Aku jadi teringat dengan Warung Kopi De Vide Et Impera di depan rumahku. Agak ke simpang empat ada juga WarungKopi Propaganda namanya. Biasanya ketika aku bertandang, tak ada persoalan yang datang. Cuma beberapa waktu belakangan ini Perusahaan Kopi Akalbika menanam saham di Warung Kopi Devide Et Impera. Lalu, terjadi percekcokan yang bersumber dari pengusaha kopi Capucika. Sengit. Beberapa penduduk ada yang pro dan kontra. Pengusaha Kopi Capucika menghasut penduduk dan pemilik warung kopi propaganda untuk tetap setia dengan kopi Indonesiaka. Begitu getol kebencian pengusaha itu, sampai pengemis dan pengamen lewat tetap ia pengaruhi, agar jangan pergi ke warung peninggalan zaman Kederland itu. Aku sempat bingung dan sangsi. Padahal aku sudah mulai maniak kopi. Di saat termenung itu, seorang tukang kopi keliling lewat dan bertanya, "Manga wa'ang tamanuang yuang?" Aku gagap dan menjawab,"Eh, anu...Engak, Jo. Aku heran, ngeri kali pertengkaran orang ini.... sampek awak mo minum kopi sangsi." Ajo itu tersenyum. "Indak usah binguang. Badunsanak sadonyo tu. Lagaknyo se..." Aku penasaran."Ajo kok tau....?" Ajo terpingkal-pingkal. "Nan bacakak tu, acok minum kopi ambo........" Aku geleng-geleng kepala sambil bernyanyi,"Marketing.......politik datang. Marketing.....politik datang. tretet...tretet....tretet......................."
Tuesday, 28 January 2014
Capucika Versus Indonesiana
Aku jadi teringat dengan Warung Kopi De Vide Et Impera di depan rumahku. Agak ke simpang empat ada juga WarungKopi Propaganda namanya. Biasanya ketika aku bertandang, tak ada persoalan yang datang. Cuma beberapa waktu belakangan ini Perusahaan Kopi Akalbika menanam saham di Warung Kopi Devide Et Impera. Lalu, terjadi percekcokan yang bersumber dari pengusaha kopi Capucika. Sengit. Beberapa penduduk ada yang pro dan kontra. Pengusaha Kopi Capucika menghasut penduduk dan pemilik warung kopi propaganda untuk tetap setia dengan kopi Indonesiaka. Begitu getol kebencian pengusaha itu, sampai pengemis dan pengamen lewat tetap ia pengaruhi, agar jangan pergi ke warung peninggalan zaman Kederland itu. Aku sempat bingung dan sangsi. Padahal aku sudah mulai maniak kopi. Di saat termenung itu, seorang tukang kopi keliling lewat dan bertanya, "Manga wa'ang tamanuang yuang?" Aku gagap dan menjawab,"Eh, anu...Engak, Jo. Aku heran, ngeri kali pertengkaran orang ini.... sampek awak mo minum kopi sangsi." Ajo itu tersenyum. "Indak usah binguang. Badunsanak sadonyo tu. Lagaknyo se..." Aku penasaran."Ajo kok tau....?" Ajo terpingkal-pingkal. "Nan bacakak tu, acok minum kopi ambo........" Aku geleng-geleng kepala sambil bernyanyi,"Marketing.......politik datang. Marketing.....politik datang. tretet...tretet....tretet......................."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment