Wednesday 11 November 2009

Keterampilan Berbahasa

Keterampilan Berbahasa



A. Resensi

Resensi ialah sebuah bentuk tulisan yang berupa uraian atau ulasan mengenai nilai (mutu) sebuah buku yang berisi pertimbangan baik buruknya sebuah buku. Tujuan resensi ialah untuk memberi rangsangan kepada pembaca agar membaca dan memiliki buku tertentu. Resensi dapat membantu penerbit atau pengarang memperkenalkan buku yang baru diterbitkan.

Susunan resensi:

1. Identitas buku, meliputi: judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tempat dan tahun terbit, dan tebal buku.
2. Latar belakang buku, dimulai dengan: mengemukakan tema buku secara singkat dengan dilengkapi deskripsi isi buku. Deskripsi buku menyangkut isi atau atau ringkasan buku, tetapi dapat juga menyangkut badan mana yang menerbitkan buku, kapan dan di mana diterbitkan, berapa tebalnya, dan bila perlu formatnya. Penulis resensi dapat pula memperkenalkan pengarang buku serta hasil karya-karyanya.
3. Macam atau jenis buku. Penulis harus mengklasifikasikan jenis buku, apakah ia termasuk fiksi, atau nonfiksi.
4. Keunggulan buku. Penulis mengemukakan sisi-sisi menarik dari buku tersebut. Keunggulan buku dapat dikemukakan berkaitan dengan organisasi atau kerangka karangan, isi, bahasa, serta teknik penulisan buku yang digunakan.
5. Nilai buku. Nilai sebuah buku baru akan makin jelas bila dibandingkan dengan karya-karya lainnya, baik ditulis oleh pengarang itu sendiri atau orang lainnya.

a. Kritik adalah tulisan yang berisi penilaian secara jujur dan ilmiah terhadap karya

orang lain.

b. Esai ialah karangan yang berisi pokok masalah yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya.

c. Notulen adalah catatan singkat mengenai pembicaraan keputusan dan jalannya

rapat atau persidangan.

d. Memorandum adalah pengertian nota atau surat peringatan tidak resmi, surat

pernyataan dalam hubungan diplomasi, bentuk komunikasi yang berisi saran,

arahan, atau penerangan.



B. Membaca

Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan. Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya membaca bertujuan memahami isi wacana atau bacaan.

Jenis-jenis Membaca

Ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara sewaktu membaca, makna proses membaca dapat dibagi sebagai berikut:

1. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara atau cara membaca yang dilakukan dengan lisan.

2. Membaca dalam hati (silent reading)

Membaca dalam hati adalah cara membaca yang dilakukan dengan tidak dikeraskan, yang hanya menggunakan kegiatan visual.

Pada saat membaca dalam hati, perlu diperhatikan:

1. Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan dengan cepat.

2. Ingatan berperan sebagai penyimpanan dan penyaring isi bacaan yang kita tangkap lewat mata.



Berdasarkan tujuannya, membaca diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan cara membaca yang dilakukan terhadap sebanyak-banyaknya teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Tujuan membaca ekstensif adalah

a. Untuk memperoleh pemahaman umum, atau

b. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu teks.

Secara umum membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Mensurvey halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks.

b. Men-skim halaman demi halaman teks dengan cepat Untuk menemukan gagasan pokok dari halaman-halaman teks itu atau

c. Melirik setiap halaman teks hanya untuk menemukan kata atau keterangan tertentu yang diinginkan.

1. Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan cara membaca yang dilakukan secara seksama terhadap rincian-rincian suatu teks atau bacaan.



Berdasarkan tingkat kecepatannya, membaca terbagi ke dalam beberapa jenis.

1. Membaca reguler

Membaca reguler adalah cara membaca dengan kecepatan relatif lambat. Cara ini dilakukan dengan membaca baris demi baris.

1. Membaca sekilas

Membaca sekilas dilakukan melihat secara sekilas bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar, atau hal-hal umum lainnya.

1. Membaca cepat (skimming)

Membaca cepat dilakukan dengan lebih cepat. Pandangan mata langsung meluncur, menyapu halaman-halaman teks. Teknik ini digunakan ketika membaca surat kabar dengan tujuan untuk,

a. mencari angka-angka statistik.

b. Melihat acara siaran televisi, dan

c. Melihat daftar perjalanan kereta api

Di samping itu, cara membaca ini tepat juga digunakan ketika: a) mencari nomor telepon, b) mencari kata pada kamus, c) mencari arti pada indeks

1. Membaca kecepatan tinggi (warp speed)

Adalah cara membaca suatu teks dengan kecepatan tinggi dengan disertai pemahaman yang tinggi pula.



Untuk mengukur kecepatan membaca, seorang pembaca harus mencocokkan tabel berikut ini.

Waktu


Kecepatan Membaca (Kata/Menit)

1 menit 00 detik

1 menit 10 detik

1 menit 20 detik

1 menit 30 detik

1 menit 40 detik

2 menit 00 detik

2 menit 10 detik

2 menit 20 detik

2 menit 30 detik

2 menit 40 detik

2 menit 50 detik

3 menit 00 detik

3 menit 10 detik

3 menit 20 detik

3 menit 30 detik

3 menit 40 detik

3 menit 50 detik

4 menit 00 detik


589

505

442

382

321

295

272

252

236

221

208

196

186

177

168

161

153

147



C. Menulis Karangan

1. Penentuan Tema Karangan

Tema atau topik memiliki makna yang relatif sama, tetapi jika dilihat dalam penggunaan sehari-hari dalam masyarakat akan tampak bahwa kata tema memilki cakupan makna yang lebih luas. Tema adalah pokok pembicaraan, atau jiwa dari karangan yang tersaji yang bermuara pada tema.

Cara mencari tema pada wawancara:

a. Tentukan kata dan kalimat kunci pada tiap kalimat.

b. Tentukan apa tujuan dari penulisan wacana tersebut.

c. Hubungan antara kalimat kunci yang satu dengan yang lainnya.

Judul karangan dapat diberikan sebelum karangan dibuat. Pada waktu karangan sedang dibuat atau setelah karangan dibuat.

Fungsi judul:

a. Nama sebuah karangan

b. Slogan promosi penarik minat baca

c. Bayangan tema karangan

d. Kata atau tema kreatif yang dapat menunjang nama pengarang

Sebagai nama karangan hendaknya judul dibuat sesingkat mungkin, semakin pendek sebuah judul maka akan semakin mudah orang untuk mengingatnya. Dalam karangan ilmiah, judul merupakan topik besar yang memberikan gambaran tema, sedangkan dalam karangan rekaan (sastra), judul hendaknya memiliki daya rangsang imajinasi yang mampu menimbulkan minat baca.

2. Bentuk Karangan

A. Narasi

Narasi adalah jenis karangan yang bertujuan untuk menceritakan suatu pokok persoalan.

Persoalan atau peristiwa dalam narasi:

1) Biasanya disampaikan secara kronologis atau mengandung plot atau rangkaian cerita.

2) Di dalamnya ada tokoh yang diceritakan, baik manusia maupun bukan manusia.

Narasi dibagi atas:

Narasi Sugesti/

Narasi runtun peristiwa


Narasi Ekspositoris/

Narasi runtun kejadian

1. Menyampaikan makna/ amanat secara tersirat

2. Menggugah imajinasi

3. Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna kalau perlu dapat diabaikan

4. Bahasanya cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi


1. Menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan

2. Memperluas pengetahuan/ wawasan

3. Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional

4. Bahasanya cenderung informatif, dan menitikberatkan penggunaan denotasi





B. Deskripsi atau lukisan

Deskripsi adalah karangan penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Ciri karangan deskripsi adalah:

1. Bersifat informatif

2. Pembaca diajak menikmati apa yang telah dinikmati (meniru kesan) penulis

3. Susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan utama, yang

penting pesan sampai kepada pembaca

4. Karangan deskripsi yang spasial ialah karangan deskripsi

yang menggambarkan tempat atau waktu

5. Karangan Deskripsi yang objektif menggambarkan sesuatu

dengan sebenarnya.

C. Eksposisi dan Paparan

Karangan ekposisi merupakan karangan yang secara keseluruhan merupakan paparan (uraian) mengenai suatu hal atau barang. Karangan ini juga bertujuan untuk menerangkan suatu pokok masalah/ pikiran yang dapat memperluas pengetahuan seorang atau pembaca. Dalam karangan eksposisi mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan data-data kesaksian, seperti gambar, grafik, statistik, dan sebagainya. Jika dalam deskripsi kesan subjektif pengarang tampak lebih menonjol maka eksposisi tidak.

D. Argumentasi

Karangan argumentasi merupakan salah satu jenis pengungkapan hortatoris, yakni bentuk retorika yang berusaha mempengaruhi dan meyakinkan orang lain agar mengakui kebenaran gagasan pembicara. Ada tiga hal yang perlu diungkapkan

1. Opini penulis/ pembaca mengenai suatu hal

Upaya pembuktian untuk memperkuat kebenaran opini yang telah diungkap

2. Penegasan bahwa opini yang diungkapkan di bagian awal

ialah benar dan tidak terbantah kebenarannya

Jadi, jenis karangan argumentasi ini berisi ide/ gagasan yang dilengkapi bukti-bukti kesaksian yang dijalin menurut proses penalaran yang kritis dan logis jika dalam eksposisi penutup karangan berupa kesimpulan.

E. Persuasi

Karangan yang disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat ringkas, menarik, dan mempengaruhi secara kuat kepada pembaca sehingga si pembaca terhanyut oleh siratan isinya.



B. Logika

Logika ialah pengetahuan tentang kaidah berpikir. Di dalam menarik suatu simpulan kita bisa menggunakan daya nalar kita secara logis dan sistematis.

Penalaran dapat dibedakan:

1. Penalaran induktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus menuju pernyataan umum.

2. Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah

fakta atau gejala khusus yang diamati lalu ditarik simpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati.

3. Analogi adalah proses penalaran yang berdasarkan pembagian dan

terhadap sejumlah gejala khusus yang memiliki kesamaan kemudian ditarik kesimpulan.

4. Sebab akibat adalah proses penalaran yang dimulai dengan

menggunkan fakta yang berupa sebab sampai pada simpulan yang merupakan akibat.

5. Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang bertolak dari

pernyataan yang bersifat umum menuju pada pernyataan atau kesimpulan khusus.



C. Penyusunan Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah miniatur bentuk karangan. Kerangka karangan dapat membantu penulis untuk mewujudkan gagasan dalam sekilas dapat diketahui kesatuan idenya sudah sistematik atau belum.

Karangan terdiri atas beberapa paragraf dan biasanya mempunyai pola dasar umum seperti:

1. Pargraf pembuka berisi pengantar gagasan utama karangan

2. Paragraf penghubung yang memuat inti karangan (gagasan utama)

3. Paragraf penutup berisi kesimpulan, karangan berbentuk argumentasi

Untuk memperoleh sesuatu susunan kerangka yang teratur biasanya dipergunakan cara atau tipe susunan, yakni:

1. Pola alamiah : urutan waktu (kronolgis), urutan ruang (spasial)

b. Pola logis : klimaks antiklimaks, kausal pemecahan masalah,

umum khusus, familiaritas, akseptabilitas.



D. Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan pengembangan:

1. klimaks-antiklimaks

2. sudut pandang

3. analogi

4. contoh

5. proses

6. sebab akibat

7. klasifikasi

8. umum khusus

9. definisi



E. Pikiran Utama dan Pikiran Penjelas

Paragraf ialah bagian suatu kerangka yang mengandung suatu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat utama juga dapat disebut kalimat topik, sementara kalimat penjelas dapat disebut sebagai kalimat pengembang. Kalimat utama merupakan ide pokok paragraf yang sifatnya abstrak atau umum, sedangkan kalimat pengembang merupakan perluasan ide pokok.

Berdasarkan metode pengembangan kalimat utama, paragraf dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Metode penjelasan proses adalah suatu paragraf yang berisikan urutan

tindakan perbuatan untuk menciptakan urutan kejadian atau peristiwa.

Penggunaan metode ini harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

a. Mengetahui rincian-rincian secara menyeluruh

b. Dapat membagi proses tersebut menjadi tahap-tahap kejadian, dipilah, dan diurutkan secara kronologis.

c. Memberi penjelasan pada setiap tahap secara detail sehingga pembaca dapat melihat proses tersebut secara jelas.

2. Metode penjelasan awal dan akhir adalah pengembangan paragraf,

pada awal dan akhir pada suatu wacana.



F. Menulis Kutipan, Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka

Kutipan adalah pengambilalihan suatu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri. Kutipan sering kita pakai dalam karya ilmiah. Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam kutipan adalah yang tidak/ belum menjadi pengetahuan umum. Hasil-hasil penelitian terbaru, pendapat-pendapat seseorang yang yang tidak, belum menjadi pendapat umum, data/ fakta yang belum diketahui umum bisa dipakai sebagai kutipan. Jadi, pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan. Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut. Cara penyebutan sumber kutipan ada dua, yaitu sistem catatan kaki dan sistem catatan langsung (catatan perut). Kita harus memilih salah satu dan harus konsisten.

1. Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis dengan aslinya, tidak boleh ada perubahan. Kalau ada hal yang dinilai salah/ meragukan, kita beri tanda (sic!), yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Demikian juga kalau kita melakukan penyesuaian ejaan, memberi huruf kapital, garis bawah, atau huruf miring kita perlu menjelaskan hal tersebut. Misalnya: [huruf miring dari pengutip], [ejaan disesuaikan dengan EYD], dan lain-lain. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah, lalu dibetulkan oleh pengutip, harus digunakan huruf [.....]. Kutipan langsung yang sebanyak-banyaknya berjumlah empat baris ditulis menyatu dengan teks yang kita buat.

Contoh:

a. Penyebutan sumber dengan catatan kaki



Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia. Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan. ” … pengetahuan yang disampaikan-Nya [sic !] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi. ”

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..uraian lebih lanjut………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

1) Haadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1985), Hal. 4.

Keterangan :

1. Jika dalam mengutip ada bagian kalimat yang dihilangkan, bagian itu diganti

dengan tanda titik tiga (…)

2. Isi catatan kaki di atas adalah: nama pengarang, judul buku, kota tempat terbit,

nama penerbit, tahun terbit, halaman yang dikutip.

3. Judul buku ditulis dengan garis bawah atau huruf miring.



b. Penyebutan sumber dengan catatan langsung (catatan perut)

Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia. Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan. ”… pengetahuan yang disampaikan-Nya [sic!] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi. ” [Nawawi, 1985: 4]………………………….

………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. uraian lebih lanjut…………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………



Catatan:

Keterangan tentang (Nawawi, 1984:4) pada kutipan di atas terdapat pada halaman biografi atau daftar pustaka. Contohnya sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………data buku…………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………..

Nawawi, Haadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

……………………………………data buku………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………………………………………..





Jika teks yang dikutip langsung lebih dari empat baris, tata caranya sebagai berikut:

(1) Tidak disatukan dengan teks, tetapi dipisah dengan jarak 2,5

spasi.

(2) Ditulis dengan spasi rapat (satu spasi).

(3) Ditulis menjorok kekanan 5 karakter, dan alinea baru berarti

menjorok ke kanan 10 karakter.

(4) Boleh diapit tanda kutip boleh juga tidak.

(5) Pada akhir kutipan diberi nomor penunjuk (untuk diberi

penjelasan pada catatan kaki, atau diberi catatan langsung/

catatan perut)

Contoh :



Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia. Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan. ”… pengetahuan yang disampaikan-Nya [sic!] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi. ”

……………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………uraian lebih lanjut……………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………….

3) Haadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta, Gadjahmada University Press.1985). hal 5.



Penyebutan sumber di atas dapat juga dengan sistem catatan langsung (catatan perut) seperti telah dicontohkan di muka.



2. Kutipan Tidak Langsung (kutipan isi)

Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit. Penyebutan sumber dapat dibuat dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem catatan langsung (catatan perut) seperti telah dicontohkan. Daftar buku: daftar judul buku beserta nama pengarang. Nama penerbit, kota dan tahun penerbitannya. Daftar buku ditulis sesuai dengan urutan abjad, dan biasanya diiletakkan pada halaman terakhir buku.



G. Alinea

1. Syarat Pembentukan Alinea yang Baik

a. Prinsip kesatuan (unity): maksudnya setiap paragraf sebaiknya mengandung satu gagasan pokok.

b. Prinsip kepaduan (koherensi): setiap paragraf haruslah merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara padu, tidak berdiri sendiri atau lepas dengan yang lainnya.

c. Kelengkapan: dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik . Dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

1. Macam Alinea

a. Berdasarkan Tujuannya

(1) Alinea pembuka: alinea pembuka biasanya memiliki sifat ringkas, menarik, dan bertugas untuk menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

(2) Alinea penghubung: alinea penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, alinea ini lebih panjang dari alinea pembuka.

(3) Alinea penutup: biasanya berisi kesimpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.

b. Berdasarkan Letak Kalimat Utama

(1) Alinea Deduktif

· Letak kalimat utama di awal paragraf.

· Dimulai dengan pernyataan umum disusun dengan uraian

atau penjelasan khusus.

(2) Alinea induktif

· Letak kalimat utama di akhir paragraf.

· Diawali dengan uraian/ penjelasan yang bersifat khusus dan di akhiri dengan pernyataan umum.

(3) Alinea campuran

· Letak kalimat utama di awal dan di akhir paragraf.

· Kalimat utama yang terletak di akhir bersifat penegasan kembali, dengan kalimat susunan yang agak berbeda.

c. Berdasarkan isi, antara lain:

(1) Alinea deskripsi: kalimat utama tidak tercantum secara nyata; tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf; biasa dipakai untuk melakukan suatu hal, keadaan, situasi, dalam cerita.

(2) Alinea proses: tidak terdapat kalimat utama; pikiran utama tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas; memaparkan urutan suatru kejadian/ proses, meliputi : waktu, ruang, klimaks, dan antiklimaks.

Alinea efektif : alinea yang memenuhi ciri alineia yang baik, yaitu; alinea terdiri dari beberapa kalimat; terdiri atas satu pikiran utama dan lebih dari satu pukiran penjelas; tidak boleh ada kalimat sumbang; ada koherensi antar kalimat;



H. Laporan

Laporan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau berita, tetapi secara khusus laporan dapat diartikan sebagai dokumen yang menyampaikan suatu informasi mengenai suatu masalah yang telah atau sedang diselidiki.

Jenis-jenis laporan dapat dibagi atas:

1. Laporan pengamatan

Di mana penyusun laporan ini berdasarkan tujuan sesuatu secara kuat.

2. Laporan penelitian

Laporan ini biasanya sudah baku, ini dapat dilihat dari susunan format:

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

2. Rumusan masalah

3. Tujuan penelitian

4. Hipotesis

B. Tinjauan kepustakaan

1. Penemuan yang terdahulu

2. Teori yang mendasari

C. Metode

D. Hasil penelitian

1. Paparan hasil

2. Analisis hasil

3. Diskusi hasil

E. Penutup

1. Simpulan

2. Saran

1. Laporan Pengalaman

Laporan ini disusun apabila kita mempunyai pengalaman menarik, baik itu sewaktu berlibur, atau pengalaman lainnya dengan menguraikan uraian singkat perjalanan, dan memaparkan hal yang manis dan pahit selama di dalam perjalanan. Terakhir berupa saran bila ada.

1. Laporan Hasil Diskusi/ Rapat

Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan rapat yang dilakukan. Biasanya ini ditulis oleh seorang notulen yang dijabati oleh sekretaris. Laporan ini ditulis berdasarkan garis besarnya saja, dan memperhatikan beberapa hal:

a. Pembukaan oleh pemimpin diskusi

b. Penguraian makalah oleh pembicara

c. Proses tanggapan dari para peserta

d. Menyimpulkan hasil tim diskusi

e. Menyampaikan hasil diskusi



I. Poster, Surat Perjanjian, Angket

1. Poster

Adalah suatu alat promosi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat promosi

a. Gambar harus sesuai dengan ide yang disampaikan

b. Gambar harus dapat menjelaskan ide

c. Gambar (warna) dapat mencolok sehingga dapat mengundang perhatian.

Poster dibagi menjadi beberapa macam

a. Poster hiburan

b. Poster niaga

c. Poster pendidikan atau penerangan

d. Poster kegiatan

1. Surat Perjanjian

Surat perjanjian yaitu surat yang berisi kesepakatan antarpihak mengenai suatu urusan bersama. Surat perjanjian pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu:

a. Surat perjanjian autentik (disahkan pejabat pemerintah dan mempunyai kekuatan hukum)

b. Surat perjanjian tidak autentik (tidak disahkan pejabat pemerintah dan tidak memiliki kekuatan hukum)

1. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu beserta ruang tempat jawabannya. Angket juga dipakai untuk menyaring data.



J. Diskusi

Diskusi adalah bentuk komunikasi lisan dengan cara bertukar pikiran untuk mencapai kesepakatan.

1. Peserta Diskusi
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam diskusi:

a. Moderator

b. Peserta

c. Peninjau

d. Pengunjung

1. Syarat-syarat moderator yang baik:

a. Tahu aturan main diskusi.

b. Sabar, rendah hati, dan menguasai pendapat setiap pembicara.

c. jujur, ramah, adil/ tidak berat sebelah.

1. Syarat-syarat peserta diskusi yang baik ;

a. Mematuhi aturan main diskusi

b. mematuhi/ menguasai pokok/ materi diskusi.

c. Aktif menyumbangkan buah pikiran

d. Menghargai pendapat orang lain

e. Menghindari sifat emosional

f. Berbicara dengan sopan, jelas, sederhana, tidak berbelit-belit.

g. Berpendapat dan berbicara dengan terbuka.

1. Macam-macam diskusi

a. Seminar adalah pertemuan para pakar (sarjana, ahli) yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu masalah.

b. Simposium/ sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.

c. Lokakarya/ sanggar kerja adalah pertemuan yang membahas suatu karya.

d. Konggres/ Muktamar adalah (rangkaian) pertemuan para wali organisasi (sosial, politik, profesi) untuk mendiskusikan dan membahas mengenai suatu masalah yang dihadapai bersama.

e. Santiaji adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan (petunjuk, penjelasan) singkat menjelang pelaksanaan kegiatan.

f. Konferensi adalah pertemuan untuk berdiskusi atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.

g. Diskusi Panel adalah diskusi yang dilangsungkan oleh peneliti dan disaksikan atau dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.

h. Diskusi kelompok adalah penyelesaian masalah dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil.

Diskusi Panel adalah diskusi yang dilakukan sekelompok orang (panelis). Mereka membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum dihadapan khalayak, pendengar (siaran radio), atau penonton (siaran Televisi). Peserta yang menghadiri diskusi panel diberi kesempatan untuk bertanya. Personel diskusi panel terdiri atas beberapa orang panelis, seorang ketua atau moderator, seorang sekretaris atau notulis, beberapa orang peserta dan para pendengar.

Langkah-langkah pelaksanaan diskusi sebagai berikut:

1. Tentukan dahulu masalah yang akan didiskusikan

2. Pilihlah beberapa orang siswa untuk menempati posisi sebagai ketua diskusi, notulis, dan peserta diskusi

3. Pilihlah salah seorang siswa dikelas anda untuk bertindak sebagai panelis. Jumlah panelis sesuai dengan jumlah masalah yang dibahas.

4. Buatlah kesepakatan untuk menentukan lama waktu yang digunakan para panelis untuk membahas materi dan berdiskusi dengan peserta.

5. Laksanakan diskusi dengan utusan yang ditetapkan.

1. Ajukan pertanyaan melalui moderator dengan menyebut nama panelis yang dituju.



K. Pidato

Pidato merupakan salah satu proses komunikasi antara si pembaca dengan si pendengar .

Dalam proses pidato sering diperlukan enam unsur, yaitu:

1. Ide pidato

Berisi isi pokok pikiran yang akan disampaikan kepada pendengar (hadirin).

2. Tema pidato

Pokok persoalan atau buah pikiran yang akan diuraikan dalam pidato.

3. Materi pidato

Ini dapat bersumber dari:

a. Lembaga-lembaga pemerintah

b. Aparat-aparat pemerintah

c. Ketua organisasi


d. Badan-badan swasta

e. Media masa



4. Subjek pidato

Subjek pidato adalah orang yang membicarakan (komunikator) di depan sejumlah orang (massa).

Subjek pidato dapat diartikan:

a. Si pembicara

b. Juru propaganda

c. Juru penerangan


d. Juru Khotbah

e. Juru kampanye

f. Penceramah

5. Obyek Pidato

Obyek pidato adalah para pendengar (komunikasi).

6. Efek pidato

Pidato dianggap berhasil jika mempunyai efek atau pengaruh dan tergugah pendengarnya.

A. Jenis Pidato

1. Pidato Propaganda

Pidato propaganda adalah pidato menyiarkan, menguasai supaya diakui oleh umum.

2. Pidato Agitasi

Pidato agitasi adalah pidato yang bersifat menggoncangkan dan menimbulkan pergerakan.

3. Pidato Penerangan

Pidato ini lebih banyak menggunaklan otak dibanding menggunakan perasaan yang menerangkan suatu masalah atau keadaan.

4. Pidato Kampanye

Dilakukan oleh kekuatan sosial politik di dalam menyampaikan program-programnya di depan massa yang cukup besar.

5. Pidato Khotbah

Dilakukan oleh alim ulama

6. Pidato Ilmiah

Disampaikan pada acara khusus dan mendalam oleh seorang ahli sesuai dengan keahliannya.

B. Sistematika Pidato

1. Salam pembuka - Pembukaan

2. Pendahuluan

3. Materi atau isi pidato - Isi

4. Kesimpulan

5. Himbauan - Penutup

6. Penutup

C. Faktor Penunjang

1.
1. Faktor moral : Jangan sampai pendengar mempunyai kesan bicara cukup mantap tetapi berbeda dengan yang diucapkan .

2. Pidato Fisik: Kelihatan gagah, gerakan jangan berlebihan.

D. Metode Berpidato

1. Impromtu/sertamerta) : pembicara menggunbakan spontanitas. Ini biasanya disajikan apabila sifatnya mendadak.

2. Mengingat atau menghafal : Metode ini mempunyai beberapa kelemahan. Ini

terjadi apabila terlupa gagasan tidak tersampaikan. Terkait terhadap teks sehingga kita mengabaikan pendengar.

3. Naskah : metode ini disampaikan pada acara resmi misalnya pada acara

televisi atau radio.

4. Metode konsep/ ekstemporan : metode dimana pembicara menyusun garis besar yang akan disampaikan.

1. Pembacaan Pidato

Untuk membacakan pidato dengan baik, harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini.

a. formalitas acara

b. isi pidato yang sesuai dengan acara

c. pemahaman isi pidato secara utuh

d. sistematika penyampaian isi pidato

e. pemilihan bentuk dan gaya penyampaian pidato

f. tempat acara: indoor atau outdoor

g. memperhatikan klasifikasi audien

h. kualitas komunikasi,

i. totalitas performansi

j. kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo)

k. kesesuaian gerak

l. pemilihan kostum yang sesuai

No comments: