Wednesday, 2 July 2008

LAWAN CATUR : SEBUAH TEKA TEKI KEHIDUPAN

LAWAN CATUR : SEBUAH TEKA TEKI KEHIDUPAN

Memainkan catur, adalah memainkan hidup dan mati. Jika sang raja mati, maka semua aparatur di bawahnya juga akan mati. Tidak hanya prajurit kelas teri, pejabat kelas mentri pun akan ikut mati.
Permainan catur merupakan permainan penuh misteri. Kita sulit menafsirkan kebera daan hidup dan mati. Terkadang kita memainkan tokoh orang lain dalam diri kita, terkadang pula kita selalu berharap orang lain itu adalah kita. Penuh teka teki.
Teka teki itu telah dihadirkan Teater LKK Unimed di Taman Budaya Sumatera Utara, pada Senin, 30 Juni 2008, pukul 20.00 WIB. Naskah yang berjudul Lawan Catur karya Kenneth Arthur, terjemahan WS. Rendra.

Memaknai Tujuan Hidup
Pertunjukan Lawan Catur dihadirkan dengan suasana panggung yang cukup lengang, penuh rahasia. Di atasnya terlihat dua orang lelaki sedang terduduk pada kursi yang di tengahnya ada papan catur, sedang bermain catur. Di sinilah dialog demi dialog hadir dan mengalir.
…Aku tidak pernah bosan main catur. Dengar, Antonio. Apabila aku bosan main catur, itu artinya aku bosan hidup. Permainan catur adalah tantangan bagi ketajaman otak dan kekuatan sikap jiwa manusia : sebagaimana taktik cinta, taktik perang, politik dan lain sebagainya. Apabila permainan caturku buruk aku akan berhenti jadi Menteri Urusan Kepolisian. Kita orang pemerintah tidak hanya meletakkan nyawa dalam kekuatan tangan kita, namun juga harus mengasah kepala untuk menjalankan tugas seefektif mungkin. Kita harus tetap menjaga agar sempurna, persis geraknya, licin jalannya. Ya…ya…begitu lah caranya kita mengabdi pada pekerjaan kita. Apabila mesin-mesin dalam kepala kita mogok atau macet, kita tak pula lagi berarti apa-apa.
Samuel Glaspel (Ahmad Badren) berdialog dan bermain cukup brilyan memainkan perannya. Ibarat kapten di tim sepakbola ia selalu menggiring penonton kepada setiap teka-teki hidup yang mengalir di atas pentas. Musik yang mengantar permainan cukup membantu penonton sebagai penikmat pertunjukan focus mengikuti adegan demi adegan di atas pentas.
Adegan yang sebenarnya minimalis gerak (pada awalnya) itu, dibawakan dengan penuh daya pikat. Bukankah hidup terasa akan sangat lamban jika kita tidak menghadir kannya dengan penuh energi? Sekecil apapun ruang gerak, sesedikit bagaimanapun titik gerak kitalah yang mampu menghadirkannya dengan segala kemampuan kita. Intinya bagaimana kita mampu meyakinkan orang lain dengan peran yang kita mainkan.
Untuk meyakinkan orang lain kita perlu lawan main yang sepadan agar adegan yang hadirkan tidak berat sebelah. Antonio (Deni Dahriansyah Lubis) mampu menjadi lawan main Samuel yang sepadan. Dia, Antonio, mampu membawa perannya sebagai bawahan, ajudan Polisi. Prinsip bahwa atasan tidak pernah salah, berhasil diperkuatnya. Bawahan sebagai orang yang selalu di pihak yang kalah dan salah berhasil dihadirkannya.
Kita jadi teringat bagaimana penjual obat yang menjajakan dagangannya. Selalu saja dihadirkan pemeran pembantu dalam aksi-aksi mereka. Hal ini dilakukan untuk meya kini pembeli bahwa obat yang mereka jual benar-benar manjur. Pasien yang datang tiba-tiba seketika itu juga sembuh.
Adegan berikutnya biasa nya dipergunakan untuk pemanis. Kita lihat saja dalam permainan gulat bebas ala Amerika, smackdown, di sela-sela permainan selalu dihadirkan sosok perempuan cantik untuk menambah daya tarik. Dan tentunya hidup juga begitu ada yang menjadi sosok antagonis atau protagonist, selebihnya bias kita ciptakan sendiri.
Begitulah, setelah dialog-demi dialog hadir dari Samuel dan Antonio, yang sebenar nya cukup sarat pesan, bagaimana kita menyikapi hidup secara cerdas. Selanjutnya Verka (Siti Fatimah) hadir untuk memberitahukan kedatangan Oscar Jacob (Muhammad Ardi an), sang pemberontak.
…orang yang bernama Oscar Jacob itu masuk komplotan anti pemerintah, dan dia mendapat tugas dari pimpinannya untuk membunuh yang mulia. Dua orang bawahannya telah kami tangkap dua minggu yang lalu, dan yang tak mesti diragukan lagi adalah mengenai orang yang bernama Oscar Jakob itu. Laporan mengenai sejarah hidupnya, sejak dia lahir sampai sekarang telah kami serahkan kepada yang mulia. Tentu yang mulia telah memahaminya.
Dari dialog Antonio ini membawa penonton memasuki wilayah teka-teki itu. Tentu yang mulia telah memahaminya. Ada apa? Apa ada? Rasa curiga mulai hadir dan menga lir. Dengan kedatangan Oscar, misteri mulai terkuak. Penonton dipaksa untuk tetap me ngembangkan telinga dan melebarkan mata. Pada akhirnya inti cerita sudah bisa kita tebak, siapa yang kuat membawakan peranannya, maka dialah yang muncul sebagai pe-menang. Dan di sini Samuel (yang dulunya bernama Oscar Jacob, anak petani miskin, sahabat semasa kecil Samuel), berhasil mengalahkan (membunuh dengan racun) Oscar (yang dulunya bernama Samuel Glaspel, anak juragan kaya yang ditukarkan ibunya dengan mengubah namanya menjadi Oscar-menurut versi Samuel sendiri).

Hidup Harus Terus Diperjuangkan
Secara keseluruhan pertunjukkan Lawan Catur karya Kenneth Arthur, terjemahan WS Rendra, yang diaminkan oleh Teater LKK Unimed mudah dipahami. Masriawan Herlambang sebagai sutradara mampu mengarahkan pemainnya dengan apik. Konsep kesederhanaan nyata jelas terpampang. Musik pengiring yang hadir tidak menggebu-gebu. Mengantar penonton secara serius. Lampu yang hadir tanpa embel-embel cahaya yang berwarna, rata. Atau artistik dan set panggung yang dominan hitam putih.
Semua sudut tergarap dengan baik. Improvisasi dan bisinis yang menawan. Pesan-pesan sarat makna. Kelebihan-kelebihan itu mampu menutupi beberapa kelemahan sepanjang permainan. Seperti lampu bagian luar yang hidup sedikit kasar. Sedangkan di atas panggung ada bagian-bagian tertentu yang terasa temaram. Begitu juga musik yang diprogram dari computer, sedikit membuyarkan konsentrasi. Pun sound system yang sedikit konslet.
Set panggung yang sangat sederhana mampu diberdayakan semaksimal mungkin oleh pemain. Kekuatan bermain Samuel mampu menutupi kelemahan pemain yang terasa masih grogi di beberapa adegan. Atau dialog yang sedikit terputus-putus, diimprovisasi oleh Samuel dengan baik. Pun begitu vocal para pemain terdengar sesekali timbul teng gelam pada beberapa adegan.
Langkah, rezeki, pertemuan, dan maut sejatinya memang sebuah perjalanan yang mesti kita lewati. Lahir dan mati kerap kita jumpai. Bagaimanapun kematian adalah pemberhentian pada satu stasiun untuk menuju stasiun berikutnya. Lantas bagaimana dengan yang hidup? Hidup tentu harus dilanjutkan. Bukan begitu? Demikianlah, Lawan Catur yang digawangi Ahmad Haikal sebagai peñata musik, Pusriza piñata lampu, diban tu kru yang lain, seperti: Apriani Kartini (Produser), Heri Sukamto (Pim. Panggung), Maimun Hasibuan (Tiket), Gustriyani Harahap (Make Up), Febri Masnaria (Kostum), Safinatul Hasanah Harahap (Pembantu Umum), Ardhi Saputra, Arif Solihin Martua, dll.

Medan, akhir Juni 2008
Penulis adalah pengamat seni pertunjukkan. Sutradara Teater Generasi


M. Raudah Jambak, lahir di Medan-5 Januari 1972. Beberapa kegiatan yang pernah di kuti PEKSIMINAS III di TIM Jakarta (1995), work shop cerpen MASTERA, di Bogor (2003), Festival Teater Alternatif GKJ Awards, di Jakarta (2003) dan workshop teater alternatif, di TIM Jakarta (2003), Pameran dan Pergelaran Seni Se-Sumatera, di Taman Budaya Banda Aceh-Monolog (2004). Menyutradarai monolog "Indonesia Undercover" dalam seleksi Monolog 2005, di Taman Budaya Sumatera dalam rangka monolog nasional di Graha Bakti, Taman Ismail Marzuki. Karyanya selain di Medan juga pernah dimuat di Surat Kabar RAKYAT MERDE KA Jakarta dan Majalah SIASAH Malaysia,Majalah Horison Jakarta,Majalah Gong Jogja, BEN Jogja, Radio Nederland, Cyber sastra, Pontianak Post, Suara Karya Jakarta, Komunitas Sekolah Sumatera, RRI I Nusantara Medan, RRI Pro 2 FM, Bianglala dan surat kabar di Medan. Sering menjuarai lomba baca/cipta puisi, cerpen, dongeng, proklamasi dan juga Teater di Medan. Sering menjadi juri, instruktur, dan pembicara dalam seminar sastra dan bahasa. Selain itu beberapa buku yang memuat karyanya jugasudahterbit,misalanya:MUARATIGA (antologi cerpen-puisi/Indonesia-Malaysia), 50 Botol Infus (Teater LKK IKIP Medan), KECAMUK (antologi pusi bersama SyahrilOK), TENGOK (antologi puisipenyair Medan), SERATUS UNTAI BIJI TASBIH (antologi puisi bersama A.Parmonangan), OMONG-OMONG SASTRA 25 TAHUN (antologi esay), MEDITASI (antologi puisi tunggal), AMUK GELOMBANG (sejumlah puisi elegi penyair Sumatera Utara, Ragam Sunyi Tsunami (kumpulan puisi, Balai bahasa Sumut)dan Perempuan berhati gerimis .Tembang Bukit Kapur (Penerbit Escava, Jakarta, 2007), Kumpulan cerpen Ranesi (Grasindo, 2007) Medan Sastra (DKSU, 2007), Jelajah (2003), Jogja 5,9 RC (antologi Puisi Jogja, 2006), Medan Puisi (2006), 25 cerpen terbaik guru (2007-Perpustakaan Nasional-Jakarta), 6 Penyair Urban (antologi Puisi, Komunitas Hp-2008) Sekarang aktif di Sanggar GENERASI Medan. Saat ini bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, Yayasan Panca Budi, Budi Utomo dan UNIMED, Anggota HISKI Sumut (2005-2008). Kepala Biro Sastra Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN)Wil.Sumut, Direktur Komunitas HP Medan, Pengurus Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI Wil. Sumut).dll. Alamat surat menyurat: Taman Budaya Sumatera Utara, Jl.Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan. HP. 085830805157. rek; Mandiri cabang mdn balaikota,106-00-04699933-3
Alamat e-mail: mraudahjambak@yahoo.com. mraudahjambak@plasa.com.
Alamat blog: mraudahjambak.blogspot.com.komunitashomepoetry.blogspot.com.

No comments: