Wednesday, 30 January 2008

MUSA YANG MEMBELAH GELOMBANG

kemana lagi Musa pergi,selain membelah gelombang dengan tongkat sakti-di sini tsunami angkuh berdiri menebar duri, bersama angin yang memburu mengekalkan seringainya-dalam bayang-bayang kabutserombongan gagak memburu camar yang terbang gontai, perlahan mengintai-sementara pepohonan tafakkur, mengucap syukur - lalu membanjir derai zikir: telah menjadi suratan fir'aun terkubur takabburmenafikkan takdir di tengah laut yang terbelahsehabis ketukan do'a Musa bersama takbir yang menggemakemana lagi Musa pergi,selain membelah gelombang bersama para syuhada-di sini laut berubah raksasamelahap apa saja, bagai sihir yang menumpahkan muntahan air-menghantam beratus ribu pasir dalam sir-sementara tenggorokan tersekat bersama waktu yang sekarat:telah menjadi suratan gelombang bukanlah hujjahpara syuhada hanya hijrah, berjalan diantara pecahan resah, membius darah-dan tsunami hanyalahistilah, pintu hijrah menuju tempatyang lebih indahmaka,bangunlah wahai kekasih Sang Kekasih, sebab resahadalah miliknya orang-orang kalah, sebab kecewa adalah miliknya para pendosa,orang-orang yang tak mengerti arti mencinta, sebab nada kutuk adalah miliknya orang-orang yang pintu hatinya tak terketukmaka,kemana lagi Musa pergi, bersama umi-bersama abah,bersama inong-bersama agam, bersama geuchik-bersama teungku meunasah, bersama para syuhada yang tak mengenal arti lelah-arti menyerah, selainmembelah gelombang,menuju Allah

medan, februari 2005

No comments: