Sunday 29 September 2019

LOMBA BACA PUISI ANTI NARKOBA


M. Raudah Jambak
UPACARA KEMATIAN

Semesta, berkumpullah
mari kita petik bintang
tabur dan aduk dalam
selengkung cawan
dupadupa telah kita bakar
pada sedebar getar

Semesta, berkumpullah
mari kita giring matahari
bersama bidadari kita menari
menikmati segala linting sunyi
irama tetabuhan telah kita bunyikan
pada gemulai lunglai

Semesta, berkumpullah
mari kita sunting kemayaan
bersama segala kemeriahan
bintang dan matahari
menghirup dupa
menikmati tetabuhan
dan gemulai bidadari

Semesta, berkumpullah
Kita jeput kabut
Kita jeput kalut
kita jeput maut

komunitashomepoetry, 2016

M. Raudah Jambak
BONG

Bong,
kami bukanlah mereka
yang selalu memerih luka
yang selalu merebut maut
yang selalu membius segala

Adakah yang lebih indah bagimu
Selain dari undangan upacara kematian
Atau aku yang mungkin tak pernah begitu mengerti
Betapa pedihnya hidup yang tersia
Tentang cita yang tak pernah terencana

Bong,
Kami bukanlah mereka
Yang tak pernah mengerti makna cinta
Yang tak pernah faham arti setia
Yang tak pernah mau tahu indahnya merindu

Adakah yang lebih mengerti cinta
selain jarum suntik memetik usia bilik-bilik
atau aku yang memang tidak pernah mau peduli
betapa nganga segala kecewa
tentang hati yang tak lagi memupuk segala sudi

Bong,
Kami bukanlah mereka
Maka, pergilah
Sebab bagi kami
tangan-tangan malaikat
akan selalu menuntun segala setia
akan selalu membalut luka-luka
akan selalu mengalirkan zikir mata air
surga, membawa do’a-do’a, memengenyam cita
menuju cinta-Nya

komunitashomepoetry, 2016













INDONESIA, MERAH-PUTIHKU
SajakM.RaudahJambak
Indonesia, Indonesia
dinegeriiniakudilahirkan
dinegeriiniakudibesarkan
dinegeriiniakumenggapai
segalaimpian
segalaharapan
segalacita
dancinta

Indonesia, Indonesia
engkauadalahtamanterindah
ibu yang paling ramah, penuh
kasihdansayang
dalamsuka
maupunduka

Indonesia, Indonesia
adalahdo’a-do’ahikmatsebelumtidur,
adalahguladalamsetiapmakananmaupunmanisan
adalahcahayapenerangsegalaterangmaupun yang kabur
adalahpuncaksegalawarnadalamlukisandanraciktenunan

Indonesia, Indonesia
laksanaobatpenghilangperihluka-luka
tilam paling nyamansetiapketentramanberdiam
danautempatmembasuhtumpukan-tumpukanduka
dansenyumandalammata paling nyalangatausebenampejam

Indonesia, Indonesia
barisansemangatsepanjangcarnaval
anak-anak yang berlaririangsepanjangjermal
kekasihsegalapujaan, membenamsegalagombal

Indonesia, Indonesia
merahdarahku
putihtulangku
ditubuhku
kitamenyatu
padu

Medan, 10-12

KetikaBenderaBerkibar
Puisi AhmadBadrenSiregar

Ketikabenderaberkibar, tubuhkuberkibar
Diantaraderumesindanasap-asapberkobar
Padarombonganburuhdanpekerjakasarberkabar
Bahwapeluhmu dianginlauttersebar
Di tubuhpertiwijadiparfum yang hambar

Ketikabenderaberkibar, takdirkubegetar
Takdiranak-anakkelu yang terlantar
Denganmataibameratapdiri yang memar
Menumbalkandirikeatas altar:
Disininenekmoyangkuberkubur
Di sinipula sejarahkutersungkursebelumgugur

Ketikabenderaberkibar, jiwakumenggelepar
Di ambangpagi yang buramdarihalamansuratkabar
Semilyarpilinankusutsekat-sekatkehidupanterhampar
Memasungtakdirnegeri yang terkapar
Berjibakudiantaraberatus kuku mencakar
Dan suara yang bergelegar:
Cincang! Ganyang! Lumat! Bunuh! Bakar!
Tangkap! Sikat! Hisap! Lempar!
Laluhilangketikamendungbergulir
Sepertiasapjerami di panenterakhir

LubukPakam, 2013









AKU INGIN MERDEKA
Karya Andy Mukly


akuinginmerdeka
menghirupudaramerdeka
menyelam di lautmerdeka
melangkah di tanahmerdeka
merdeka di negerimerdeka

akuinginmerdeka
merdekadarisegalapenindasan
kesewenang-wenangandankezaliman

akuinginmerdeka
merdekadarikrisis moral anakbangsa
perpecahansaudara
pertumpahandarahtersia-sia

akuinginmerdeka
merdekadarikemiskinandi ataskekayaan
kelaparan di ataskesuburan
pengangguran di ataskemakmuran

akuinginmerdeka
merdekadarikolusi, korupsi, manipulasi yang menggila
merdekadarikejahatannarkoba yang merajalela
merdekadarisegala amoral danasusila yang mencabikpancasila
merdekadarimereka yang membangsakanbudayaasingdenganbangga
merdekadarimereka yang melupakansejarahbamburuncingdanbenderapusaka

akuinginmerdeka
merdekadariisaktangisanak-anak yang kehilanganpapantulis
merdekadaripeluhiburenta yang relaberlamaantri demi pengobatan gratis
merdekadariratapkaumpapa yang mengharapibaparakaumborjuis yang apatis

akuinginmerdeka
menghirupudaramerdeka
menyelam di lautmerdeka
melangkah di tanahmerdeka
merdeka di negerimerdeka

akuinginmerdeka
merdekadarisegalabernamaluka
lukajiwabumipersada
merdekadarisegalabernamaduka
dukaraga negeriIndonesia

Medan, Agustus 2014


Sepenggal Kisah Tentangmu, Istri dan Anakmu
karya Hasan Al Banna

semasa muda kau adalah orang yang paling ditakuti
pemberani dan seluruh tubuhnya dililiti tato bergambar kawat berduri
kau preman pasar yang konon punya ilmu kebal dan ilmu bela diri
recehan pedagang kaki lima kau kutipi setiap hari
sebagai uang keamanan atau upeti untuk modal bermain judi
tapi setelah menikah dengan gadis kampung pujaan hati
kau memilih insaf dengan belajar shalat dan mengaji
lantas sehari-hari kau bekerja sebagai kuli
atau sesekali berkeliling berjualan roti
sedang istrimu menjadi tukang cuci
hidup sederhana dengannya begitu kau syukuri
sungguh bagimu nikmat yang tak tertandingi

adalah saat yang sangat kau nanti-nanti
ketika istrimu tercinta melahirkan seorang anak laki-laki
mesti tak terlampau mengerti tentang arti
kau beri ia nama Tarmizi
lalu mendaftarkannya ke sekolah mengaji
agar kelak ia mau pula menjadi santri
yang mahir membaca dan menafsir kitab suci
serta yang paham risalah dan silsilah Nabi
syukur-syukur Tarmizi menjadi dai atau mungkin sufi
seperti Kiai Zainuddin atau Aa Gym yang sering muncul di tivi
tapi usai menonton film-film laga penuh aksi
anakmu Tarmizi mengacung-acungkan belati
minta dibelikan pil ekstasy dan pistol api
juga minta dicarikan istri
jika tidak kau turuti
Tarmizi si buah hati mengancam bunuh diri
bahkan nyawamu pernah hendak dihabisi
terakhir ia menjadi orang yang paling dicari-cari polisi
karena telah berulang-kali memperkosa dan mencuri
kemudian kau tak pernah dikabari
apakah ia sedang sembunyi, lari, atau meringkuk di kamar jeruji
ataukah sudah mati?
yang jelas anak laki-lakimu bernama Tarmizi
tak pernah lagi kembali

Medan 2004,
DI ANTARA PILAR
Karya : Afrion

maka
aku bukan tubh yang terpenjara
di antara pilar – jeruji besi dan benteng – benteng bergigi
karena candu atau madat sebutir debu

ampiun
ampiun
karena kau geliat pucat
tubuhmu dekil dan gagu

Jika jalan oleng menjejak langkah setapak
dijejali obat di bungkam seribu impian
sakit dan beku dalam kegelapan

ampiun
ampiun
karena kau pintu tertutup

apa yang diharapkan binasa
apayang dibutuhkan celaka
kematian jurang pesakitan
berabad – abad dalam kegelapan

maka
apa artinya darah
bagi kehidupan yang dipertaruhkan

di antara pilar
aku berdiri

menolak dan menutup pintu
sebelum kelahiran madat atau candu
menjadi sakit yang dalam
perih yang mencekam

labsas, 2015

No comments: