Wednesday 26 November 2008

Shafwan Hadi Umry : Pencetus Program Pentas Siswa

Oleh : Ardani

Berangkat dari minatnya pada sastra Indonesia saat menjadi siswa SMA di Lubuk Pakam lelaki ini melanjutkan pendidikanya ke IKIP Negeri Medan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia (FBS). Selesai jadi sarjana bekerja sebagai guru dan akhirnya dia menjabat Kepala Balai Bahasa Medan tahun 2001-2006.
Jabatan itu diberikan kepada Shafwan Hadi Umry karena selain akademis juga dia praktisi di bidang itu. Ditunjuk atau dipromosikan oleh Kepala Pusat Bahasa di Jakarta, Gogi Sujono untuk menjabat Kepala Balai Bahasa Medan menggantikan Prof Dr Teguh Amin Ridwan.
Dia ditugaskan untuk membenahi Balai Bahasa Medan karena diangap mampu mengembangkannya. Setelah menjabat dia pun membenahi balai bahasa itu. “Jabatan itu diberikan karena saya berhasil melaksanakan program rutin Pentas Siswa atas prakarsa saya di sekolah-sekolah yang ada di Sumatera Utara saat saya menjabat Kabid Kesenian di Kanwil Dekdikbud Sumut,” kata Shafwan Hadi Umry terkenang.
Saat Kanwil Dekdikbud Sumut di reorganisasi dia dipindahkan tugas sebagaiPelaksana Tugas Kepala Taman Budaya Sumatera Utara selama empat bulan.
Setelah tidak menjabat Kepala Balai Bahasa Medan dia kembali sebagai dosen diperbantukan (DPK) di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA) Swadaya, dan dosen di Fakkultas Sastra USU untuk mata ajar Bahasa Indonesia, dan di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangnan (STKIP) untuk mata ajar media massa dan masyarakat.
Dia ditemui di Fakultas Sastra USU usai mengajar dan kini di kampus itu dia juga mahasiswa program pasca sarjana untuk program studi Kosentrasi Wacana Kesusastraan (KWK). “Saya memang berminat besar sekali pada sastra dan bahasa Indonesia, jadinya baru sekarang bisa mengambil program magister. Soalnya bidang studi itu baru dibuka tahun ini. Saya tak mau magister yang lain akan tidak sejalan dengan sarjana saya,” katanya.
Baginya, seorang sastrawan tidak cukup menghasilkan karya sastra saja tetapi perlu juga diimbangi pengetahuan teoritis. Teori-teori sastra saya peroleh di universitas. “Guru formal saya peroleh dari dosen di IKIP Negeri Medan. Sedangkan guru non formal saya banyak di antaranya BY Tan dan Sabaruddin Ahmad yang ahli Bahasa Indonesia itu,” kata pria yang dilahirkan di Bedagai , 27 Januari 1961.
Suami dari Zulhaida yang disuntingnya pada 1981 saat dia berstatus Pak Umar Bakrie megajar di SMP Tebing Tingi Deli. Di sela kesibukannya mengajar dia aktif menulis puisi, cerpen, esai sastra di koran Wasada, Analisa , Mimbar Umum, Harian Angkatan Bersenjata dan lainnya, Di harian Angkatan Bersenjata mengisi tetap untuk rubrik Titian yang diasuh Gunawan Tampubolon.
Dari kegiatan menulis itu beberapa puisinya telah dibukukan dalam kumpulan puisi Tiga Muka yang terdiri dari penyair Shafwan Hadi Umry, Damiri Mahmud, dan Jamak Samil, antologi Titian Laut kumpulan puisi penyair Indonesia-Malasyia, antologi Puisi Nusantara dengan editing Lazuardi Anwar, kumpulan puisi Muara program Dialog Utara, Sumatera Utara dengan Wilayah Utara Malasyia.
Buku lainnya berupa kumpulan cerpen berisikan 25 cerpen Sumatera Utara dengan editor Johan A Nasution, Damiri Mahmud dan Zakaria M Pase, buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA diterbitkan Yudistira Jakarta tahun 1991, dan kumpulan esai dengan judul Apresiasi Sastra diterbitkan Peneribit Wina Jakarta 1995.
Shafwan menilai, saat ini dan seterusnya agar globalisasi menjadi baik harus ada program mempertahankan budaya. Pentas siswa dulunya dan sekarang masih dipakai di Sumut atas usulan saya sebagai Wiyata Mandala memperkenalkan budaya lokal kepada siswa SMA. Sebelum siswa mengenal budaya nasional dia harus kenal budaya lokalnya dan seterusnya kenal budaya nasional dan budaya global. Dengan demikian siswa paham budaya global dan lokal. Dalam budaya kita harus fundamentalis.
Dia aktif di organiasi kesenian dan budaya, di ataranya Wakil Ketua Cabang Sumatera Utara Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI), Ketua Dewan Kesenian Sumatera Utara (DKSU) sampai sekarang ini.
Pertemuan /seminar yang pernah diikutinya di dalam negeri ketua tim membawa lakon pentas Tunggul Panaluan pada Festifal Teater di Bandung, Jawa Barat. Sedangkan pertemuan/seminar di luar negeri sebagai Ketua Tim Rombongan Tari Batak Ke Jepang tahun 1995, Instruktur Bahasa Indonesia tingkat nasional di Sidney Australia utusan dari Sumut, pemakalah Dunia Pendidikan di Indonesia yang berlangsung di gedung Dewan Bahasa dan Pustaka di Malasyia tahun 2002. Pembicara pada seminar Dunia Melayu dalam Konteks Generasi Muda di Bangkok.
Agar dia tetap bisa terus mengajar dia telah mempersiapkan magisternya, namun soal pendidikan dia kalah dengan anaknya yang perempuan Dra Weni Hawayuni MEc yang saat ini sedang menyelesaikan kandidat Doktor di Universitas Islam Antar Bangsa , Kuala Lumpur, Malasyia. Kini Syafwan tinggal bersama istri dan anaknya Miftahul Ikhsan di Jalan Mandala By Pass Gang Selam Lima 41 Medan.




Medan, 9 September 2008

No comments: