Seorang wanita melangkah mendekati suaminya yang sakit. memeriksanya kemudian duduk termagu.
1. Wanita:
Badan abang panas lagi bang...
2. Lelaki:
Ya, rasanya perutky mual dan kepala pening, makanya aku tidak kerja soalnya seluruh tubuhku sakit.
3. Wanita:
Bagaimana kalau kita pinjam uang saja kepada tetangga untuk berobat.
4. Lelaki:
Kita bayar dengan apa, seluruh tabunganku sudah ludes untuk berobat, tapi penyakit ini tal juga sembuh..sudahlah dek, kalau memang ini cobaan kita hadapi saja.
5.Wanita:
Tak bisa begitu bang. meski ini mungkin cobaan tapi kita harus tetap berusaha mencari obat untuk abang.
6. Lelaki:
Aku tahu kau tak punya uang dari mana kau kan dapat. sebagai guru honor kau gaijian tiga bulan sekali. sedangkan aku sudah berhenti mengajar honorer sejak enam bulan lalu selama kita sakit...dari mana kita akan dapat uang...lebih baik kau cepat ganti pakaian dan memasak untuk makan siang, bila tidak kau nanti juga akan sakit.
7.Wanita:
entahlah bang, aku tak tahu harus berbuat apa, tadi ibu bertemu denganku di jalan, ia bilang mau menjual kulit manis ke toke untuk menolong biaya berobat abang, tapi kulit manis sedang murah bang.
8. Lelaki:
Ibu sudah terlalu tua untuk berusaha bagi kita.
9. Wanita:
Bang aku berhenti honor di sekolah ya, biar aku bisa bantu ibu ke ladang.
10. Lelaki:
(kaget) apa? (berusaha duduk dari pembaringan, kemudian batuk-batuk) jangan dek, memang kita tak dapat apa-apa dari pengabdian ini tapi aku yakin Tuhan tidak buta dan tidak tuli. memang kita tidak mendapat perhatian dari fihak-fihak yang seharusnya melihat pengabdian kita, tapi mereka hanya manusia, sementara Tuhan tentu memiliki rencana lain.
11. Wanita:
Tapi aku tak bisa membiarkan ibu berusaha sendiri memenuhi hidup kita, aku sudah tak sanggup lagi melihat pendritaanmu, diantara sakitmu kau juga berusaha membantu ibu menebang dan mengikis kulit manis, memanen dan menjemur kopi. sementara sakitmu tak jua kunjung di obati.
12. Lelaki:
Aku baik-baik saja, cuma letih, nanti aku sembuh juga akhirnya.
13. Wanita:
Biar aku berhenti dulu honor disekolah ya bang, nanti kalau abang sudah sembuh aku kembali mengajar lagi.
14. Lelaki:
Dengar dek, bagiku kau honor disekolah itu bukan sekedar menunggu formasi pengangkatan pegawai yang tak kunjung tiba padamu, kalau masalah itu sebelum sakit aku sudah sepuluh tahun jadi guru, tepatnya delapan tahun sebelum kita menikah aku sudah jadi guru, memang umurku denganmu agak jauh jaraknya, aku terlamabat menikah karena menunggu dapat diangkat CPNS, tapi hal itu tak kunjung datang. kini aku menikah juga akhirnya walaupun kita sama-sama berstatus honorer, tapi aku bersyukur kau mau menerima segala kekurangan dalam keuangan rumah tangga kita. selalu tabah dlam menjalani hidup bersama.
15. Wanita:
Rasanya aku hampir tak tabah lagi jadi guru honor bang. aku mau berhenti saja.
16. Lelaki:
Jangan berkata begitu, aku memikirkan nasib anak didik kita, di sekolah itu hanya ada dua guru pegawai negeri termasuk kepala sekolah guru Honor hanya tinggal Safwan dan Norita selain kau tentunya, kalau kau berhenti proses belajar akan semakin terganggu, anak-anak kita akan terlantar.
IBU MINCUL DUDUK DENGAN WAJAH HAMPA
17. Ibu:
Aku hanya bisa menjual kulit manis tadi seharga duapuluh lima ribu tiga ratus rupiah. Izzah, apa kau punya uang? kalau ada mungkin uang ini bisa untuk berobat suamimu ke mantri desa, dan ibu pakai uangmu untuk membeli beras.
18. Wanita:
Aku sudah tak punya uang sepeserpun bu, honorku seharusnya bulan ini sudah turun dari kabupaten, tapi kepala sekolah bilang sabar mungkon seminggu lagi.
19. Ibu:
Jadi bagaimana baiknya.
20. Lelaki:
Sebaiknya ibu beli beras saja, soal berobat saya nanti kalau kita sudah punya uang.
21.Ibu:
Baiklah nak, ibu ke warung dulu.
22. Wanita:
Bagaimana bang, aku sudah habis akal.
23: Lelaki:
sudahlah dek kuharap kau tabah saja, nanti pasti akan ada jalan keluar dari semua masalah kita. Tolong selimuti abang dek, rasanya dingin sekali.
24.wanita:
Baik bang, abang berbaring dengan baik biar aku selimuti, (perempuan mengambil selimut dari atas lemari lapuk disudut ruangan dan menyelimuti lelaki)
25. Lelaki:
Hampir separo hidupku kupakaio untuk sekolah, dari SD hingga menamatkan perguruan Tinggi, harta orang tuaku habis terjual untuk biaya pendidikan, tapi hingga kini aku tetap berada dalam ketidakpastian.
26. wanita:
Sudahlah bang jangan disesali yang sudah terjadi.
27.Lelaki:
Aku hanya kasihan padamu, aku tak sanggup memberimu kehidupan yang layak sebagai seorang istri.
28.Wanita:
Aku tidak menuntut itu bang, aku hanya ingin kau selalu disisiku.
29. Lelaki
jangan berkata begitu dek, rasanya kita akan segera terpisah.
30. Wanita:
Jangan bang, bertahanlah, abang harus sembuh, aku tidak mau abang meninggalkanku...(Terdengar salam)
31. Lelaki:
Coba lihat siapa yang datang dek.
32. Wanita:
Baik bang. (wanita menunju pintu) Oh deni, Yessi, silahkan masuk.
33. Deni/Yesi:
Baik bu.
34. Yesi:
Apakah bapak sudah ada baiknya bu?
35. Wanita:
Seperti kalian lihat, bapak masih terbaring disana.
36. Deni:
(Mendekati Lelaki) Pak kami datang untuk mengajak bapak berobat ke kecamatan, diluar teman Osis sudah siapkan mobil untuk bapak. (tidak ada jawaban)
37. Yesi:
Pak kalau bisa bapak segera berkemas pak ya...kami sudah siapkan semuanya kami sudah adakan rapat osis dan minta sumbangan kepada para guru bapak jangan kuatir masalah biaya...kami akan urus semua, yang penting bapak bisa sembuh dan kembali mengajar...(tak ada jawaban)
38. Deni:
(menggoyang tubuh leleki/cemas) pak!, pak bangun pak! (menangis) tidak bapak harus bangun sekarang, bapak harus berobat, deni sama Yesi sudah capek mengumpulkan dana buat bapak berobat, bangun pak...(menangis memeluk lelaki yang adalah gurunya itu).
39. Wanita:
Bang! Bang! (memeriksa nadi suaminya) tidak (menangis) jangan tinggalkan aku bang.....
40. Yesi:
Bapak, jangan pergi pak, kami semua sayang sama bapak yang telah mengajar kami dari kelas satu hingga kelas tiga tanpa digaji. kami tak bisa membalas jasa bapak kecuali dengan mengumpulkan dana ini (frustasi, marah, ia melemparkan uang ke arah jenazah gurunya) bapak jahat, lihat ini hampir sebulan kami mengmpulkannya untuk bapak, kami mengumpulkan sumbangan dari rumah-ke rumah wali murid, menyisihkan uang belanja teman-teman, ini untuk bapak. ambil pak-ambil, bapak jahat-bapak jahaaaat!
Tamat
No comments:
Post a Comment