat ini bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, Panca Budi,Budi Utomo dan UNIMED,serta anggota HISKI Sumut (2005-2008) . Kepala Biro Sastra Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN)Wil.Sum. Alamat kontak-Taman Budaya SumateraUtara, Jl.Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan. HP. 085830805157 Mail:mraudahjambak@plasa.com, mraudahjambak@yahoo.com .no. rek; Mandiri cabang mdn balaikota,106-00-04699933-3

No comments: