TOKOH 1
Hendri Perangin-angin : Musik Tradisi Jalan Hidupnya
Oleh : Ardani
Pengorbanannya memilih dan menekuni musik tradisional tidak sia-sia, sebab kini dia bisa memetik buah dari hasil yang ditanamnya puluhan tahun silam. Begitulah Hendri Perangin-angin telah memetik hasil dari ketekunannya bermusik tradisioal yang telah mengantarkannya keliling keberbagai belahan negara di antaranya China, Darwin (Australia) dan lainnya.
Kesenian memang mulai diminati Hendri sejak kanak-kanak, namun jenis kesenian yang digelutinya tari. Dia menari tari etnis Karo. Dengan menari dia sangat menikmati gerak dan suara musik yang mengiring tari itu.
“Tamat SMP aku pilih Sekolah Menengah Musik di Jl Sutomo Medan dengan pilihan musik clarinet,” kata Hendri Perangin-angin.
Menyelesaikan Sekolah Musik setingkat SMU pada 1989, satu tahun kemudin dia lulus jadi PNS dan ditempatkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). Di tempat kerjanya inilah kemahirannya bermusik semakin terasah khususnya musik etnis. Di TBSU ada delapan etnis Sumut yang harus dilestarikan dan dikembangkan. “Aku pun tambah mengenal warna dan aransemen musik tradisional di tempat ini. Selain itu kutambah pengetahuan musik tradisionalku dari berkunjung kedaerah-daerah” kata ayah dari tiga anak ini masing-masing Gilbert Ionifius Perangin-angin, Dominique dan Wilma Ayu Dina.
Selama 18 tahun bekerja di TBSU, membwa dirinya ke musik kotemporer, dari pengalamannya bermusik itu didirikannya Sumatran Incedental Musik yang semula beranggotakan dua orang, Hendri Perangin –angin sebagai pimpinan dan Winarto Kartupat.” Sekarang telah berkembang menjadi 10 orang ,” ungkap nya yang kini sedang melanjutkan studinya di Universitas Nommensen dengan jurusn musik Cello (gitar besar).
Sumatra Incendental Musik, memainkan musik komtemporer dan kelompok musik ini diminati masyarakat untuk mendengarkan alunan musiknya. Incedental telah berulagkali diundang dan tampil dalam sesi hiburan pada berbagai acara di antaranya , louncing Kartu Kredit HSBC, Louncing Rokok Sampurna, Malboro, Telkomsel, dan Toyota Sumatra.
“Inikan artinya musik kami digemari, kalau tidak tentu saja perusahan lain tak mengundang kami,” ungkap Hendri Perangin-angin. Tidak hanya diundang pada peluncuran produk, Incendental Music jug telah melempar ke pasar CD Incedental One yang berisikan lagu pavorit pada side A Zapin Kasih Budi dan Side B Zum Kizum.
Hendri yakin musik tradisional itu sangat kaya warna, dan dengan kemasan yang kami buat melalui group Incedental Music ternyata musik kami ini diminati oleh kalangan terpelajar dan kalangan menengah atas. “Saya yakin musik tradisional sampai kapanpun akan tetap menarik karena dia berbeda dengan musik umumnya,” kata suami dari Margaretha Silviana Lauh.
Sebagai pegawai yang bertugas fungsional untuk bidang musik tradisional di UPT TBSU membuat dia sering berangkat ke daerah-daerah yang ada di Indonesia di antaranya ke Bengkulu pada acara Pekan dan Pergelaran Seni Sesumatra (PPSS), ke Padang, Lampung , Pekan Baru, Bali , Jakarta, Bandung pada acara yang sama dan berkunjung ke daerah lainnya. “Tiap kunjungan itu kehadiran saya untuk pementasan musik,” katanya.
Dalam kunjungan dan pementasan yang paling berkesan baginya pada Jakarta Perkusi pada tahun 1999, dia memainkan musik kontemporer di acara itu. Dari sanalah semula ide mendirikan group Incendental Music.
Musik telah menjadi nafasnya, di tengah kesibukannya dia sempatkan juga menjadi dosen luar biasa dibeberapa universitas. Dia dosen luar biasa di Unimed untuk mata kuliah keyboard dasar pada Fakultas Bahasa dan Seni, selain itu dosen luar biasa di Fakultas Seni Nommensen untuk mata kuliah cello (gitar).
Yang unik selain dosen luar biasa di Nommensen dia juga mahasiswa di situ, begitulah dia merasa masih perlu menimba ilmu musik di universitas. Selain dosen juga mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 11 (dulu Sekolah Menengah Musik) dengan mata ajar Gitar Klasik.”Terlama saya mengajar di SMM ini,” jelasnya bangga.
Ayah dari tiga anak yang kini menetap di Taman Hako Jl Bunga No 36 Medan, pada waktu luangnya senang membawa aNaknya ke kantor sangat menikmati musik. Tampil seperti kebanyakan seniman bersahaja dengan rambut gondrong punya cita-cita besar untuk mengembangkan musik tradisional menjadi musik kaya warna dengan olahan modern.
Pria yang lahir dari pasangan Rajin Perangin-angin dan Torang Ad Boru Karo mengungkapkan, dengan musik telah mengantarkannya ke penjuru dunia di antaranya , ke Jepang pada acara Jepang Ford Cultural International tahun 1994, Belanda, Jerman, China, Swiss, Melbourne.
Selain itu juga, musiknya sebagai musik pengiring pada pemenetasan drama yang digelar pada Festival Teater Malasyia 2003 di Audotorium Muzium Negara Kualalumpur tahun 2003 dengan naskah Terali, Pesta Seni Aseanika di Pulau Pinang Malasyia 2001, Manisfestasi Muzik Tradisional Malasyia di Kuantan Pahang Malasyia 2002.
Pada Maret lalu tahun ini dia ikut mengisi acara Lintas Budaya di Kabupaten Langkat pada 18 Maret 2008, dan mentas di TBSU untuk acara sosialisasi Pilgubsu 2008.
“Saya ingin mengangkat musik tradisi sejajar dengan musik pop, bahkan obsesi saya ingin mendirikan sekolah musik tradisi,” ungkap Hendri yang dilahirkan 25 Mei 1969 di Rambu Tambo.
Medan, 15 April 2008
Ardani
______
Penulis
TOKOH 2
M Suwarsono : Lelaki Yang Berkarier di Tari
Oleh : Ardani
Apa yang salah bagi penari lelaki? Yaitu gerakannya seharusnya tetap kaku dan energik, tidak lembut dan gemulai seperti penari wanita. Begitulah seharusnya penari lelaki tetap dalam tarian untuk laki-laki.
Hal inilah yang dipahami seniman tari M Suwarsono , pria kelahiran Yogyakarta 1965, yang kini tinggal di Medan bersama istri dan kedua anaknya. Selama menetap di Medan watak Yogyakarta dengan budaya keraton yang penuh tata kerama mulai dia tinggalkan dan berganti watak orang Medan terbuka, lugas dan spontan.
Melewati masa kanak-kanak sampai remaja di Yogyakarta, usai menyelesaikan Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI) melanjutkan pendidikannya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta di Fakultas Seni Pertunjukan dan selesai tahun 1994.
Selain belajar tari secara akademis , dia pun aktif belajar menari di Istana Yogyakarta. Sedangkan di kelompok tari di luar istana dia anggota di Yayasan Siswa Amung Beksa, Paguyuban Surya Kencana. Berbagai bentuk tari dia pelajari yakni tari kalasik,kreasi baru, tradisi maupun modren komtemporer.
Lelaki berambut gondrong ini hijrah ke Medan tahun 1998 bersamaan dengan ditugaskan dari dinas PNS-nya. Di kota ini dia bergabung dengan pekerja dan seniman Medan. Satu tahun di Medan dibentuknya Komunitas Tari Medan.
Sebagai sarjana seni dia telah menciptakan beberapa tari, dan karenanya dia juga keografer. Beberapa karya tari ciptaannya ialah Gathotkaca Kembar memenangkan juara peñata tari terbaik pada Festival Sendratari DIY, Tari Merah Putih, dan tari penyambutan.
Suami dari Yuliningsih, mulai minat pada seni sejak kanak-kanak, dan aktif menari sejak dia SMP. “Semula ingin tahu saja pada seni tari. Akan tetapi setelah mempelajarinya menjadi suka.” ungkap ayah dari tiga anak ini , masing-masing Laurencia Adella Putri Palma, Fridolin Adimas Sindar Pangabahan, Archangela Girlani Sri Dumaris.
M Suwarsono anak dari pasangan Djuwari (alm) dan Siti Sulimah kini sudah 10 tahun hidup menetap di Medan, dan sepanjang waktu itu kiprahnya di Medan dalam bidang tari cukup berprestasi. “Aku tidak punya cita-cita besar dalam menari,” katanya yang menikahi Yuliningsih yang juga satu alumnus dari ISI Yogyakarta pada jurusan yang sama.
Seperti pepatah Jawa , sering jalan bersama cinta itu bisa tumbuh, dan mereka pun saling mencintai serta menikah pada 1996 di Yogyakarta.
Menari dan terus menari , kegiatannya pada November lalu ikut dalam kepanitiaan sebagai koordinator pargelaran Medan Annual Keografer 2007.
Alumni ISI ini tidak saja pandai menari, sejak di Medan dia juga pelaku teater dan mengembangkan diri sebagai designer make-up dan kostum terutama untuk pertujukan tari dan teater.
Dari bergaul dengan teman-teman seniman Medan dari berbagai bidang seni telah melahirkan ispirasi untuk mewarnai karya tarinya dengan narasi puitik dan kuat dengan nuansa teaterikal. Di dalam berbagai kegiatan baca puisi oleh penyair dia mengolah keografernya.
Karya tari dalam teks puisi yang diciptakannya adalah The Power of Brain yang ditampilkannya pada event Medan Experimental Arts Exhibition. Sedangkan puisi karyanya dimuat dalam kumpulan puisi Amuk Gelombang, dan Medan Puisi.
Dia PNS yang ditempatkan di UPT Taman Budaya Sumatera Utara juga bekerja sebagai dosen luar biasa pada Fakultas Kesenian HKBP Nommensen. Sebelumnya juga pernah mengajar di Fakultas Sastra Universitas Darma Agung, dan dosen luar biasa di Fakultas Sastra jurusan etnomusikologi USU, dan di Sendratasik Unimed.
Pria ini kini menetap di Jl Saudara No 50 Medan, di tegah kesibukannya sebagai PNS, dia pun terus mengembangkan dirinya dalam seni tari baik melalui diklat, penelitian, kegiatan ilmiah dan organisasi.
Beberapa diklat yang telah diikutinya di antaranya , Diklat Pengembangan Seni, Budaya dan Interaksi Sosial dalam keluarga, Javanalogi, Yogyakarta Maret 1987, Penelitian Aspek Komersialisasi Dalam Paket Pertunjukan Wisata di DIY, 1989, Penelitian Tentang Penerapan Notasu Laban pada juran seni tari Pendidikan Seni Formal DIY, 1993,, Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Pengelolaan Seni dan Budaya Parsenibud, Hotel Wisata Int Jakarta, 1998, Penelitian Tari Etbis Pakpak Dairi, program TBSU, 2000, Perlindungan Terhadap Karya Seni (UU Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual) Ditjen Budaya Seni dan Film, Depbudpar di Bogor , 2001.
Sedangkan tari ciptaannya di antranya, Sendratari Lutung Kasarung, 1988, Begalan dan Sendratari Ramayana dalam rangka promosi wisata DIY di Bali, 1990, Tentua Serser (tari Pakpak Dairi) pada Pekan Temu Budaya Nasional di Banjar Masin 1999, Trilog dan Pesta Seni Medan, 1999, bergabung dengan kaloborasi seni tari dengan Aida Redza dan seniman Malasyia, Tailand pada Baghawatgita di Aseanika, 2001, Tim keografi pada acara Gelar Seni Panyambutan Presiden RI/Ketua Umum PDI Perjuangan di Medan.
Ikut dalam lawatan kesenian ke luar negeri di antaranya, bersama Paguyuban Surya Kencana mangadakan tour kesenian klasik gaya Yogyakarta ke negara Eropa dengan even-even Hofdancen Van Yogyakarta di Belanda, , Dance Di Corte di Yogyakarta pada Stagione Dfi Balittti di Teatre Comunale Inola Balogna, Festival De Lille di Itali, dan ikut rombongan dari UMN dan Ikatan Perguran Tinggi Swasta Sumut ke University Of Malaya, Malasyia.
15April 2008
Ardani
Penulis
No comments:
Post a Comment